Kultum Tarawih [22]: Empat Golongan Manusia

Jika kita tidak bisa menjadi golongan yang pertama, marilah kita posisikan diri kita sebagai golongan yang ketiga agar kita terus mendapat ilmu yang berfaedah.

Selasa, 19 Mei 2020 | 05:29 WIB
0
159
Kultum Tarawih [22]: Empat Golongan Manusia
Imam Al Ghazali (Foto: blogger.com)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah wa syukurillah, hari ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala masih mengizinkan kita untuk menjalani bulan Ramadan hingga kita bisa sampai pada malam dua puluh dua. Semoga semangat ibadah dan takwa kita tetap terjaga dan terus bertambah, dan semoga Allah berikan kita kesempatan untuk menyelesaikan bulan Ramadan ini, juga agar kita bisa berjumpa lagi dengan Ramadan di tahun-tahun berikutnya.

Tak lupa marilah kita berselawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam, dan moga-mogalah kita termasuk orang-orang yang beruntung mendapatkan syafaat beliau di yaumul qiyamah kelak, aamiin ya rabbal alamin.

Imam Al-Ghazali membagi manusia kepada empat golongan berdasarkan keilmuannya. Mungkin kita sudah pernah mendengarnya, namun tak mengapa kita bahas lagi kali ini.

Golongan pertama adalah orang yang memahami suatu ilmu, dan dia tahu bahwa dia adalah orang yang paham. Golongan ini, dia memiliki keilmuan di suatu bidang, dan karena dia sadar akan keilmuannya itu, dia mengembangkan watak cendekia.

Dia menggunakan pengetahuan yang dia miliki untuk keperluan yang baik. Golongan ini adalah kyai-kyai, ulama, dan ilmuwan yang berkompeten di bidang masing-masing, rutin menghasilkan karya yang bermanfaat bagi sesama.

Golongan kedua adalah orang yang memahami suatu ilmu, namun dia tidak tahu bahwa dia adalah orang yang paham. Gampangnya, orang yang tidak sadar bahwa dia sebenarnya pintar. Supaya orang ini bisa berkontribusi dengan baik, perlu ada yang menyadarkan kepadanya akan keilmuan yang dia miliki, supaya dia tidak melenceng jauh.

Golongan ketiga adalah orang yang tidak paham suatu ilmu, namun dia sadar akan keawamannya. Karena sadar bahwa dia tidak paham, dia akan mencari ilmu, akan belajar, sehingga dia bisa menjadi orang yang paham. Seharusnya kita selalu mengasumsikan diri kita sebagai golongan ini, sehingga kita akan terus belajar dan mengembangkan keilmuan kita.

Golongan terakhir adalah orang yang sudah tidak paham suatu ilmu, dia tidak tahu bahwa dia sebenarnya tidak paham. Konsekuensinya, orang ini akan sok tahu dan ngeyelan. Karena ketidaktahuannya, dia akan asal-asalan, namun karena dia tidak paham bahwa sebenarnya dia awam, maka ketika diarahkan atau diingatkan, dia akan melawan.

Sekarang kita tinggal memilih, mau jadi golongan yang mana kita? Jika kita tidak bisa menjadi golongan yang pertama, marilah kita posisikan diri kita sebagai golongan yang ketiga agar kita terus mendapat ilmu yang berfaedah. Jangan sampai kita menjadi golongan yang terakhir, yang hobi maido namun tidak tahu apa yang dipaidokan.

Wallahu a’lam, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

***