Era new normal disalahartikan banyak orang menjadi back to normal. Memang kita boleh beraktivitas lagi di luar rumah, namun tetap harus mematuhi protokol kesehatan. Kenyataannya, masih banyak yang melepas masker atau hanya menggantungkannya di dagu. Padahal masker sangat penting untuk mencegah penularan virus Covid-19 dari droplet orang lain. Masyarakat harus tetap waspada dan menaati prosedur kesehatan yang diharuskan oleh pemerintah.
Jumlah pasien yang sembuh dari serangan virus Covid-19 memang meningkat, namun bukan berarti Indonesia sudah bebas dari Corona. Masih ada pasien yang dirawat di ruang isolasi di Rumah Sakit, dan ada pula orang-orang tanpa gejala yang ternyata terkena Corona. Mereka baru diketahui sakit ketika mengikuti rapid test yang sering diadakan oleh pemerintah di tempat-tempat umum.
Kondisi ini membuat masyarakat harus tetap waspada dan mematuhi protokol kesehatan. Jangan lepaskan masker atau face shield ketika berada di luar rumah. Jangan pula melepasnya ketika sampai di kantor, pasar, atau tempat tujuan Anda. Segera cuci tangan atau pakai hand sanitizer agar higienis dan terhindar dari penularan virus Covid-19. Jaga pula jarak dengan orang lain ketika berada di luar rumah, minimal 1 meter.
Mematuhi protokol kesehatan ini tidak sulit, bukan? Namun kenyataannya masih banyak yang mengabaikannya dan teledor dalam menjaga higienitas tubuh. Di Pamekasan ada kisah tragis tentang bayi yang tertular virus Covid-19, padahal umurnya baru 40 hari. Ia bisa kena Corona dari pengunjung yang ingin menengoknya.
Mengunjungi tetangga atau kerabat yang baru melahirkan memang baik, namun langkah baiknya ditunda dulu karena kita masih ada di masa pandemi. Jika ada tamu, maka ia tetap harus mencuci tangan dengan sabun antiseptik dan memakai masker.
Jika sang bayi sudah tertular maka orang tuannya akan sangat sedih karena tak tega melihat tubuh kecilnya masuk ke ruang isolasi di Rumah Sakit. Semua ini gara-gara kecerobohan orang yang menggendongnya dengan alasan gemas, padahal tidak tahu bahwa ia adalah carrier virus Covid-19. Apalagi bayi (dan manula) sangat rentan tertular Corona.
Mengapa kita masih harus mematuhi protokol kesehatan padahal sudah memasuki era new normal? Karena new normal beda dengan back to normal. Boleh beraktivitas tapi dengan banyak syarat, seperti memenuhi protokol kesehatan dan selalu menjaga higienitas. Tempat-tempat umum seperti perkantoran, pasar, dan pabrik yang sudah dibuka lagi di era new normal juga wajib punya tempat cuci tangan dan orang-orang di dalamnya masih wajib pakai masker. Di kantor dan tempat kerja lain juga wajib disemprot disinfektan 4 jam sekali.
Kedisiplinan untuk menjalankan protokol kesehatan ini sebenarnya demi kebaikan kita sendiri. Jika semua orang tertib, maka mata rantai penularan virus Covid-19 akan terputus. Tidak ada lagi pasien Corona di Indonesia dan kita bisa bernapas dengan lega. Semua ini indah, bukan?
Namun ketika kita masih saja cuek dan malah nongkrong tidak jelas di warung kopi hingga tengah malam, dan tidak memakai masker, apa yang terjadi? Di sana juga tidak ada tempat cuci tangan dan tidak mematuhi aturan social distancing. Jika terus seperti ini, maka dikhawatirkan akan ada serangan virus Covid-19 gelombang kedua. Karena semua orang cuek dan tidak memikirkan keselamatan dirinya sendiri. Kalau sudah begini, pandemi ini entah kapan akan berakhir.
Masyarakat harus tetap siaga dan mematuhi protokol kesehatan, memakai masker ketika bepergian, dan rajin mencuci tangan. Ketika sampai rumah juga harus membersihkan diri dan ganti baju. Semua aturan ini sebenarnya tidak terlalu berat jika dijalankan. Jika kita selalu menaatinya, maka tidak akan tertular virus Covid-19 dan semoga Indonesia bisa bebas Corona dalam waktu dekat.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews