Membayangkan Fahri Hamzah Berkampanye untuk Jokowi

Selasa, 6 Februari 2018 | 09:35 WIB
0
355
Membayangkan Fahri Hamzah Berkampanye untuk Jokowi

Tak ada yang tak mungkin dalam politik; kawan bisa jadi lawan, lawan pun bisa jadi kawan. Dalam bahasa kekinian di medsos, "kampret mulanya, akan menjadi kecebong pada akhirnya".

Itu yang terjadi jika benar Fahri Hamzah jadi masuk Partai Golkar sebagaimana tawaran yang diembuskan mantan Ketua Umum partai beringin ini, Setya Novanto. Sebuah tawaran yang ngeri-ngeri sedap dan berbau "jebakan betmen".

Fahri Hamzah adalah penerima kartu merah dari partai yang didirikannya, PKS alias Partai Keadilan Sejahtera. Bagi Fahri, sejahteranya mungkin sudah didapat, tetapi keadilannya belum. Makanya ketika ia menerima kartu merah dari partainya, ia mencari keadilan lewat jalur hukum dan secara de jure ia memenangkannya.

[irp posts="9693" name="Teganya Fahri dan Fadli Renggut Keperawanan Kartu Kuning Zaadit"]

Tetapi secara de facto, Fahri tak lagi bisa bergabung di PKS atau berani rantang-runtung lagi ke TB Simatupang di mana kantor PKS berdiri. Mungkin saja ia masih memegang kartu anggota partai, tetapi pasti tidak akan laku ditukar di Indomart alias percuma saja memegangnya karena PKS sudah memecatnya.

Faktanya lagi, PKS tidak mencalonkannya lagi sebagai anggota legislatif pada Pileg mendatang. Ya iyalah, masak sudah dipecat tetap dicalonkan, itu namanya blunder besar PKS. Alhasil, Fahri terancam nganggur sebagai politikus papan atas. Suaranya yang selama ini gahar tidak akan bisa lagi menghiasi media massa yang getol memberitakannya. Siapa elu, kasarnya begitu.

Tawaran Setya Novanto, mantan bos Golkar itu setidaknya membuka harapan bahwa usia politik Fahri akan tetap panjang. Lagian, penghormatan besar ketika Golkar menawarinya sebagai anggota luar biasa, bahkan saking luar biasanya bila perlu langsung jadi salah satu pengurus teras partai dan langsung menjadi caleg Golkar pada Pileg 2019.

Fahri pun kemudian mengakui bahwa ajakan bergabung ke Partai Golkar itu atas permintaan Jokowi yang disampaikan kepada mantan Ketua DPR Setya Novanto dan Ketua Partai Golkar Airlangga Hartanto.

Airlangga sendiri tentu sumringah jika memang Fahri mau gabung dengan alasan Golkar sebagai partai terbuka. Bahkan ia mengatakan, rugi jika Golkar tidak memiliki kader sekelas Fahri Hamzah.

Tetapi celakanya -ini yang mungkin disebut "jebakan betmen" itu tadi- tidak ada makan siang gratis dalam politik. Selama ini di bawah Setya, Golkar mendukung penuh Jokowi untuk Presiden RI dua periode. Berbeda dengan semasa Fahri masih berkawan sama Prabowo Subianto di KMP yang beroposisi dengan Jokowi, dengan Golkar ia harus turut mendukung Jokowi maju lagi di Pilpres 2019 tanpa syarat.

Sebagaimana ditekankan Airlangga, Fahri harus ikut mendukung pemerintah serta menyukseskan Joko Widodo pada Pilpres 2019 jika memang bergabung dengan Golkar. Sebab pada Musyawarah Nasional Luar Biasa, Partai Golkar memutuskan mendukung Jokowi dua periode. Sebuah dilema yang bikin pusing pala Berbie!

Dari sisi politik Jokowi, ia tahu persis bagaimana menjinakkan macan jantan yang sangat garang saat musim kawin tiba. Caranya sederhana dengan memberinya betina! Seringan itulah politik Jokowi.

[irp posts="9741" name="Balada Kartu Merah Fahri Hamzah"]

Macan betina adalah mahar politik dalam simbol yang lain, tidak melulu berupa duit tunai atau cek ratusan miliar seperti kasus La Nyala Mattalitti di pencalonan gubernur tempo hari. Jokowi tahu persis bagaimana menjinakkan Fahri; cukup dengan menawarinya bergabung dengan Golkar, masuk itu barang.

Fahri yang terancam tak akan melenggang ke Senayan lagi pada periode selanjutnya karena tak diusung lagi sebagai calon anggota legislatif oleh PKS menyadari situasi dilema ini. Masih sayang sama PKS, tetapi yang disayang malah memberinya kartu merah. Ibarat cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Kini ada Golkar sebagai gadis baru berkulit kuning langsat sedang menunggu di tikungan sepi, benar-benar menggoda hasrat dan pikirannya.

Jadi sekarang tinggal bayangkan saja Fahri yang biasanya garang dan nyinyir terhadap Jokowi, tiba-tiba berkampanye, "Akhi, ukhti.... dukung Jokowi yang sebagai Presiden RI sekali lagi!"

***