Seni Menerjemahkan Buku

Akan tetapi, berbekal bahasa Inggris saja tidak cukup. Menerjemahkan itu bukan mengartikan, tetapi bukan juga menafsirkan. Menerjemahkan itu seni.

Senin, 16 Desember 2019 | 14:17 WIB
0
215
Seni Menerjemahkan Buku
Ilustrasi buku (Foto: liputan6.com)

Sewaktu kuliah dulu, saya sering mendapat order menerjemahkan literatur berbahasa Inggris ke bahasa Indonesa dari teman-teman jurusan sosiologi, antropologi, atau kesejahteraan sosial. Saya sendiri kuliah ilmu komunikasi. Saya mematok tarif Rp600 per halaman kuarto spasi rangkap. Lumayan untuk menambah uang saku.

Bahwa saya bisa dan biasa menerjemahkan literatur berbahasa Inggris awalnya cuma terdengar di fakultas saya, FISIP. Lama kelamaan jasa terjemahan saya terdengar ke fakultas lain di USU Medan. Saya pernah menerjemahkan literatur pertanian dan teknik sipil.

Makin lama jasa terjemahan saya terdengar ke universitas lain di Kota Medan, Sumut. Saya pernah menerjemahkan literatur yang membahas mesin helikopter order dari mahasiswa teknik mesin satu universitas swasta di Medan. Sulitnya bukan main. Saya mesti berulangkali membuka "Kamus Inggris-Indonesia" karangan John M. Echols dan Hasan Shadily yang senantiasa menemani saya menerjemahkan.

Saya kadang merasa kerepotan menerima order terjemahan sehingga harus membaginya ke teman-teman yang saya nilai piawai berbahasa Inggris.

Pada 1999, saya mendapat order menerjemahkan buku "Liberal Islam" yang dieditori Charles Kurzman dari Penerbit Mizan melalui senior saya Mas Eko Supriyanto. Mizan meminta saya menerjemahkan satu bagian buku tersebut untuk melihat apakah terjemahan saya bagus atau tidak. Saya menerjemahkannya dan mengirimkan ke Mizan. Mizan puas dengan contoh terjemahan saya dan mengijinkan saya menerjemahkan seluruh buku.

Saya merampungkan penerjemahan buku itu, tetapi sampai beberapa lama saya tidak melihat buku tersebut bertengger di toko buku. Edisi Indonesia buku tersebut ternyata diterbitkan penerbit lain. Saya tidak tahu mengapa. Saya tidak ambil pusing karena yang penting saya sudah menerima honornya.

Keterampilan saya menerjemahkan berbekalkan penguasaan bahasa Inggris yang lumayan. Saya bisa bahasa Inggris "sedikit-sedikit" berkat tiga hal. Pertama guru bahasa Inggris saya di SMP, Pak Paul Boyman, piawai membuat kami pintar berbahasa Inggris. Kedua, buku pelajaran Bahasa Inggris berjudul "Sistem 50 Jam" karangan Soetan Soleman yang saya pelajari secara mandiri. Ketiga, selama sekitar dua tahun saya les Bahasa Inggris dari tingkat 'basic to intermediate' sampai tingkat 'post-intermediate' di LIA Pramuka, Jaktim.

Akan tetapi, berbekal bahasa Inggris saja tidak cukup. Menerjemahkan itu bukan mengartikan, tetapi bukan juga menafsirkan. Menerjemahkan itu seni. Oleh karena itu, saya membaca buku "Seni Menerjemahkan" karangan A. Widyamartaya.

Sebagai contoh kalimat "A few members support the movement." Kebanyakan kita mungkin akan menerjemahkan "Sedikit anggota mendukung gerakan tersebut." Terjemahan ini tidak salah, tetapi kurang 'nyeni.' Sebaiknya kalimat itu diterjemahkan menjadi "Hanya segelintir anggota mendukung gerakan tersebut" atau "Tidak banyak anggota mendukung gerakan tersebut."

***