Kado milad ke-40 tahun yang pahit bagi AHY.
Hidup ini memang keras, Mayor. Anda harus melewati ujian agar lebih matang.
Teringat pada 2003 saat liputan Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh. Saya liputan (maaf) disopiri Lettu (Infanteri) AHY. "Abang mau ke mana? Saya antar!" kata lulusan terbaik Akmil 2000 itu dengan penuh santun.
Saat itu saya akan menemui Dandim Aceh Utara, Letkol (Infanteri) Tatang Sulaiman. Tatang kini menjadi Wakil KSAD, berpangkat letnan jenderal.
Mayor AHY mengundurkan diri sebagai militer, hanya beberapa bulan sebelum pangkat letnan kolonel-nya turun, pertengahan 2017 lalu.
Ia salah satu perwira muda terbaik dan calon pemimpin TNI ke depan. Setiap mengikuti pendidikan, termasuk di luar negeri, ia selalu tampil sebagai yang terbaik.
Ia tidak sendirian sebagai militer yang mengundurkan diri sebelum menjadi perwira tinggi. Mantan Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy dan Jimmy Carter, misalnya. Mereka mengundurkan diri dari militer saat berpangkat letnan satu.
Mereka juga mengalami sejumlah kegagalan di awal kariernya di dunia politik.
Bekas Mayor Agus, hingga H minus dua sebelum akhir pendaftaran bakal capres dan cawapres di KPU, memang sekitar 95% menjadi pendamping bakal capres Letnan Jenderal (Purn) Prabowo Subianto.
Namun cita-cita instant sebagai bakal cawapres lepas pada H-1. Ia menjadi korban kejamnya politik. Politik memang identik dengan Pemberi Harapan Palsu. Bagai fatamorgana.
Begitulah AHY, Anda harus terus bersemangat dalam membangun bangsa.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews