Saya rasa Hidayat Nur Wahid sudah ketularan Rocky Gerung. Hidayat menyebut Sandiaga Uno sebagai ulama, karena mengambil defisini yang dipersepsikan sendiri. Sama seperti Rocky yang muter-muter mencari definisi fiksi, hanya karena hendak membela ceramah Prabowo.
Jika kita perhatikan cara Rocky memaparkan pikirannya, kerapkali dimulai dengan meredefinisi kata yang hendak dibahas. Setelah didapat definisi baru, kemudian dia mengarahkan kesimpulannya sesuai dengan apa yang hendak dia capai.
Ini memang cuma akrobat intelektual.
Nah, Hidayat Nur Wahid yang biasanya literer dalam melihat persoalan, alhamdulilah, kini sudah berani keluar dengan definisi-definisi baru. Tentu saja ini bagus, sebagai latihan agar otak tidak butek.
Sayangnya definisi yang dimaksud hanya bertujuan melabeli seorang Sandiaga Uno. Ketika menafsir surat makna Al maidah 51, kenapa pikirannya tidak seterbuka ini?
Begini. Hasil Ijtima Ulama pertama mengamanatkan Prabowo untuk mengangkat Calon Wakil Presiden dari kalangan ulama. Waktu itu keluar dua nama calon: Salim Segaf dan Somad. Orang yang mengaku ulama boleh berpeluh-peluh menggelar Ijtima segala. Mereka bisa mengajukan rekomendasi.
Tapi, kalau Prabowo gak setuju, lu mau apa?
Prabowo mengangkat Sandiaga sebagai Cawapresnya. Sandiaga dikenal sebagai pengusaha. Bukan ulama.
Apa Prabowo melanggar hasil Ijtima Ulama yang merekomendasikan Cawapres mestinya dari kalangan ulama? Sebentar, jangan ngambil kesimpulan dulu.
Lalu hadir Hidayat Nur Wahid. Tinggal dia ngomong saja: Sandiaga Uno itu adalah ulama. Taaaraaaaa...
Klop. Yang tadinya Prabowo tidak mengikuti saran Ijtima Ulama, kini lihatlah, Prabowo sudah memilih seorang ulama baru sebagai Cawapresnya. Sesuai dengan saran Ijtima Ulama. Sebuah menyelesaian yang sangat islami.
Jadi ada gunanya juga Rocky Gerung menjadi idola baru kelompok ini. Setidaknya cara berfikirnya bisa dipinjam untuk menyelesaikan sebuah masalah rumit.
Dan kini, Prabowo adalah Capres yang mengikuti rekomendasi Ijtima Ulama. Keren kan?
Sama seperti Abu Kumkum. Dia ini pecinta anjing. Tapi, kata ustad di kampungnya, anjing lebih baik jangan dipelihara. Karena haram.
Bukan Abu Kumkum jika soal sesimpel ini saja menyerah. Logikanya terbiasa jungkir balik. Dengan enteng dia menamakan anjingnya, Kucing. Nah, memelihara kucing gak haram toh? Masalah selesai.
"Kuccinggggg...."
"Guk, guk, guk..."
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews