Pemerintahan Jokowi jangan hanya mementingkan pembangunan fisik. Tetapi melupakan pembangunan mental dan moral bangsa.
Kemarin malam, Sabtu, 11 Juli 2020, saya diundang ikut webinar oleh Kang Damar Shashangka penulis muda yang telah menulis banyak buku-buku tentang budaya dan sejarah Jawa.
Webinar itu bertema "Etika Jawa Dalam Perubahan Sosial Pada Masa Modernitas"
Kebudayaan Jawa itu indah dan tinggi.
Coba tengok kitab-kitab Jawa Kuno yang berisi hasil karya sastra dari para pujangga Jawa.
Tengok juga seni arsitektur Jawa dalam bangunan-bangunan rumah, istana raja, dan candi-candi.
Namun, sayang sebumi sayang, secara perlahan tapi pasti kebudayaan dan peradaban Jawa nan indah dan tinggi itu terus terkikis habis.
Anak-anak Milenial sekarang barangkali sudah tak paham apa itu wayang. Siapa itu Gatot Kaca. Siapa itu Arjuna.
Anak-anak Milenial itu lebih hafal artis-artis Korea.
Padahal ajaran-ajaran etika Jawa sangat bagus dan universal.
Ajaran Jawa yang paling indah menurut saya adalah yang mengajarkan kepada umat manusia untuk hidup selaras dan harmonis dengan Alam dan seluruh isinya.
Ajaran etika Jawa ada persamaan dengan ajaran Buddha. Antara lain mengajarkan agar manusia menghargai kehidupan. Tidak membunuh.
Ironisnya, budaya dan ajaran-ajaran Jawa seperti tersingkirkan di era modern ini.
Padahal sejak merdeka, negeri ini dipimpin oleh presiden pertamanya yang berasal dari etnis Jawa, yaitu Bung Karno. Presiden kedua juga orang Jawa. Pak Harto. Lalu disusul presiden-presiden selanjutnya yang juga beretnis Jawa : Megawati, Gus Dur, SBY, dan Jokowi.
Awal tahun 80-an, saat saya masih sekolah SMA di Yogyakarta, saya indekos dan tinggal seatap dengan keluarga Jawa. Saya bergaul dengan orang-orang Jawa.
Mereka sangat baik, ramah, dan tak pernah mengkafirkan diri saya yang berlainan suku serta agama. Bahkan saudara-saudara orang Jawa itu menjaga dan melindungiku. Pernah saya sakit demam, Ibu kos memasakkan bubur buat saya.Dan, ibu pemilik warung nasi dekat sekolah tempat saya sarapan hampir setiap pagi , bertanya kenapa selama seminggu tak kelihatan saya. Saya bilang saya sakit tak masuk sekolah. Ibu itu berkata kenapa tak beritahu Ibu agar Ibu besuk dan bawakan makanan.
Saya pikir pemerintahan Jokowi harus segera memulai pencanangan pelestarian semua budaya dan seni termasuk keyakinan-keyakinan leluhur yang ada di Nusantara ini.
Pemerintahan Jokowi jangan hanya mementingkan pembangunan fisik. Tetapi melupakan pembangunan mental dan moral bangsa.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews