Dongeng Membela Agama

Bukankah sebelum diperintah untuk nahi mungkar, mencegah keburukan, terlebih dahulu engkau harus melaksanakan amar ma’ruf, mengajak pada kebaikan?

Selasa, 6 Agustus 2019 | 06:18 WIB
0
144
Dongeng Membela Agama
Ilustrasi dongeng membela agama (Foto: Facebook/Sunardian Wirodono)

Syahdan menurut sahibul jamil, tersebutlah seseorang manusia yang protes kepada malaikat karena dilarang masuk surga.

“Bagaimana mungkin saya tidak masuk surga?” protes seorang manusia itu. “Padahal selama di dunia, saya selalu membela agama Allah. Kemarin men-sweeping buku-buku tentang Marxisme dan Leninisme. Itu kan bahaya bagi Allah? Dulu, waktu ijin ormas belum habis, saya dan teman-teman ikut memberantas perjudian. Nggropyok lokalisasi pelacuran. Ngusir-ngusir orang kafir. Sweeping warung-warung nasi yang buka tengah hari waktu Ramadhan,…”

“Tapi, ada yang tidak kamu razia…” Malaikat nyeletuk.

“Lha, mangsalahnya dia janji menutupnya, dan sudah bayar pula,” tukas seorang manusia itu. “Kita juga rajin menghalangi pembangunan tempat ibadah yang bukan agama saya. Bahkan palang di nisan makam saja, kami tebas ujungnya. Jadi kayak huruf T. Itu tanda takluk. Kami meneror musuh-musuh Allah. Kami melakukan berbagai bentuk jihad. Kami bikin aplikasinya pula. Dan itu kami catat semua. Ada videonya pula. Mongsok itu tidak dilihat?”

“Justru karena itu semua membuat engkau ditolak masuk surga.”

“Welhoh! Kok tongseng, eh, kok bisa?”

“Karena engkau sesungguhnya mengikuti setan.”

“Bijimana logikanya?” seorang manusia itu uring-uringan. Padahal imam besar mereka, juga yang suka kutbah di medsos, menjamin mereka masuk sorga. Bakal didampingi ribuan bidadari pula. Apalagi sudah sumpah-sumpah nggak mau koalisi dengan Jokowi.

“Jika engkau percaya tiada tuhan selain Allah, artinya mengakui Allah Mahasegala? Mahasakti?” bertanya Sang Malaikat. “Dan seperti kata Mak-Emak ketika demo di patung kuda, dengan kun-faya-kun semuanya selesai. Jika Allah menghendaki semua itu tak ada, ‘kan mudah saja? Allah tak usah menciptakan itu semua. Kan? Maka sebetulnya-betul, intinya-inti, pakarnya-pakar, nganunya-nganu, engkau lebih mematuhi godaan setan untuk menentang kehendak Allah dengan aksi-aksi yang kau anggap hebat itu.”

“Pitikih?” seorang manusia itu ra dong blas. Belum juga nyaho.

“Bukankah sebelum diperintah untuk nahi mungkar, mencegah keburukan, terlebih dahulu engkau harus melaksanakan amar ma’ruf, mengajak pada kebaikan? Iya 'kan? Kamu tuh pura-pura dungu atau emang? Kubilangin ke Rocky Gerung lho!”

***