Keterlaluan, Perlakuan Warga terhadap Pasien Meninggal Akibat Corona

Di satu sisi virus corona menimbulkan rasa empati dan tumbuhnya rasa kemanusiaan masyarakat, tetapi di satu sisi juga menimbukan rasa egois masyarakat dan ketakutan yang berlebihan.

Selasa, 31 Maret 2020 | 11:03 WIB
0
305
Keterlaluan, Perlakuan Warga terhadap Pasien Meninggal Akibat Corona
Korban corona (Foto: tribunnews.com)

Bagaimana perasaan kita kalau ada anggota keluarga yang meneninggal karena positif corona atau Pasien Dalam Pengawasan dan ditolak warga untuk dimakamkan di desanya? Pasti sedih dan kecewa.

Di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, ada pasien dalam pengawasan meninggal dunia. Akan tetapi waktu mau dimakamkan di desanya, ditolak oleh masyarakat setempat dan mobil ambulan yang membawa jenazah diusir dan jenazah akhirnya dibawa kembali ke rumah sakit RS Wahidin Sudirohuso Makassar.

Bahkan pihak keluarga bingung mau dimakamkan dimana. Warga menolak dengan alasan pasien meninggal karena terkait virus corona.

Di kota Tasikmalaya juga ada pasien positif corona meninggal tertahan dalam ambulan 24 jam karena ada penolakan dari warga ketika jenazah mau di kremasi.

Penolakan warga atas pemakaman pasien dalam pengawasan, mengingatkan kita atas penolakan warga terhadap pelaku terorisme untuk dimakamkan di desanya. Padahal antara pelaku terorisme dan pasien yang meninggal karena virus corona adalah hal yang berbeda atau tidak bisa disamakan. Seolah-olah warga memperlakukan terhadap pasien yang meninggal karena virus corona disamakan dengan pelaku terorisme. Sungguh kejam!

Di satu sisi virus corona menimbulkan rasa empati dan tumbuhnya rasa kemanusiaan masyarakat, tetapi di satu sisi juga menimbukan rasa egois masyarakat dan ketakutan yang berlebihan.

Ada juga perawat pasien positif corona yang ditolak oleh teman atau yang punya kost karena takut tertular. Ini tentu sungguh memprehatinkan.Berjibaku merawat pasien supaya segera sembuh, tetapi mendapat perlakuan tidak adil dari masyarakat.Seolah-olah penyebar penyakit kelamin yang harus diajuhi.

Waspada boleh, tetapi ketakutan yang berlebihan jangan.

***