Adaptasi kebiasaan baru yang dulu dikenal sebagai new normal, adalah harapan baru bagi pengusaha. Mereka bisa membuka lagi toko dan warungnya, dengan catatan harus mengikuti protokol kesehatan. Dengan menjalankan bisnisnya kembali, maka sektor ekonomi bisa pulih pelan-pelan.
Perekonomian yang morat-marit karena hantaman Corona beberapa bulan ini mulai menemukan jalan keluar. Para pengusaha bisa bernapas lega, karena di era adaptasi kebiasaan baru (dulu: new normal), kehidupan masyarakat pelan-pelan menuju kenormalan. Masyarakat boleh beraktivitas di luar rumah. Pasar, warung, dan restoran juga boleh dibuka lagi.
Namun dibukanya pasar dan supermarket ini harus mematuhi protokol kesehatan. Semua pedagang wajib pakai masker. Ada ada alur bagi pembeli yang hanya bisa dilalui satu arah, jadi tak akan berdesakan dan tetap mematuhi aturan jaga jarak. Ada rotasi jadi pedagang bergiliran jualannya. Aktivitas ekonomi berlangsung lagi dan bisa pulih seperti dulu.
Untuk restoran wajib menerapkan protokol kesehatan. Walau sudah boleh menerima pesanan dine in, namun pengunjung tak boleh duduk berdempetan. Transaksi harus dengan dompet digital. Kasir serta semua karyawan wajib pakai masker. Dengan dibukanya restoran, maka pengusaha dan karyawannya akan sama-sama untung, karena mendapat uang lagi.
Meskipun pengusaha sudah boleh membuka toko, namun harus belajar digital marketing, karena meminimalisir pertemuan antara pembeli dan penjual. Walau mereka sudah pakai masker, namun bisa saja membawa bibit virus covid-19 di jalan. Apalagi WHO sudah meneliti bahwa Corona ternyata bisa menular di udara, bukan hanya lewat droplet.
Era adaptasi kebiasaan baru juga membuat pengusaha lebih mempromosikan jualannya lewat digital marketing daripada di toko konvensional. Dunia maya jadi tempat untuk jualan yang bagus, karena pangsa pasarnya lebih luas, bahkan mencakup seluruh dunia. Selain itu, pembeli lebih suka belanja online karena praktis dan tidak usah capek belanja ke toko.
Pemerintah juga berusaha agar pengusaha UMKM lebih melek teknologi agar beradaptasi dengan kebiasaan baru masyarakat yang suka online shopping. Ada program ‘Bangga Buatan Indonesia’ agar ribuan pengusaha UMKM disatukan dalam platform marketplace. Mereka juga diajari bagaimana seni berjualan di internet untuk mendapat keuntungan yang tinggi.
Jason Gozali, CEO Investor Muda, mengaku senang dengan program ‘Bangga Buatan Indonesia’ yang menggandengnya. Ia mengatakan bahwa di era adaptasi kebiasaan baru, promosi tidak boleh konvensional. Jadi promosi di dunia maya harus unconventional agar menarik minat banyak calon pembeli.
Program ‘Bangga Buatan Indonesia’ juga sangat baik karena kenyataannya tak semua pengusaha UMKM sudah melek internet. Jika punya akun sosial media, maka hanya digunakan untuk kepentingan pribadi, bukan berjualan. Padahal dunia maya adalah tempat yang baik untuk berpromosi dan budget-nya tidak sebanyak iklan di media cetak.
Pebisnis Nadhifa Maulidya mengaku bahwa di era adaptasi kebiasaan baru ia sangat diuntungkan dengan akses internet. Mulai dari belanja bahan baku, beriklan, sampai mengirim pesanan ke pembeli, bisa dilakukan hanya dengan gadget. Sehingga ia tak perlu keluar rumah dan tetap aman dari Corona.
Di era adaptasi kebiasaan baru, maka kita memang harus kreatif dalam meningkatkan ketahanan ekonomi. Ketika bisnis sempat lesu, maka bisa dibangkitkan kembali dengan promosi online. Pemasarannya juga bervariasi, dengan sosial media, marketplace, status WA, dan lain-lain. Jadi pembelinya jauh lebih banyak daripada berjualan di toko biasa.
Untuk membangkitkan sektor ekonomi di era adaptasi kebiasaan baru, maka harus mau bekerja keras agar omzet kembali meroket. Selain beriklan di dunia maya, juga harus membuat promosi yang unik agar membuat pembeli terkesan. Semoga adaptasi kebiasaan baru sektor perekonomian Indonesia bisa meningkat.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews