Surat Terbuka untuk Presiden Joko Widodo dan Mahfud MD

Rabu, 15 Agustus 2018 | 19:52 WIB
0
1002
Surat Terbuka untuk Presiden Joko Widodo dan Mahfud MD

Saya rasa bukan cuman saya yang terenyuh dan hampir meneteskan air mata mendengar pernyataan Prof Dr Mohammad Mahfud MD tadi malam di Indonesia Lawyers Club (ILC) yang ditayangkan oleh  TVOne. Saya pribadi mengucapkan terimakasih kepada bapak Karni Ilyas yang memberi kesempatan kepada Mahfud MD untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi sehingga beliau bisa gagal menjadi calon wakil presiden Joko Widodo pada pilpres 2019.

Ini adalah acara ILC paling emosional yang pernah saya tonton. Ini juga menjadi tayangan ILC  pertama yang bisa membuat saya sepaham dan mengangguk-angguk dengan apa yang diucapkan pengamat politik Rocky Gerung. Sebelumnya saya kesel banget kalau dengar dia ngomong. Hanya Pak Mahfud lah yang semua videonya di ILC saya tonton di Youtube. Karena saya selalu kagum dengan argumen yang pak Mahfud utarakan, tegas tapi bikin adem di hati.

Mungkin Pak Mahfud tidak merasa kecewa dengan apa yang terjadi di kancah perpolitikan Indonesia saat ini. Tapi saya dan banyak pendukung Pak Mahfud tidak semudah itu untuk menerimanya. Dari mana saya tahu bahwa pendukung bapak masih banyak yang kecewa?

Ini sekaligus menjadi peringatan untuk pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin serta partai koalisi pendukungnya yang memilih untuk menonjolkan politik identitas. Saya beberapa hari ini mengamati media sosial baik di Youtube, Instagram, ataupun Twitter. Saya membaca satu persatu komentar para netizen dan hampir seratus persen kecewa dan merasa sakit hati dengan apa yang terjadi pada Pak Mahfud MD.

Hal itu juga terlihat pada kolom komentar pada media online, kebanyakan dari mereka sangat kecewa dan speechless atas pilihan presiden Joko Widodo di menit akhir jelang pengumuman capres dan cawapres beberapa hari yang lalu. Sekalipun tulisan ini saya buat untuk mengapresiasi kebesaran hati Pak Mahfud, saya juga ingin menyampaikan rasa kecewa saya pada Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo.

Saya kecewa dengan Joko Widodo atas pilihannya pada Prof. Dr. K. H. Ma'ruf Amin dengan alasan politis untuk memenangkan politik identitas. Hal ini seolah membenarkan isu SARA dalam perpolitikan Indonesia. Yang di sebelah menyerang dengan SARA yang disini membentenginya. Bukankah isu SARA yang dilakukan beberapa orang selama ini hanya sebagian kecil saja?

Bukankah pada kehidupan nyata di lapangan kami masyarakat Indonesia baik-baik saja. Kami hidup rukun sebagaimana mestinya. Mengapa Joko Widodo dan partai koalisinya begitu ketakutan sampai harus memilih Ma'ruf Amin sebagai cawapres pada 2019 nanti?

Saya juga mengamini dan sepakat dengan apa yang diucapkan oleh Rocky Gerung di ILC tadi malam. Bagaimana mungkin Bapak Joko Widodo yang terhormat curhat  ditekan oleh orang partai sementara bapak sendiri adalah  seorang Presiden?

Apakah benar jangan-jangan bapak selama ini disetir oleh partai politik dalam berbagai kebijakan yang bapak ambil. Sungguh sebuah tontonan politik tidak bermoral yang bapak dan partai koalisi bapak tunjukkan.

Bapak Jokowi sudah meminta seorang guru besar seperti Mahfud MD untuk mempersiapkan diri, bahkan sampai hal teknis. Beliaupun sudah datang pada lokasi yang ditunjuk untuk memenuhi skenario pengumuman cawapres, tapi apa yang terjadi setelahnya?

Seperti yang diucapkan oleh Rocky Gerung, bagaimana mungkin Bapak sebagai orang paling berkuasa di negara ini takluk pada tekanan partai yang jumlah kursinya di parlemen tidak seberapa itu?

Memangnya kalau mereka tidak puas dengan keputusan Bapak memilih Pak Mahfud MD sebagai cawapres mereka bisa apa? Bukankah waktu sudah mepet dan mustahil bagi mereka untuk membuat poros ketiga, terlalu beresiko dan butuh waktu lama untuk melakukan deal-deal politiknya?

Lagian kalau ada poros ketiga memangnya kenapa? Kenapa Bapak lebih memilih mengecewakan pendukung Bapak untuk menjadi presiden dua periode daripada lebih ngotot bernegosiasi dengan ketua partai koalisi bapak yang haus akan kekuasaan itu.

Saya pribadi sedang berpikir untuk mendukung Pasangan Prabowo-Sandiaga Uno pada pilpres 2019 nanti. Atau minimal saya golputlah. Saya berharap keputusan saya ini juga diikuti oleh mereka yang kecewa dengan sikap politik Presiden Joko Widodo. Jika dalam hal ini saja Jokowi bisa ditekan, bagaimana dengan bidang strategis lainnya? Jangan-jangan selama ini beliau juga banyak diintervensi oleh partai politik dalam berbagai kebijakannya.

Seorang teman melarang saya memilih Pasangan Prabowo-Sandiaga Uno karena dianggap lebih parah dan bisa menghancurkan Indonesia. Belakangan saya jadi merenung apa mungkin sebenarnya selama ini saya terlalu underestimate pada calon lain selain Joko Widodo.

Termasuk pada Prabowo Subianto, apa yang salah dengan dia, bukankah dia selalu berteriak ingin membuat bangsa ini makmur? Apa yang salah dengan dia, bukankah itu sebuah tujuan nasional yang mulia? Di mana berbahayanya jika pasangan Prabowo-Sandiaga Uno terpilih menjadi pemimpin di negara ini?

Tampaknya saya harus mengoreksi pikiran saya.

Teruntuk yang terhormat Bapak Mahfud MD, saya sangat mengagumi bapak, sepak terjang juga pemikiran-pemikiran murni yang bapak utarakan. Saya bisa melihat bahwa Pak Mahfud bukanlah orang yang gila kekuasaan, alih-alih sedih karena batal jadi cawapres, saya malah bisa merasakan kesedihan dari suara Bapak ketika bapak tak dianggap sebagai kader Nahdlatul Ulama (NU) oleh beberapa kalangan. Dan yang disayangkan tuduhan itu datang dari kalangan NU sendiri.

Tapi Bapak tak mempermasalahkan tuduhan itu. Bapak hanya menceritakan kisah hidup Bapak sedari kecil sampai saat ini yang membuktikan bahwa Bapak adalah seorang NU tulen. Ternyata Bapak masih menjabat dan mengajar pada organisasi yang berafiliasi dengan NU, waw.. tak merasa berdosakah mereka yang menuduh bapak bukan seorang NU?

Mungkin tulisan ini tak sampai pada Pak Mahfud, tapi ketahuilah saya bahkan banyak kawula muda di luar sana, akan terus mendukung sepak terjang Pak Mahfud apapun jabatannya.

Terimakasih untuk terus menjaga keutuhan negara ini. Ada banyak hal tak bisa saya ungkapkan, saya sedih karena tak terpilihnya Bapak sebagai cawapres Joko Widodo pada pilpres 2019, yang bisa saya lakukan hanya mengagumi kebesaran hati bapak.

Sehat selalu Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD., S.H., S.U, kami selalu mencintaimu sebagai guru bangsa.

Bandung 15 Agustus 2018

***