Jika kita tidak bisa menjadi golongan yang pertama, marilah kita posisikan diri kita sebagai golongan yang ketiga agar kita terus mendapat ilmu yang berfaedah.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah wa syukurillah, hari ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala masih mengizinkan kita untuk menjalani bulan Ramadan hingga kita bisa sampai pada malam dua puluh dua. Semoga semangat ibadah dan takwa kita tetap terjaga dan terus bertambah, dan semoga Allah berikan kita kesempatan untuk menyelesaikan bulan Ramadan ini, juga agar kita bisa berjumpa lagi dengan Ramadan di tahun-tahun berikutnya.
Tak lupa marilah kita berselawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam, dan moga-mogalah kita termasuk orang-orang yang beruntung mendapatkan syafaat beliau di yaumul qiyamah kelak, aamiin ya rabbal alamin.
Imam Al-Ghazali membagi manusia kepada empat golongan berdasarkan keilmuannya. Mungkin kita sudah pernah mendengarnya, namun tak mengapa kita bahas lagi kali ini.
Golongan pertama adalah orang yang memahami suatu ilmu, dan dia tahu bahwa dia adalah orang yang paham. Golongan ini, dia memiliki keilmuan di suatu bidang, dan karena dia sadar akan keilmuannya itu, dia mengembangkan watak cendekia.
Dia menggunakan pengetahuan yang dia miliki untuk keperluan yang baik. Golongan ini adalah kyai-kyai, ulama, dan ilmuwan yang berkompeten di bidang masing-masing, rutin menghasilkan karya yang bermanfaat bagi sesama.
Golongan kedua adalah orang yang memahami suatu ilmu, namun dia tidak tahu bahwa dia adalah orang yang paham. Gampangnya, orang yang tidak sadar bahwa dia sebenarnya pintar. Supaya orang ini bisa berkontribusi dengan baik, perlu ada yang menyadarkan kepadanya akan keilmuan yang dia miliki, supaya dia tidak melenceng jauh.
Golongan ketiga adalah orang yang tidak paham suatu ilmu, namun dia sadar akan keawamannya. Karena sadar bahwa dia tidak paham, dia akan mencari ilmu, akan belajar, sehingga dia bisa menjadi orang yang paham. Seharusnya kita selalu mengasumsikan diri kita sebagai golongan ini, sehingga kita akan terus belajar dan mengembangkan keilmuan kita.
Golongan terakhir adalah orang yang sudah tidak paham suatu ilmu, dia tidak tahu bahwa dia sebenarnya tidak paham. Konsekuensinya, orang ini akan sok tahu dan ngeyelan. Karena ketidaktahuannya, dia akan asal-asalan, namun karena dia tidak paham bahwa sebenarnya dia awam, maka ketika diarahkan atau diingatkan, dia akan melawan.
Sekarang kita tinggal memilih, mau jadi golongan yang mana kita? Jika kita tidak bisa menjadi golongan yang pertama, marilah kita posisikan diri kita sebagai golongan yang ketiga agar kita terus mendapat ilmu yang berfaedah. Jangan sampai kita menjadi golongan yang terakhir, yang hobi maido namun tidak tahu apa yang dipaidokan.
Wallahu a’lam, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews