Beberapa pekan lalu saya berkesempatan bertemu kembali mantan ketua KPK yang legendaris, Abraham Samad. Sambil makan siang telat di restoran makassar di mana palumara dan ikan kudu-kudu menjadi santapan utama, Abraham Samad sedikit banyak mengungkap masa lalu saat dia tidak menyangka bakal terpilih sebagai ketua komisi antirasuah yang paling ditakuti koruptor itu, sampai "kejatuhannya" dari KPK oleh tangan-tangan yang tidak tampak.
Dengan Abraham perkawanan sudah terjalin sejak 2003, saat bertugas di Makassar. Saya sebagai kepala biro Harian Kompas, dia masih aktif di lembaga swadaya masyarakat ACT yang senafas dengan KPK, antikorupsi. Pertemanan semakin intensif tatkala ia menjadi pengacara untuk tersangka kasus terorisme Agus Dwikarna dan Tamsil Limrung.
Selebihnya, saya berkawanan di meja makan, sebab sejumlah rumah makan yang maknyus di Makassar perlahanan tapi pasti satu persatu kami cicipi.
Kurang lebih sepuluh tahun kemudian, tatkala saya sudah kembali ke Jakarta, sesekali masih saling berkirim kabar lewat SMS. Baru setelah dia menjadi KPK, hubungan "terputus" untuk sementara. Tidak lain karena sebagai jurnalis, saya tetap harus menjaga jarak. "Friendly but not a friend", prinsip yang saya pegang saat itu. Lagi pula, saya memberi kesempatan Abraham berkonsentrasi bekerja di KPK.
Setelah "dipaksa" berhenti dari KPK, saya ketelanjuran melupakannya sampai kemudian ajakan makan tiba lewat rekan sesama wartawan juga, Teguh Usis. Jadilah kami makan bertiga di restoran makassar di bilangan Menteng itu. Saat itu selintas saya bertanya mengenai apa yang dilakukannya setelah tidak menjabat sebagai ketua KPK. "Kembali ke kampus," katanya.
Selain mengajar, kini Abraham Samad bangkit kembali denggan menyapa sejumlah warga kampus, juga warga umum, dari seminar ke seminar. Tentu dia berbagi pemikiran, selain juga berbagi kisah saat-saat dia memimpin KPK. Kalau beruntung, khalayak bisa mendengar kisah paling seru adalah "behind the scene"-nya sebuah peristiwa yang menimpanya.
Nah, selama 2 hari ke depan, tanggal 12-13 Februari 2018, Abraham yang menjadi Ketua KPK Periode 2011-2015 akan melakukan roadshow ke sejumlah kampus di Bandung, dalam rangkaian Seminar Motivasi “Kami Indonesia”. Seminar yang bertajuk "Spirit of Indonesia" ini menampilkan Abraham Samad sebagai narasumber.
Abraham yang tentu dikenal sebagai sosok pejuang antikorupsi karena reputasinya memimpin KPK ini akan berbicara di empat kampus, masing masing hari pertama di depan mahasiswa UIN Bandung dan IKOPIN. Sedang keesokan harinya, Abraham akan menjumpai dan berbicara di depan mahasiswa Kampus UPI Bandung dan UNISBA.
Rangkaian Seminar yang dimotori Gerakan “Kami Indonesia” ini dimaksudkan untuk menggelorakan semangat kalangan anak muda Indonesia untuk berkonstribusi dalam membangun negeri.
Abraham sendiri akan memberikan motivasi bagi kalangan mahasiswa sebagai penentu dalam membangun peradaban bangsa. Ia akan menekankan pentingnya pendidikan karakter dalam mewujudkan manusia Indonesia yang berintegritas. Selain itu, pada setiap seminar, Rektor masing masing kampus akan memberikan sambutan pembuka.
Tahun 2014 saat persiapan Pilpres berlangsung, nama Abraham Samad sempat mencuat karena dipasangkan dengan Joko Widodo. Namun politik sering datang tidak terduga, yang justru berpasangan dengan Jokowi adalah Jusuf Kalla, sesama Sulawesi Selatan.
Ditanya tentang Pilpres 2019, Abraham mengaku konstelasinya sangat ketat dengan pasangan yang kemungkinan datang tidak terduga. Ia sendiri tidak banyak berkomentar apakah masih berminat untuk maju ke ajang Pilpres 2019.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews