Jangan Cemari Islam

Jangan selalu merasa dinistakan, jangan pula selalu merasa kita tidak pernah membuat nista, kalau kita sendiri yang selalu mencemari rumah kita sendiri.

Senin, 26 Agustus 2019 | 07:02 WIB
0
328
Jangan Cemari Islam
Ilustrasi Islam (Foto: The Adelaide Review)

Indonesia adalah sebuah rahmat dan anugrah dari Tuhan, negara indah dibawah garis khatulistiwa ini begitu mempesona. Hadirnya, awal mula agama-agama tidak menimbulkan gesekan karena tanpa penundukan, agama berkembang sesui kodratnya.

Islam si bungsu, sekarang tumbuh melampaui kakak-kakaknya, Hindu dan Budha yang dulu memberinya ruang untuk berkembang tanpa halangan. Sekarangpun masih sama, tidak menjadi kakak yang iri atau merasa bersalah karena adiknya sudah melampaui batas rasional dalam beragama, karena Nusantara yang semula pusat Hindu dan Budha, sekarang menjelma menjadi negara dgn penduduk beragama Islam terbesar didunia.

Konon zaman Majapahit, saat Raja Kertabhumi Raja ke-10 berkuasa pada tahun 1400-an, dimana Islam mulai ada, saat itulah sang Raja berinisiatif karena melihat kebutuhan batiniah rakyatnya dalam agama baru yang menjadi pilihan. Raja melihat agar tidak menjadi pengikut yang salah, maka didatangkanlah guru-guru agama dari Champa, sekarang Kamboja.

Dalam ruang dunia setiap benda berkembang bahkan berevolusi, tak terkecuali agama, budaya dan mind set, ini semua karena terdampak dari teknologi, yang sejatinya dari Tuhan sendiri. Semua bersumber dari akal yang diizinkanNya berpikir dengan output yang luar biasa tak terbatas.

Namun demikian, akses kemudahan itu, membuat semua jadi dimudah-mudahkan, bahkan menjurus kepada pemurahan, termasuk agama, lihat saja bagaimana mereka dengan mudah memanfaatkan Google, Twitter, Facebook, dan seterusnya dalam mempelajari agama, refrensi itu mereka pakai, beli kopiah atau kupluk, baju taqwa, sarung, lalu ceramah.

Lha yang diceramahi seng pikirane ora jangkep, dikasih penggalan ayat dikit, janji surga dan bidadari langsung syahwatnya menari-nari. Pikiran mesum, surga dianggap komplek murahan cerita cuma senggama. Orang-orang jenis ini tidak bisa berpikir yang lain, karena pikirannya cuma sebatas selangkangan saja.

Islam Itu Toleran

Sebagaimana tauladan nabinya, tidak ada kesombongan, tidak pula sok pintar apalagi sok kuasa, karena pada dasarnya sifat itulah yang mencemari diri, menebar virus pada lingkungan. Perumpamaan perbuatan buruk dalam ruang tertutup agar bisa dimaklumi, apalagi di kalangan sendiri, sulit di mengerti, karena sesuatu yang buruk akan menularkan keburukan dan menghasilkan kesesatan.

Bila agama adalah rumah besar yang dihuni bersama, maka tidak boleh ada perbuatan yang bisa menghasilkan stigma buruk karena ulah salah satu penghuni yang berprilaku menyimpang akan membangun image secara keseluruhan.

Tapi, hal ini sulit dihindari karena penjeneralisiran adalah umum dilakukan dan paling gampang. Ini sebuah konsekwensi yang sulit dihindari, sehingga satu-satunya cara penghuni rumah harus ditertibkan agar tabiat pribadinya tidak merusak seisi rumah.

Fenomena akhir-akhir ini pencemaran nama baik Islam dilakukan oleh oknum yang mengaku Islam, tapi berprilaku menyimpang dalam hal menjalankan keberagamaannya. Agama yang membawa pesan sosial begitu dalam dirusak dengan prilaku dangkal dan cenderung amoral. Bagaimana dia bisa menjalankan tuntunan kebaikan bila prilakunya begitu menjijikkan, tapi sebagian kita membiarkannya, malah ada yang membelanya.

Dan yang luar biasa kalimat maaf bisa jadi begitu mahal, luar biasa bengalnya, begitu kok bisa merasa bangga.

Farid Esaq, ulama Afrika Selatan keturunan Banten mengatakan: Kita selalu terpenjara oleh kesantunan formal, dalam hal apa saja termasuk agama, namun begitu kita lepas, prilaku kita cenderung buas, ini akibatnya kalau ilmu hanya dijadikan aktualisasi diri, ia akan kehilangan makna dan intisari yang sesungguhnya, ini juga akibat dari lemahnya memaknai antara ritual dan spiritual, shalat khusuk dan hanya duduk ngantuk.

Jangan selalu merasa dinistakan, jangan pula selalu merasa kita tidak pernah membuat nista, kalau kita sendiri yang selalu mencemari rumah kita sendiri.

***