Anjing atau Asu (Jawa) adalah jenis hewan yang sangat cerdas atau pinter dan sangat setia kepada majikannya.
Bahkan dalam dunia militer dan kepolisian anjing sangat membatu dalam tugas-tugas yang sangat susah atau berbahaya seperti dalam tugas militer, ia bisa mengendus ranjau atau bom atau mendeteksi keberadaan musuh.
Dalam tugas kepolisian, anjing juga sangat membantu mengungkap kasus-kasus kriminal seperti perampokan, pembunuhan dan pengungkapan kasus narkoba. Bahkan BNN dalam pengungkapan kasus narkoba sebesar 1,5 ton, jasa anjing pelacak atau asu pengendus ini terlihat. Dalam bencana alam, anjing bisa membantu untuk mencari korban yang tertimbun material bangunan atau longsoran tanah.
Anjing juga bisa untuk dijadikan penunggu/penjaga keamanan rumah dan bisa jadikan binatang piaraan atau penyuka anjing. Bahkan bisa disekolahkan atau dilatih supaya bisa mengikuti instruksi sang majikan.
Sumatera Barat yang masyarakatnya terkenal religius juga suka memelihara anjing, bahkan jumlahnya tidak hanya satu, bisa 3 sampai 5 untuk satu orang, yaitu untuk berburu babi hutan.
Pangeran-pangeran di timur tengah juga suka memelihara anjing balap atau yang dikenal dengan “Saluki”, jenis anjing ini posturnya tinggi dan ramping dan larinya sangat kencang bahkan pangeran-pangeran timur tengah sangat suka adu balap anjing jenis Saluki ini. Ia menjadi hewan kesayangan atau piaraan.
Di Afghanistan yang terkenal dengan Taliban dan hukun Islam yang sangat keras juga ada tradisi adu “anjing atau asu” atau sekedar untuk dijadikan hewan kesayangan.
Tetapi, anjing bagi sebagian besar umat Islam adalah dianggap binatang yang najis karena kalau terkena jilatan air liurnya maka harus dicuci 7x dan yang terakhir pakai pasir atau tanah. Karena dianggap binatang yang najis, maka sebagian besar umat Islam kurang suka memelihara anjing. Padahal Tuhan sudah memberi solusinya kalau terkena air liur anjing/asu, yaitu dicuci 7x.
Bahkan presiden pertama,Bung Karno juga hobi memelihara anjing waktu di pengasingan, yaitu Ende Flores. Bahkan ada cerita, antara Ratna Juami (anak angkat Bung Karno) dengan Bung Karno soal air liur anjing.
Manusia makluk Tuhan dan anjing juga makluk Tuhan, jadi sama-sama ciptaan-Nya. Semua yang ada di langit dan bumi adalah dalam kuasa-Nya.
Manusia sekalipun makluk yang sempurna bukan berarti derajatnya lebih tinggi dari anjing, kadang perilaku manusia juga “koyo asu”.
Di Pamulang, Tangerang ada seorang ibu rumah tangga, namanya Hesti Sutrisno (38), ia seorang wanita Muslimah dengan bercadar, tetapi memelihara 11 anjing dan beberapa kucing.
Hesti Sutrisno bukanlah penghobi binatang anjing karena ia sendiri hidup dalam kekurangan juga.
Awalnya Hesti Sutrisno tidak suka dan takut dengan hewan anjing, tetapi ia sering melihat anjing yang mencari makanan di sampah yang kelaparan di dekat rumahnya. Dan ia sering menghampiri anjing dan memberi makanan kepada anjing-anjing liar itu. Lama-lama anjing itu seperti tahu kalau yang memberi makanan ini orang baik dan anjing sering bermain di halaman rumahnya.
Akhirnya anjing dipelihara dengan dikasih makanan ala kadarnya. Tetapi makin lama, banyak anjing-anjing liar di tempat sampah yang kelaparan atau karena sakit, ia ambil dan diobati penuh kasih sayang.
Sampai berjumlah 11 anjing dan beberapa kucing, anjing-anjing itu tinggal dalam satu atap dengan Hesti Surisno yang rumahnya bertingkat dan tidak terlalu besar. Anjing-anjing ada sebagian yang dikandangkan, ada juga yang dibiarkan di rumah atau halaman. Untuk merawat belasan anjing itu ia dibantu oleh anak kembarnya (wanita) juga mengenakan hijab dan kadang juga dibantu oleh suaminya yang juga pecinta binatang.
Bahkan sehari ia bisa mengepel rumahnya sampai lima kali, kadang untuk membersihkan kadang dan merawat banyak anjing ini sampai larut malam. Anjing-anjing ini mereka sayangi sepenuh hati, sering juga dimandikan dan kalau sakit juga di obati.
Hesti Sutrisno juga mengatakan tak ada alasan khusus waktu membawa anjing-anjing liar itu ke rumah untuk dirawat, anjing-anjing itu tinggal bersamanya karena kehendak Tuhan.
“Alasannya sih enggak ada, Ya Alloh punya kehendak susah untuk dihindari, mereka di sini karena Alloh bukan saya yang punya keinginan untuk pelihara," begitu penjelasan Hesti saat diwawancai Kumparan.com di rumahnya, 24 Maret 2016.
Dan Hesti juga menjelaskan, anjing-anjing ini juga makluk tuhan yang harus disayangi sekalipun najis kalau terkena air liurnya, toh Tuhan juga sudah memberi solusinya.
Bahkan Hesti juga sudah kebal dengan ejekan atau nada “nyinyiran” dari orang-orang yang mengatakan,wanita muslimah bercadar ko melihara anjing.Ejekan atau nyinyiran dari orang-orang itu dianggap angin lalu.
Bahkan Hesti juga suka curhat dengan anjing-anjing itu lewat batinya dan seakan anjing-anjing itu merasa bisa mengerti perasaan sang majikan, kata Hesti.
Karena pernah dalam ekonomi yang sulit dua hari tidak makan, tentu bukan Hesti dan keluarganya yang tidak makan, tetapi anjing-anjing itu juga tidak makan. Akhirnya ada pihak yang memnbatu, mulai dari kandang atau makanan anjing.
Memang wanita ketika menyayangi hewan piaraan seperti anjing atau kucing sering melibatkan emosinya dengan sepenuh hati dan perasaannya. Bahkan ketika sakit mereka membawa ke dokter hewan dan ketika mati hewan kesayanganya, mereka juga menangis dan menguburkannya.
Beda sama laki-laki, sekalipun jenis hewan piaraannya sama, laki-laki tidak begitu telaten dan sayangnya kepada hewan tidak seperti wanita. Kalau mati, yaaa... dikubur biasa saja, kadang malah tanahnya di injak-ijak biar padet.
Sayangilah atau cintailah orang lain seperti menyayangi dirimu sendiri, mungkin mbak Hesti Sutrisno ini ingat pesan dari Kanjeng Nabi dan ingin mengamalkan ajarannya.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews