The Mysterious of Cuba

Tambahan info, di Havana tidak ada panggilan untuk penumpang yang mau naik pesawat dan tidak ada seat number yang diberikan oleh airlines.

Minggu, 15 September 2019 | 20:28 WIB
0
228
The Mysterious of Cuba
Vintage cars

Salah satu alasan aku mengunjungi Cuba yaitu budaya nya yang unik dan mobil-mobil kuno, suatu tempat yang sepertinya tidak tersentuh oleh dunia luar dan tidak Amerika banget

Saya pernah mengunjungi Korea Utara dan ketika disana semua ATM Indonesia tidak ada yang berlaku dan kejadian ini terulang kembali di Cuba, karena kebetulan tiap traveling saya prefer transaksi dengan kartu atau kalau kepepet ambil uang di ATM di negara yang kunjungi ketika tiba di Havana aku langsung ke mesin ATM dan Yes kartu ATM saya di tolak.

Lalu saya coba di ATM lain tetap di tolak. Jeng jeng aku bingung dan seperti biasa ketika aku bingung aku selalu cari tempat duduk untuk merenung cari jalan keluar untuk bisa keluar dari airport dan mencari hotel.

Sebenarnya di Cuba aku rencanaya tinggal di rumah salah seorang teman tapi dia cancel last minute  dikarenakan saat itu sedang banyak inspeksi mendadak  oleh para petugas bea cukai yang datang ke rumah-rumah penduduk jika ketahuan teman aku memberikan tempat tinggal tanpa lapor ke mereka maka mereka akan dikenakan  penalty yang lumayan besar.

Sambil merenung aku melihat seorang Ibu-Ibu yang membawa papan nama berdiri di kerumuman di pintu kedatangan lalu aku hampiri dia dan aku bertanya apa bisa dia bantu aku untuk mencarikan hostel yang dekat [sebagai informasi di Havana airport tidak ada tourist information jadi tidak ada yang bisa di tanya kecuali mereka memberikan 1 lembar map dan menerangkan dalam bahasa Spanyol] dan Havana aiport adalah satu-satu nya aiport paling tidak rapi dengan toilet yang sangat tidak bersih yang pernah aku temui selama aku traveling,

Lalu Ibu tersebut pergi aku pikir dia tidak mau membantu tapi dia kembali dengan seorang pria yang ternyata suami nya dia bilang kamu bisa tinggal di rumah kita, aku lansung setuju anehnya Ibu tersebut tidak membahas berapa biaya nya dia bilang nanti saja di bahas di rumah dan jika aku suka dengan tempat tinggal nya. Alright then fair enough for me.

Perjalanan menuju rumah nya memakan waktu 20 menit, dengan mobil kuno yang bentuknya seperti oplet jaman dulu tanpa AC dan tempat duduk yang sudah robek-robek aku berusaha menikmati perjalanan, di tengah jalan dia menawarkan untuk berhenti di mesin ATM yang merupakan mesin ATM paling unik yang pernah aku lihat, jadi mesin ATM tersebut berada di samping warung dan pohon beringin besar.

Dan lagi-lagi ATM aku di tolak, lalu Ibu tersebut mengantar aku ke salah satu locak bank disana untuk mencari tahu kenapa semua ATM mandiri, BCA yang biasanya selalu bisa di mana-mana {kecuali Korea} di situ tidak bisa. Dan penjelasan dari si mbak CS katanya  mesin ATM mereka hanya untuk local bank saja, sama persis seperti di Korea, jadi sepertinya ATM kita tidak berlaku di negara-negara komunis. Lalu Ibu baik hati tersebut bilang ya sudah kita pulang saja, nanti di cari jalan keluarnya. 

Tiba di rumah Ibu baik hati tersebut, rumahnya lumayan besar dengan 4 kamar dan dia memang sudah biasa menyewarkan kamar-kamar tersebut untuk traveller yang tidak mampu tinggal di hotel or hostel, tinggal di rumah penduduk harganya jauh lebih murah, sebagai bahan perbandingan 1 malam aku di charge 175 ribu rupiah sudah termasuk sarapan pagi dan makan malam, plus  the most famous one “Mojito”.

Serasa menemukan harta karun ni, si Ibu bilang selama tinggal di rumah nya aku tidak perlu bayar apa bahkan dia mau meminjamkan uang buat aku sesuai dengan yang aku butuhkan selama tinggal di sana.

Lalu at the end dia akan hitung semua berapa total pengeluaran aku dengan perjanjian begitu aku tiba di Miami aku harus langsung menemui salah satu anak nya yang tinggal disana dan membayar hutang aku ke dia. Alright masalah keuangan sudah terselesaikan.

Selama 1 minggu tinggal disana menu sarapan selalu sama yaitu, pisang, nasi, daging dan mojito, begitupun untuk makan malam, yang membedakan hanya daging diganti dengan ayam, tapi pisang tidak perna ketinggalan dalam menu, ternyata pisang adalah menu wajib untuk orang Cuba, di sana aku di ajarkan cara membuat Mojito yang enak, lumayan dapat ilmu.

