Pada Pemilu 2014 yang lalu, Jokowi-Jk berhasil mendulang suara di 23 Propinsi, sementara pasangan Prabowo-Hatta, hanya berhasil di 10 Propinsi. Kemenangan Jokowi-Jk yang sangat mencolok di Jawa Tengah, yakni dengan meraup 6,5 juta suara, dan kekalahan telak di Propinsi Jawa Barat, Prabowo-Hatta meraup 4,6 juta suara.
Selain di Jawa Barat, Jokowi-Jk juga kalah di Sumatera Barat (Sumbar) dengan jumlah 1,23 juta suara dan NTB sebanyak 1,14 juta suara. Wilayah inilah yang menjadi titik fokus pembangunan Jokowi menjelang akhir pemerintahannya.
Secara strategi apa yang dilakukan Jokowi sudah benar. Jokowi fokus membangun didaerah yang justeru tidak mendukungnya pada Pemilu 2014. Jokowi bukan malah mengabaikan daerah tempat dia menuai kekalahan, karena prinsip membangun bukanlah atas dasar sentimen pribadi.
Di Jawa Barat sekarang ini ada dua Bandara segera akan dioperasikan pemanfaatannya, yakni Bandara Kertajati di Majalaya, dan Bandara Wiriadinata, di Tasikmalaya. Bandara Wiriadinata adalah pengembangan baru dari bandara yang lama, dengan membangun terminal, apron, taxi runway 1.200 meter jadi 1.600 meter supaya operasional ATR 72 jadi lebih safety.
Pembangunan tersebut jelas didasari oleh kepentingan masyarkat, baik saat ini maupun dimasa yang akan datang. Pembangunan juga dilakukan bukanlah atas dasar menang dan kalah, tapi atas dasar prinsip keadilan dan pemerataan pembangunan.
Kalau hanya atas dasar menang dan kalah, pastinya Jokowi akan fokus membangun di Jawa Tengah, Karena didaerah inilah dia memperoleh suara secara signifikan, tapi nyatanya Jokowi justeru tidak melakukan hal itu, karena yang mendasari keharusan sebuah pembangunan adalah kebutuhan, bukan kepentingan politik.
Di NTB Jokowi juga kalah, karena NTB memang menjadi salah Satu basis pendukung Prabowo-Hatta. Namun daerah ini pun menjadi titik fokus pembangunan Pemerintahan Jokowi-JK.
Jokowi melanjutkan dan menyelesaikan Proyek Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, yang merupakan kawasan Ekonomi pariwisata terpadu, yang Groundbreaking-nya dilakukan oleh Pemerintahan SBY di tahun 2011.
Selain itu Pemerintahan Jokowi-JK, membangun 5 bendungan baru di NTB, juga sebuah Sirkuit Balap Motor International, di Mandalika, untuk ajang balap MotoGP yang akan dilaksanakan tahun 2021 yang akan datang.
Keseriusan Jokowi membangun NTB tersebut menggugah Mantan Gubernur NTB, TGB Zainul Majdi, sehingga mengalihkan dukungan kepada Jokowi pada Pemilu 2019. Sebelumnya, sebagai kader Partai Demokrat, TGB merupakan pendukung Prabowo-Hatta pada Pemilu 2014.
Masih didaerah yang menjadi basis kekalahan Jokowi pada Pemilu 2014, yakni daerah Propinsi Sumatera Barat. Di Sumatera Barat, Pemerintahan Jokowi-JK, membangun infrastuktur Prioritas, yang target penyelesaiannya secara keseluruhannya akhir tahun 2019. Ada empat Prioritas utama, yang antara lain,
Pertama, jalan Solok Selatan-Tanah Datar sepanjang 37 kilometer.
Kedua, pembangunan akses jalan ke kawasan wisata Mandeh.
Ketiga, revitalisasi kampung adat Seribu Rumah Gadang di Solok Selatan.
Keempat proyek jalan trans Mentawai. Menurut Basuki Kementerian PUPR akan menggandeng TNI di proyek jalan trans Mentawai.
Sama seperti didaerah Jawa Barat dan NTB, di Sumbar pun Prioritas pembangunan bukanlah atas dasar menang dan kalah, tapi lebih kepada kebutuhan pembangunan terhadap suatu wilayah, dan demi pemerataan pembangunan yang berkeadilan, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dimasa depan.
Kalau dilihat secara politis, apa yang dilakukan Pemerintahan Jokowi bukanlah sebuah kebijakan yang populis. Membangun didaerah yang kalah secara politis, adalah seperti menggarami lautan, namun demi kepentingan masyarkat hal itu harus dia lakukan. Apakah secara politis mempunyai efek secara elektoral pada Pemilu 2019?
Wallahu'alam.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews