Masyarakat mengapresiasi kesuksesan PON XX yang berlangsung aman dan sehat. Kesuksesan tersebut menandakan keberhasilan Indonesia menyelenggarakan event besar di masa pandemi Covid-19 sekaligus menepis kekhawatiran kondisi keamanan di Papua.
Pandemi covid-19 menyebabkan penyelenggaraan PON XX tertunda selama setahun. Akhirnya PON XX diadakan tahun 2021, dengan pertimbangan ketika ditunda lagi akan rugi waktu dan biaya. Sejak awal dibuka hingga penutupan, tanggal 15 oktober 2021, PON tetap terselenggara dengan prokes ketat. Penyebabnya karena ini adalah salah satu syarat diadakannya suatu event outdoor di masa pandemi.
Setelah PON XX ditutup dengan sukses, maka tercatat kasus covid-19 di sana, tetapi sangat minim. Perbandingannya, jika ada lebih dari 7.000 orang yang datang ke Papua, baik untuk bertanding maupun sebagai tamu kehormatan, maka hanya 89 di antara mereka yang kena corona. Itupun hanya gejala ringan sehingga lekas sehat, pasca dikarantina dan diberi pengobatan yang intensif oleh nakes.
Kesuksesan PON XX yang menekan angka pasien corona dari kalangan atlet dan offisial sangat diapresiasi. Pasalnya, jika tidak ada kedisiplinan panitia dalam melakukan prokes ketat, maka bisa saja terbentuk klaster baru. Akan tetapi tidak terjadi, dan masyarakat di sekitar arena PON XX juga aman-aman saja, bahkan mereka juga sehat karena sudah divaksin covid sebelum PON dimulai.
Prokes ketat yang dilakukan di arena PON XX di antaranya memakai masker (kecuali saat bertanding di lapangan/arena olahraga), mencuci tangan, dan menjaga jarak. Sebisa mungkin tidak ada kontak fisik, bahkan dari pelatih ke atletnya, jadi mereka tidak bisa berpelukan pasca bertanding seperti biasanya. Hal ini sudah dimaklumi karena saat pandemi memang wajib menjaga jarak.
Selain itu, setelah bertanding para atlet langsung pulang ke Wisma Atlet dengan kendaraan yang sudah disiapkan oleh panitia PON XX. Kendaraan khusus memang disiapkan karena mereka tamu kehormatan, sekaligus menjaga agar tidak berkerumun dengan warga lain. Penyebabnya karena para atlet biasanya dikejar oleh fans dan akhirnya terbentuk kerumunan, sehingga harus dijaga agar langsung dipulangkan.
Setelah sampai di Wisma atlet, pelatih dan atletnya juga langsung mandi, keramas, dan mengganti baju, serta mematuhi poin-poin prokes yang lain. Walau berada di dalam Wisma Atlet, mereka juga tetap disiplin mengenakan masker dan tidak bergerombol. Sebagai atlet mereka sudah biasa untuk menaati peraturan dan tidak berbuat nakal selama penyelenggaraan PON XX.
Minimnya kasus covid di arena PON XX karena saat penyelenggaraannya mengunakan sistem bubble. Aktivitas para atlet benar-benar dijaga ketat, dalam artian mereka tidak boleh keluyuran setelah bertanding atau jalan-jalan sendiri ke foodcourt dan tempat wisata. Para atlet setelah bertanding langsung pulang, dan ketika di dalam venue PON XX juga hanya bermobilitas dari tempat duduk ke arena pertandingan.
Ketatnya penjagaan para atlet ini bukan bermaksud memenjarakan mereka, melainkan mejaga agar jangan sampai kena corona. Meski di sekitar venue PON XX masyarakatnya sudah disuntik vaksin, sehingga membentuk kekebalan kelompok, tetapi bisa saja ada potensi penularan dari tempat lain. Apalagi cuaca Papua yang panas, bisa saja ada yang sesekali membuka masker karena kegerahan, dan berpotensi kena droplet (jika keluyuran).
Kesuksesan penyelenggaraan PON XX yang meminimalisir kasus covid di Papua amat patut diapresiasi, karena panitia melakukan disiplin ketat dalam melakukan prokes 10M. PON XX berlangsung dengan aman tanpa ada kekhawatiran melonjaknya kasus corona di Papua. Kerja keras panitia terbayar sudah, karena selama hampir 2 minggu mereka telah bekerja sangat keras untuk menyelenggarakan PON yang sesuai dengan standar kesehatan saat pandemi.
Oleh : Alfred Jigibalom (mahasiswa Papua tinggal di Bali)
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews