Budaya dan Etika Jawa Nan Luhur Indah

Pemerintahan Jokowi jangan hanya mementingkan pembangunan fisik. Tetapi melupakan pembangunan mental dan moral bangsa.

Selasa, 14 Juli 2020 | 08:08 WIB
0
359
Budaya dan Etika Jawa Nan Luhur Indah
Ilustrasi budaya Jawa (Foto: tribunnews.com)

Kemarin malam, Sabtu, 11 Juli 2020, saya diundang ikut webinar oleh Kang Damar Shashangka penulis muda yang telah menulis banyak buku-buku tentang budaya dan sejarah Jawa. 

Webinar itu bertema "Etika Jawa Dalam Perubahan Sosial Pada Masa Modernitas"

Kebudayaan Jawa itu indah dan tinggi.

Coba tengok kitab-kitab Jawa Kuno yang berisi hasil karya sastra dari para pujangga Jawa.

Tengok juga seni arsitektur Jawa dalam bangunan-bangunan rumah, istana raja, dan candi-candi.

Namun, sayang sebumi sayang, secara perlahan tapi pasti kebudayaan dan peradaban Jawa nan indah dan tinggi itu terus terkikis habis.

Anak-anak Milenial sekarang barangkali sudah tak paham apa itu wayang. Siapa itu Gatot Kaca. Siapa itu Arjuna.

Anak-anak Milenial itu lebih hafal artis-artis Korea.

Padahal ajaran-ajaran etika Jawa sangat bagus dan universal.

Ajaran Jawa yang paling indah menurut saya adalah yang mengajarkan kepada umat manusia untuk hidup selaras dan harmonis dengan Alam dan seluruh isinya.

Ajaran etika Jawa ada persamaan dengan ajaran Buddha. Antara lain mengajarkan agar manusia menghargai kehidupan. Tidak membunuh.

Ironisnya, budaya dan ajaran-ajaran Jawa seperti tersingkirkan di era modern ini.
Padahal sejak merdeka, negeri ini dipimpin oleh presiden pertamanya yang berasal dari etnis Jawa, yaitu Bung Karno. Presiden kedua juga orang Jawa. Pak Harto. Lalu disusul presiden-presiden selanjutnya yang juga beretnis Jawa : Megawati, Gus Dur, SBY, dan Jokowi.

Awal tahun 80-an, saat saya masih sekolah SMA di Yogyakarta, saya indekos dan tinggal seatap dengan keluarga Jawa. Saya bergaul dengan orang-orang Jawa.

Mereka sangat baik, ramah, dan tak pernah mengkafirkan diri saya yang berlainan suku serta agama. Bahkan saudara-saudara orang Jawa itu menjaga dan melindungiku. Pernah saya sakit demam, Ibu kos memasakkan bubur buat saya.

Dan, ibu pemilik warung nasi dekat sekolah tempat saya sarapan hampir setiap pagi , bertanya kenapa selama seminggu tak kelihatan saya. Saya bilang saya sakit tak masuk sekolah. Ibu itu berkata kenapa tak beritahu Ibu agar Ibu besuk dan bawakan makanan.

Saya pikir pemerintahan Jokowi harus segera memulai pencanangan pelestarian semua budaya dan seni termasuk keyakinan-keyakinan leluhur yang ada di Nusantara ini.

Pemerintahan Jokowi jangan hanya mementingkan pembangunan fisik. Tetapi melupakan pembangunan mental dan moral bangsa.

***