Cubans sangat ramah, dan sangat penolong, saya ingat suatu hari saya berjalan menuju city center dan saya berdiri dengan memegang map dan ada seorang pria bertanya ”are you lost” aku bilang aku ingin ke rumah C Guevara,  lalu dia bilang terangin ke aku tapi sepertinya lumayan jauh  dan dia melihat wajah ku yang bingung lalu dia menawarkan diri untuk menemani aku untuk sightseeing sepanjang hari, wah senang nya, karena disana susah sekali mencari orang yang berbahasa Inggris dan kebetulan pria tersebut berbahasa Inggris, it just my lucky day.

Karena ditemani oleh local people jadi 1 hari itu aku berhasil mengunjungi 4 spot yang bagus2 di sana, bahkan dia membelikan aku Mohijo di tangah-tengah sighseening. Tak terasa sudah hampir jam 5 sore aku bilang ke dia hari ini sudah cukup dan terima kasih atas kebaikan nya sudah mau meluangkan waktu, Saat itu aku berada di taman yang dekat dengan bus stop.

Lalu aku bilang aku mau ke bus stop untuk menunggu bus eh tiba-tiba dia menarik tangan aku dan bilang “there is no such a free lunch in here” oh gitu, lalu aku ok  tanya berapa aku harus bayar untuk biaya dia telah menemani aku, dia bilang tidak bisa di bayar oleh uang, oalah, aku masih belum paham dengan maksudnya, tapi tanganya terus mencekeram lengan aku, sampai aku teriak minta tolong.

Di depan aku banyak orang lalu lalang, ketika aku teriak ada seorang pria yang menghampiri aku pikir dia mau menolong, setelah mereka berbicara dalam bahasa Spanyol cowo yang lewat itu senyum ke aku dan langsung pergi, ternyata dia bilang “kita ini  pasangan yang sedang berantem jadi tak perlu ikut campur’ alamak, dengan tangan  yang masih dipegang erat oleh dia aku makin bingung tapi tidak takut karena masih sore dan terang dan masih banyak orang lalu lalang di depan aku.

Aku bertanya kembali ke dia how much does it cost, dan dia bilang tidak mau dibayar dengan uang, lalu aku tanya mau dibayar dengan apa, dia bilang “with your lips” oh god, kebayang kan orang Cuba, hitam besar tinggi dengan bibir nya yang besar, duh gimana ni kayanya tidak mungkin kalau aku berontak dari ukuran badan saja sudah kalah, lalu mulai de otak mafia aku bermain, aku bilang alright jika kamu mau aku bayar dengan kissing, just give a moment to clean my body, kasih aku waktu 2 jam nanti kita ketemu jam 7 malam untuk makan malam di sini.

Tentunya dia tidak percaya, dia bilang aku antar kamu ke tempat tinggal mu dan aku jemput disana, lalu aku bilang aku tinggal di rumah penduduk yang tidak memperbolehkan pria untuk berkunjung {memang benar Ibu pemilik rumah hanya menerima tamu wanita], lalu aku bilang give me your number and I’ll give you a call, tetap di masih tidak percaya, lalu dia bilang mana no telp kamu aku telp untuk memastikan aku tidak memberikan nomor yang salah.

Dan alhamduliah nya kebetulan hp aku saat itu batere nya habis, jadi ketiak dia telp tidak nyambung dan tidak mungkin nyambung karena aku kasih wrong number. Tidak ada pilihan untuk dia kecuali menerima tawaran aku janji bertemu jam 7 malam di taman tersebut. Akhirnya dia mau melepaskan tanganya aku masih berusaha untuk bersikap biasa dan lalu aku pergi ke bus stop menunggu bus, dan tiba di rumah dengan selamat, tricky  tapi mau gimana lagi dari pada aku harus merelakan bibir aku untuk disentuh oleh dia.

Anyway, itu hanya satu   bad people dari sekian banyak orang baik yang aku temui di Cuba,  selama 1 minggu disana tidak terhubung dengan internet sama sekali, dan dengan TV yang masih berkonde dan hitam putih yang hanya menyiarkan local news , it felt like I went back in time to the 1980’s, tapi banyak hal yang aku dapatkan dari mereka. 

Tambahan info, di Havana tidak ada panggilan untuk penumpang yang mau naik pesawat dan tidak ada seat number yang diberikan oleh airlines, jadi petugas airport hanya mengumumkan flight number dan pesawat ready untuk boarding , lalu semua penumpang berlarian menuju pesawat untuk mendapatkan kursi yang mereka ingikan [first come first serve]. Lucu dan seru kan ngebayangin nya aja sudah bikin tertawa.

Anyway in some sense my time spent in Havana did actually change me, I have learned to actually do things outside of comfort zone, learned to value of my life more, learned to appreciate the little things in life.

***