Pasangan capres dan cawapres sudah mendapatkan nomor urutnya masing-masing untuk tampil di perhelatan Pilpres 2019 nanti. Jokowi-Ma'ruf mendapatkan nomor urut 1, sedangkan rivalnya Prabowo-Sandiaga Uno mendapatkan nomor urut 2.
Bagi Partai Gerindra, mendapatan nomor urut 2 adalah impiannya selama ini. Sebagai peserta pemilu, Partai Gerindra juga mendapatkan nomor urut 2.
Dengan demikian, Partai Gerindra memiliki dua keuntungan, sekali berkampanye dengan nomor 2, mendapatkan dua hasil, yakni Pilpres dan Pileg yang kebetulan dilakukan besamaan.
Pilpres 2019 nanti akan memiliki coat tail effect (efek ekor jas), di mana kondisi ketika preferensi pemilih dipengaruhi kandidat presiden. Dengan kondisi tersebut, partai pendukung presiden terpilih juga merupakan mayoritas di parlemen.
Namun, bagaimana dengan partai-partai yang berada di barisan Prabowo-Sandi? Kesamaan nomor Partai Gerindra dan pilpres yang diusung, tentu saja sangat menguntungkan Partai Gerindra, khususnya dalam pertaruhan di pemilihan anggota legislatif (Pileg). Inilah pemilihan yang paling krusial, khususnya bagi bagi partai.
Dengan mendapatkan suara sebanyak-banyaknya dalam pileg, akan semakin terbuka pelaung bagi partai untuk tetap eksis berada di parlemen. Sebaliknya, jika partai tak mampu mendapatkan suara minimal 4 persen, akan tersingkirlah partai tersebut dari parlemen.
PKS dan PAN makin kesulitan
Ya, itulah ambang batas parlemen ( parliamentary threshold) pada pemilu 2019 yang ditetapkan sebesar 4 persen. Menurut hasil survei yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terancam tak lolos ambang batas parlemen atau parliamentary threshold pada Pemilu 2019. Elektabilitas PAN sebesar 2,3 persen, sedangkan PKS mendapat 3,7 persen.
Dengan kata lain, nomor urut 2 yang dimiliki Gerindra dan Prabowo-Sandi, makin menyulitkan posisi partai-partai yang berkoalisi dengan Gerindra dalam mendukung Prabowo-Sandi, khususnya untuk PAN dan PKS.
Berbeda dengan Demokrat. Meskipun agak sulit karena "efek ekor jas" yang cenderung menguntungkan Gerindra, Partai Demokrat masih bisa memanfaatkan popularitas Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan sang putera Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk lebih berkonsentrasi mendongkrak suara Partai Demokrat di pileg 2019 nanti.
Nah, disinilah diuji kesungguhan dan totalitas partai-partai pendukung Prabowo-Sandi. Memilih untuk secara mati-matian memenangkan capres dan cawapres yang diusungnya, atau lebih mementingkan nasib partainya sendiri. Tentu saja, ada hal yang disesali partai pendukungnya, yaitu menempatkan Sandiaga Uno sebagai bakal cawapres Prabowo, karena keduanya sama-sama berasal dari Gerindra.
Sesuatu yang tidak bisa dibayar berapapun harganya untuk tetap bisa melihat partai eksis di parlemen. Semuanya sudah menjadi pilihan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews