Irak sekarang semakin sulit menentukan kemandirian sebagai negara merdeka dan berdaulat penuh.
Setelah Amerika Serikat (AS) menyerang Irak, dan berhasil menggulingkan pemerintahan Presiden sah Irak Saddam Hussein, kekacauan dan ledakan bom mobil sering terjadi hingga hari ini.
Ditambah dengan munculnya Negara Islam di Irak, semakin menambah rumitnya untuk memecahkan masalah di wilayah itu. Apalagi pasukan AS ikut memerangi pasukan Islam itu, meski sudah sama-sama diketahui bahwa pasukan itu awalnya dibentuk AS (Presiden Barack Obama).
Masalah yang muncul di Irak sekarang ini adalah bagaimana mencari dana membantu negara 1001 malam itu. Selain itu bagaimana menghadapi keinginan AS untuk kembali ke Irak membangun pangkalan militer tetap, yang nantinya bisa menyulut pertikaian baru setelah di masa Presiden AS Barack Obama menarik pasukan AS dari Irak.
Usaha AS ini kelihatannya tidak terwujud setelah Irak menolaknya.
“Baghdad menolak bangunan pangkalan militer AS," ujar juru bicara Irak Ibrahim al-Jaafari usai mengakhiri kunjungannya ke Rusia, Jumat pekan lalu.
Kedaulatan Irak adalah garis merah kita, tegas Jaafari. Dia menegaskan kehadiran pangkalan militer AS di Pangkalan Militer Korea Selatan, Turki, Jepang yang berakhir setelah Perang Dunia II, tetapi kekerasan tidak pernah berakhir.
Menurut data pemerintah AS, sekitar 9.000 pasukan AS masih di Irak. Tahun 2003, AS menginvasi Irak, di sinilah dimulainya kehancuran Irak. Saya ke Irak pada bulan September 2014, di sinilah saya dengan nyata melihat masih adanya puing-puing kehancuran Irak yang tersebar di sana sini. Berbeda ketika saya ke Irak pertama kali di bulan Desember 1992.
Invasi ke Irak tahun 2003 menimbulkan kekeliriuan. Presiden sah Saddam Hussein, yang kemudian digantung, membuat mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair minta maaf, karena senjata pemusnah massal yang diduga dimiliki Saddam Hussein, tidak ditemukan.
Benar bahwa Presiden Barack Obama telah menarik pasukan AS dari Irak tahun 2011, mengakhiri invasi telah berlalu, tetapi tetap saja penderitaan rakyat Irak tidak pernah berakhir.
Itu sebabnya kenapa Pakta Pertahanan Atlantik Utara ( NATO) menyetujui permintaan AS mendirikan pangkalan militer, tetapi pemerintah Irak telah menjawab, "tidak."
Kehadiran wakil Irak di Moskow, Selasa lalu dan akan mempertimbangkan membeli rudal membeli sistem pertahanan rudal S-400 menunjukan keberhasilan Rusia menarik Irak ke pihaknya, sekaligus menjual senjata.
Tulisan pernah dimuat di wartamerdeka.net
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews