Komunikasi dalam Ilmu Kehidupan, Perekat dalam Persahabatan

Kamis, 25 Januari 2018 | 13:22 WIB
0
341
Komunikasi dalam Ilmu Kehidupan, Perekat dalam Persahabatan

Mungkin setiap orang pernah merasakan akibat dari terputusnya komunikasi antarsesama sahabat. Dulu sangat akrab, karena sekelas dan menyukai hobi yang sama. Hampir tidak ada hari tanpa komunikasi. Tapi setelah dewasa dan masing masing memiliki kesibukan tersendiri, komunikasi lambat lambat tapi pasti, terputuslah sudah.

Tiba-tiba, tanpa terasa sudah tercipta jarak antara dua sahabat baik. Jarak yang merupakan jurang pemisah bagi keduanya. Apalagi bila yang satu menjadi  pejabat tinggi atau pengusaha kaya, sementara yang lainnya, biasa-biasa saja. Maka walaupun suatu ketika ada kesempatan untuk bisa ketemu,namun terhalang dengan rasa risih dan enggan.

Akibatnya hubungan baik semasa kecil dan masih sekolah, bagaikan jembatan yang sudah ambruk dan kini mengangga jurang lebar dan mendalam di antara keduanya. Yang diakhiri dengan mengirimkan karangan bunga duka, bilamana salah satunya meninggal dunia. Tragis memang, tapi inilah fakta yang sudah terjadi akibat terputusnya komunikasi dalam waktu yang panjang. Setidaknya hal ini adalah pengalaman pribadi yang baru baru ini saya alami.

Jangan berkunjung bila hanya menciptakan luka  di hati orang yang dikunjungi

Saling mengunjungi antarsesama sahabat ataupun kerabat tentu saja sangat baik. Namun berkunjung ke rumah orang hanya karena ingin melampiaskan uneg-uneg di hati atau ingin memberikan "pengarahan" bagaimana seharusnya orang lain berlaku terhadap diri kita, sungguh sebuah tindakan yang naif karena hanya akan menghadirkan luka di hati orang yang dikunjungi. Karena itu, bilamana memang tidak mampu menahan diri, maka lebih baik tidak berkunjung daripada kunjungan kita hanya menyebabkan luka mengangga di hati orang.

Komunikasi berarti pembicaraan timbal balik

One way communication adalah ibarat orang lagi berpidato atau berkotbah tidak memberikan kesempatan kepada lawan bicara untuk mengemukakan pendapatnya. Berpidato atau berkothbah secara psikologi menempatkan si Pembicara berada di tingkat yang lebih tinggi daripada yang mendengarkan. Menjelaskan bagaimana seharusnya sikap hidup. Bagaimana harus bertindak bahkan tidak jarang sebuah kotbah atau pidato bernafaskan nada nada perintah.

Dalam berinteraksi dengan lingkungan di mana kita berada dengan sahabat mapun dalam keluarga pada umumnya orang tidak suka mendengarkan nada pembicaraan yang menggurui.

Oleh karena itu perlu memahami bahwa komunikasi adalah pembicaraan dua arah (two ways communication). Hal ini penting untuk menjaga keharmonisan dalam hubungan antara  sesama. Karena pembicaraan dua arah yang baik mengandung  energi humanis di dalamnya.

Hubungan kekeluargaaan juga  terancam putus

Bukan hanya hubungan pertemanan dan persahabatan yang bisa terputus akibat ketiadaan komunikasi tetapi juga hubungan kekeluargaan. Bahkan keharmonisan rumah tangga bisa ambruk gara gara komunikasi yang tidak berjalan sebagaimana mustinya. Karena itu perlu pandai menempatkan semuanya pada porsinya bahwa ketika berkomunikasi lepaskanlah atribut yang menempel pada diri kita, walaupun mungkin saat ini kita adalah sosok orang sukses, sedangkan sahabat yang menjadi kawan bicara kita "hanyalah" orang biasa saja.

Saya bukan berlatar belakang ilmu komunikasi, tapi belajar dari ilmu Komunikasi dalam kehidupan, bahwa dasar yang paling penting dalam berkomunikasi adalah saling menghormati dan saling menghargai. Belajar di bangku kuliah akan menghadirkan ilmu pengetahuan dalam diri kita, belajar dari ilmu Kehidupan akan menghadirkan kearifan hidup dalam diri, yakni mampu menjadi pembicara yang baik dan sekaligus menjadi pendengar yang baik.

***

Editor: Pepih Nugraha