Siapa sesungguhnya Pesindhen Republik Indonesia? Apakah Soimah Pancawati, yang suka ketawa cekakakan? Atau Yatie Pesek, yang sesungguhnya adalah pelawak, meski jika menembang suaranya bisa kewes dan cumipok? Atau, jangan-jangan, kita rindukan Megan, pesindhen dari Amerika, yang bakal menjadi Pesindhen Republik Indonesia masa depan, meski pekok dan suka tidur njengking?
Belum lama lalu, ada seorang mantan pesindhen menyatakan, banyak masyarakat mengharap dirinya kembali menjadi Pesindhen Republik Indonesia. Terus gimana? Kalau dengan banyaknya permintaan, langsung bisa jadi Pesindhen, tentu terserah saja bukan?
Belum pernah ada sejarahnya Pesindhen mesti melalui pemilu. Jadi, kalau ada yang mau jadi Pesindhen, dengan mendaku banyak masyarakat menghendaki, silakan saja bukan? Tinggal ngeliat, ada nggak dhalang, atau grup karawitan yang mengajak? Kalau banyak tanggapan, makin banyak penggemar, jelas eksistensi pesindhen diakui, bukan fiksi.
Senyatanya, para pesindhen kini banyak ‘dihidupi’ para dhalang di balik layar.
Lihat saja dalam pementasan wayang kulit, seorang dhalang sering membutuhkan minimal 3, dan maksimal bisa 12 pesindhen. Dan semua pesindhen berbobot. Selalu duduk menghadap ke arah penonton, membelakangi jejeran wayang.
Para penonton, akan dipameri bukan saja simpingan wayang, tapi juga simpingan pesindhen, dengan kebaya yang mempertontonkan belahan dada anggun mempesona. Apalagi, menurut Mas Linus almarhum sang penyair, melihat leontin nempel di antara belahan dada, turun naik seirama tarikan nafas, sungguh bisa bikin seseg dan sampak.
[caption id="attachment_14798" align="alignleft" width="480"] Megan (Foto: Youtube.com)[/caption]
Di negeri ini, meski banyak pesindhen, tetap saja tak mudah bagi rakyat untuk memilih, mana pesindhen asli dan pesindhen hoax. Dalam berbagai polling, hasilnya beda-beda. Soimah konon elektabilitasnya naik menurut A, tapi menurut B, sudah down and down.
Menurut pengamat politik, eh, pesindhen ding, kalau pertahana popularitasnya di bawah 50%, sulit dipertahankan. Siapa yang unggul? Kubu Yatie Pesek meyakini, elektabilitasnya akan makin tak terkejar jika sudah mendeklarasikan diri. Apalagi capes (calon pesindhen) naik kuda, pasti gagah total alias gagal totah.
Sayangnya, sampai saat ini, Yatie Pesek belum juga mendeklarasikan diri. Entahlah, apakah karena tidak pede? Atau karena Yatie Pesek sadar, sesungguhnya dia pelawak, bukan pesindhen? Yatie Pesek, lebih dikenal sebagai pemain kethoprak, meski bisa main wayang wong, melawak juga, buka warung makan pula. Komplit.
Di jaman milenial ini, mau milih Yati Pesek atau Soimah? Atau malah si Megan, yang suka nyipok bokong, dan suka dikasih cincin keat dari para Arema? Ayo ganti pesindhenmu! Jangan pilih Jokowi, dia bukan pesindhen yang baik. Suaranya kurang menipu.
Biarkan dia tetap jadi presiden saja, satu periode lagi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews