Lulusan Akabri 1986 mendominasi jabatan strategis di TNI. Marsekal Hadi Tjahjanto butuh dukungan rekan satu lichting?
Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) akhirnya dipercayakan kepada Mayor Jenderal Besar Harto Karyawan. Ia lulusan Akmil 1986. Satu lichting (bahasa Belanda, artinya satu kelas angkatan) dengan Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto.
Besar Harto sebelumnya Panglima Kodam Siliwangi. Ia menggantikan Jenderal Andika Perkasa (Akmil 1987) yang dipromosikan menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Hal itu tertera dalam keputusan Panglima TNI Nomor 1240/XI.2018, tertanggal 29 November 2018 lalu.
“Pangkostrad yang baru Pak Besar Harto,” kata KSAD, Jenderal Andika Perkasa, usai serah terima jabatan KSAD dari Jenderal Mulyono kepada dirinya, pekan lalu
Sebelumnya juga diprediksi bahwa Pangkostrad akan diisi lulusan Akmil 1986. Hal ini sekaligus untuk ‘mengobati’ kekecewaan lulusan Akmil 1986 yang tidak dipromosikan menjadi KSAD. Calon kuat KSAD dari Akmil 1986 adalah Letjen Tatang Sulaiman, yang kini masih sebagai wakil KSAD.
Tatang menjadi satu-satunya lulusan Akmil 1986 yang berbintang tiga aktif. Sebelumnya ada Letjen Hinsa Siburian. Namun Hinsa pensiun dua tahun lalu. Sementara lulusan Akmil 1985 ada tiga letjen aktif, yakni Doni Monardo, Tri Legiono Suko, dan Dodik Widjanarko. Sedangkan Akmil 1987 sebelum adanya rotasi KSAD, ada tiga orang juga yang berpangkat letjen, yakni: M Herindra, AM Putranto, dan Andika Perkasa.
Dominasi
Naiknya Andika membuat peta penempatan jabatan di TNI bergeser. Maka Akmil 1986 ‘diberi’ kesempatan menjadi letjen lagi, selain Tatang. Sebelumnya muncul dua nama kuat menjadi Pangkostrad, yakni Mayjen Besar Harto dan Mayjen Joni Supriyanto (Pangdam Jayakarta).
Yang menggantikan Besar Harto, juga dari Akmil 1986, yakni Mayjen Tri Soewandono. Sebelumnya Komandan Pussenif Kodiklatad. Begitu juga pergeseran Panglima Kodam Diponegoro. Wuryanto digantikan M Effendi. Keduanya juga Akmil 1986. Wuryanto dari Infanteri, sedangkan Effendi dari Zeni.
Akmil 1986 pun mendominasi jumlah panglima Kodam, sesuai Keputusan Panglima TNI Nomor 1240/XI.2018, tertanggal 29 November 2018. Dari 15 Kodam, lulusan Akmil 1986 menduduki enam Kodam, yakni: Kodam Jaya, Mayjen Joni Supriyanto; Pangdam Siliwangi, Mayjen Tri Soewandono; Pangdam Diponegoro, Mayjen M Effendi; Pangdam Merdeka, Mayjen Tiopan Aritonang; Pangdam Cendrawasih, Mayjen YP Sembiring; dan Pangdam Kaswari, Mayjen Joppye Onesimus Wayangkau.
Akmil 1987, memegang tiga Kodam, yakni Pangdam Sriwijaya, Mayjen Irwan Zaini; Pangdam Udayana, Mayjen Benny Susianto; dan Pangdam Pattimura, Mayjen Suko Pranoto.
Akmil 1988 A memegang dua Kodam, yakni: Pangdam Iskandar Muda, Mayjen Teguh Arief; dan Kodam Bukit Barisan, Mayjen M Sabrar Fadilah. Akmil 1988 B juga memegang dua Kodam, yakni; Pangdam Brawijaya, Mayjen Arief Rahman; dan Pangdam Mulawarman, Mayjen Subiyanto. Sebelumnya Madsuni (1988 A) menjadi Pangdam Merdeka.
Akmil 1984 dan 1985 menyisakan satu Kodam. Pangdam Hasanuddin, Mayjen Surawahadi (Akmil 1985); Pangdam Tanjungpura, Mayjen Ahmad Supriyadi (1984).
Menguntungkan
Peta seperti itu, sesungguhnya menguntungkan bagi Tatang Sulaiman untuk bekerja sebagai Wakil KSAD. Ia mendapatkan dukungan dari rekan satu lichting. Posisi para pangdam yang mayoritas lulusan Akmil 1986, tentu saja sangat membantu Hadi Tjahjanto (AAU 1986) sebagai Panglima TNI.
KSAU Marsekal Yuyu Sutisna juga lulusan AAU 1986. Begitu juga dengan Wakil KSAU Marsekal Madya Wieko Syofyan. Hal yang sama, Wakil KSAL Laksamana Madya Wuspo Lukito, lulusan AAL 1986. Sedangkan KSAL Laksamana Siwi Sukma Adji berasal dari AAL 1985.
Posisi pangdam dari lulusan Akmil 1986 sekaligus memperlancar tugas Hadi Tjahjanto. Ia yang belum pernah mendiduki jabatan panglima di lingkungan Angkatan Udara, seperti: pangkosek, pangkoopsau, maupun pangkohanudnas, tentu ‘kikuk’ menghadapi situasi ini.
Ia memerlukan dukungan dari teman sekelasnya. Termasuk dalam penanganan kasus melawan tentara Organisasi Papua Merdeka (OPM) di kawasan Nduga, Papua. Dua Kodam di Pulau Papua, diisi lulusan Akmil 1986. Pangdam Cendrawasih, Mayjen YP Sembiring; serta Pangdan Kasuari, Mayjen Joppye Onesimus Wayangkau.
Baru-baru ini, ia memerintahkan pangdam cendrawasih untuk menunpas pemberontak OPM yang membunuh sejumlah karyawan pekerja jembatan serta seorang anggota TNI. Mereka membunuh menggunakan senjata standar militer.
Maka bukan tidak mungkin pula dalam waktu dekat, Marsekal Hadi akan melakukan rotasi di lingkungan Mabes TNI. Terutama jabatan para asisten panglima TNI yang umumnya masih dipeegang lulusan 1984 dan 1985.
“Ya memang ada ademisasi. Alias lulusan akademi delapan enamIsasi,” kata seorang jenderal sambil tersenyum.
Bisa jadi pula Kasum TNI Laksamana Madya Didit Herdiawan yang sudah tiga tahun jadi Kasum TNI akan segera diisi oleh bintang tiga senior dari lulusan Akmil 1986. Peluang itu ada pada diri Tatang Sulaiman. Sementara Didit akan pensiun, Oktober 2019 mendatang.
(Bersambung)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews