Berbisnis dengan "Orang Luar" atau "Orang Sendiri", Mana yang Lebih Baik?

Melakukan usaha bisnis dengan suasana hati yang tertekan tentu sangat tidak baik bagi kesehatan dan kemajuan usaha.

Kamis, 3 Maret 2022 | 07:48 WIB
0
134
Berbisnis dengan "Orang Luar" atau "Orang Sendiri", Mana yang Lebih Baik?
Bisnis (Foto: OCBS NISP)

Mempertimbangkan Positif Negatif Berbisnis Antar "Orang Sendiri"

Kata "Orang luar" dan begitu juga dengan "Orang sendiri" ditulis di antara dua tanda kutip, tentu sudah jelas maksudnya. Yakni "orang luar" adalah pembeli pada umumnya, sedangkan "orang sendiri" adalah teman teman dan sanak famili kita. Hal yang paling sering didengar adalah kalimat, " Wah. Koh Rudy masa sama orang sendiri harganya tidak ada beda dengan orang lain? Kasih diskonlah ya Acek Rudy." Dan Acek Rudy  adalah orang yang tidak tegaan, apalagi kalau yang mau beli masih muda dan cantik lagi. "Hayaaa, owe lugilah, tapi cincailah, Owe kasih diskon 50 persen." 

Kalau jual beli lancar dan kita tidak mendapatkan keuntungan dari hasil jual beli dengan "orang sendiri" ya anggap saja kita lagi menumpuk pahala. Tapi sudah dikasih diskon sama Acek Rudy 50 persen, ee si nona bilang "Aduh, dompet ketinggalan, besok saya antar ya Om Rudy. Percayakan sama Mey Mey?" Nah, kembali Acek Rudy mengelus jenggot yang belum tumbuh, sambil senyum kayak orang tergigit cabe rawit dan bilang, "Oyaa, nggak apa-apa. Owe percaya deh selatus persen sama Mey mey." Eee, ditunggu-tunggu, ternyata esok itu maksudnya, kapan ingat.

Atau barang yang sudah dibeli, tetiba esok harinya dikembalikan dalam kondisi sudah terbuka bungkusannya. Dengan alasan, tidak sesuai pesanan orang rumah. Nah, lagi-lagi dihadapkan pada pilihan, kalau barang yang dikembalikan dalam kondisi masih utuh, tentu saja tidak menjadi masalah, tapi kalau bungkusan sudah disobek, gimana? Sebuah pilihan yang tidak mudah. Menerima kembali, berarti rugi, tidak menerima berarti lebih rugi lagi, yakni putusnya hubungan persahabatan atau hubungan kekeluargaan.

Walaupun tulisan ini dikemas dalam ujud humor, tetapi sesungguhnya hal ini sungguh terjadi. Walaupun mencoba disiplin, tapi menghadapi orang yang kita kenal baik, apalagi masih ada hubungan famili, maka rasanya tidak tegaan, mau bilang "tidak bisa". Kalaupun memaksa diri untuk mengatakan, "Maaf, tidak ada diskon, harga pas dan sebelum barang dibawa, mohon pembayarannya dilunaskan terlebih dulu."

Maka hampir dipastikan "orang kita sendiri" akan merasa tersinggung karena merasa tidak dipercayai. Padahal boleh jadi ia sungguh sungguh lupa bawa dompet. Akibatnya terjadi keretakan hubungan persahabatan atau hubungan kekeluargaan yang sudah dibina selama bertahun-tahun.

Pengalaman Pribadi

Sewaktu masih di Padang dan kami mau menjual kendaraan kami karena akan membeli yang baru, maka salah seorang sahabat baik menelpon bahwa ia berminat mau beli. Dan harga pun disetujui, tapi uangnya akan ditransfer dalam satu dua hari. Saya setuju, karena sahabat lama.  Karena yakin kendaraan sudah terjual, maka hari itu juga kami ke Show Room dan membeli Corolla baru. Tetapi dua hari kemudian, kendaraan yang "sudah terjual" dikembalikan ke rumah karena kata sahabat saya yang memutuskan membeli, tanahnya tidak jadi terjual sehingga batal beli kendaraan saya.  Akibatnya, ada 2 kendaraan di rumah, sedangkan garasi hanya satu.

Terus Apa Positifnya?

Kalau sama sama saling menjaga hubungan, maka positifnya, bila "orang sendiri" mau berbelanja, cukup angkat telpon dan bilang apa yang mau dibeli dan kemudian uangnya ditransfer dan barang bisa langsung dikirim ke alamat rumah atau dijemput. Tetapi mencari orang yang mau saling bertenggang rasa, tentu tidak semudah membalik telapak tangan.

Karena lebih banyak akan menyebabkan kerugian, maka jalan terbaik adalah melakukan transaksi kepada orang luar. Kita bisa tegas: "Ada uang ada barang." Sedangkan urusan diskon tidaknya, tergantung pada masing-masing Penjual.

Melakukan usaha bisnis dengan suasana hati yang tertekan tentu sangat tidak baik bagi kesehatan dan kemajuan usaha. Maka jalan terbaik adalah mengambil pola: "Business is business " Hubungan persahabatan dan hubungan kekeluargaan adalah hal yang terpisah.

Tjiptadinata Effendi