Dalam program talkshow televisi yang paling bergengsi di negara kita, Indonesia Lawyers Club (ILC), “212: Perlukah Reuni” yang ditayangkan secara live 5 Desember 2017, bahasa tubuh Denny Siregar sangat terlihat gugup, hal yang telah diakuinya sendiri. Melalui Twitter, Denny mengibaratkan kegugupannya seperti kegugupan seorang perjaka mencari "barang" pasangannya di malam pertama.
Opini yang disampaikannya tidak substantif dengan argumen yang terkesan sangat dipaksakan. Di antaranya menyangkut jumlah dan pendanaan Reuni 212. Sehingga lawan-lawannya di acara tersebut dapat mematahkannya dengan mudah.
Paska acara tersebut, sosok yang dikenal sebagai pegiat medsos pendukung berat Joko Widodo maupun Ahok ini pun dilanda banjir bully. Sosoknya yang terkesan garang seperti hiu ganas di medsos, ternyata seperti cebong yang menciut di ranah offline.
Denny juga mengungkapkan keluhannya terkait ILC paska acara tersebut dan menyertakan akun Twitter Karni Ilyas.
"Saya seperti kehilangan ILC diawal-awal kemunculannya yang greget. ILC menjadi seperti ajang curhat dan keluh kesah panjang daripada sebuah model diskusi yang menarik. @karniilyas "
Gayung sepertinya bersambut, iya sepertinya, karena Karni tidak membalasnya secara langsung. Namun melihat dari waktu dan konteksnya, terasa jelas twit beliau ditujukan kepada Denny.
"Kalau kamu tak pandai menari, jangan lantai kamu bilang terjungkat (jangan lantai kamu salahkan).
[irp posts="5380" name="Denny Siregar, TV One, Media Sosial dan Politik"]
Tidak berapa lama kemudian, Denny ngetwit prestasi Menteri Susi Pujiastuti. Tapi siapa sangka, Susi malah mendamprat Denny untuk tidak menyinggung namanya.
"Pak Denny dkk lainnya, sy mohon sekali untk tidak masuk/ membawa account saya ke dalam percakapan agama, like dislike & hal negatif lainnya"
(Barusan saya cek, twit Denny tersebut sudah tidak ada di twitternya).
Secara teknis gaya kepenulisan dan cara berpikir, Denny mempunyai khasnya sendiri. Sayang, keberbihakannya kepada Joko Widodo dan Ahok sangat kuat hingga terkesan sedang menjilat dan kebenciannya kepada "haters" Jokowi juga sangat kental, khususnya kepada simpatisan Aksi Bela Islam 212.
Bulan ini adalah bulan pelajaran yang sangat berharga bagi Denny Siregar. Itu, jika memang ia menganggapnya sebagai pembelajaran. Jika tidak, maka keterpurukannya akan semakin dalam.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews