Pak Prabowo, Ayo Fokus ke Suara Rakyat, Bukan ke Suara Pejabat!

Minggu, 9 September 2018 | 21:39 WIB
0
789
Pak Prabowo, Ayo Fokus ke Suara Rakyat, Bukan ke Suara Pejabat!

Saya memahami keresahan dan kecemasan kawan-kawan Pendukung Pak Prabowo Subianto melihat fenomena balik badan dan dukungan hampir semua Gubernur terpilih di Pilkada 2018 lalu kepada Petahana berkuasa sekarang.

Lukas Enembe (Papua Barat), Nurdin Abdullah (Sulsel) , Sutarmidji (Kalbar), Herman Deru (Sumsel) dan Gubernur Maluku Utara yang ikut di usung oleh Barisan Parpol pendukung Pak Prabowo secara terang-benderang malah menyatakan dukungannya untuk Jokowi Dua Periode.

Tentu saja Ridwan Kamil (Jabar), Ganjar Pranowo Jateng), Laiskodat (NTT) dan Gubernur terpilih Bali sudah pasti ikut arahan partai Nasdem dan PDI untuk mati-matian mendukung Jokowi.

Bahkan Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi yang sejak awal diusung Gerindra dan PKS mulai terkesan hati-hati serta tidak berani secara frontal menyatakan arah dukungannya di Pilpres 2019 tahun depan.

Saya berani memastikan, dari 34 Gubernur yang menjabat sekarang, mungkin cuma Gubernur DKI dan Kalimantan Timur yang akan dipastikan secara frontal menyatakan diri dibarisan oposisi.

Kecemasan kawan-kawan bisa saya pahami karena saya juga merasakan hal yang sama. Mungkin karena belum terbentuknya Team Kampanye Nasional yang defenitif, jadi kerumunan rakyat pendukung Pak Prabowo-Sandi masih terpencar, mengambang dan banyak yang malah kebingungan.

Berbeda dengan Kelompok Petahana yang justru sejak 2014 kelompok Relawannya sudah terbentuk solid, ditambah dukungan mayoritas Partai dan rezim yang sedang berkuasa, maka mereka merajai panggung dan sudah berlagak juara.

Saya bukan orang Partai, bukan anggota Tim Kampanye, bukan anggota Timses dan bahkan bukan siapa-siapa.

Saya cuma satu dari ratusan juta anak-anak bangsa yang mencintai negeri ini dan berjuang untuk perubahan yang lebih baik.

Andai Pak Prabowo atau Sepupu Sandiaga Salahuddin Uno , paling tidak ada diantara Tim Kampanye dan Timses Pak Prabowo-Sandi yang membaca tulisan ini, saya menghimbau agar ada dibentuk tim khusus yang akan menyatukan suara relawan pendukung Kosong Delapan.

Berkaca ke sejarah di Pilpres 2014 lalu. Pak Jokowi hanya didukung 4 Parpol yang total suaranya cuma 39,97 persen tapi mampu mengalahkan Pak Prabowo yang didukung 6 Partai dengan total suara 48,93 persen.

Artinya secara tidak langsung Pak Jokowi justru dimenangkan oleh suara relawan pendukungnya setanah air.

Jadi wajar saja kalau selama ini Pak Jokowi terkesan memanjakan dan begitu perduli dengan kelompok-kelompok relawan pendukungnya.

Sebaliknya saya melihat Kubu Pak Prabowo masih tetap bersikap formal dan lebih tergantung orang-orang Partai. Padahal suasana sekarang sepatutnya disyukuri Oposisi.

Di Pilpres 2014 lalu, kelompok Relawan Pak Jokowi menguasai Jalanan dan Media Sosial. Sekarang terbalik, kelompok relawan pendukung Oposisi (Prabowo-Sandi) yang menguasai Jalanan dan Media Sosial. Sayangnya belum begitu terkoordinasi. Lebih memprihatinkan lagi seperti tidak terlalu diperdulikan.

Saya bukan mau mengecilkan peranan Partai-partai pengusung dan pendukung Pak Prabowo-Sandi. Tapi berbicara keikhlasan, tentu saja nilai kelompok relawan jauh lebih murni karena tidak akan ada kepentingan pribadi.

Dukungan kelompok relawan akan mematahkan ambisi kelompok-kelompok tokoh-tokoh dan Pejabat Penjilat.

Maaf saja, sekedar contoh. Bisa saja Bang Midji Gubernur Kalimantan Barat yang baru terpilih menyatakan dukungannya kepada Pak Jokowi untuk dua periode.

Lucunya kali ini dia akan satu suara dengan Bu Karolin, Cagub yang diusung PDIP yang dia kalahkan di Pilgub Kalbar yang lalu. Tapi saya memastikan, mayoritas pemilih Bang Midji suaranya akan berlabuh ke Pasangan Prabowo-Sandi.

Sebaliknya suara pendukung Bu Karolin bahkan Milton-Boy yang diusung Gerindra mayoritas akan memilih Pak Jokowi.

Analisa saya berdasarkan fakta dilapangan karena ratusan teman saya pendukung fanatik Bang Midji di Pilgub Kalbar kemarin juga sekaligus pendukung Pak Prabowo dengan kadar militan yang sama. Mereka bukan orang Partai, tapi relawan yang tidak terikat kepentingan. Mereka-mereka ini butuh komando dan perhatian agar tidak menyeberang karena tidak diperdulikan.

Karena itu saya menyarankan Pak Prabowo dan Sepupu Sandi agar lebih serius menyatukan suara Relawan. Jangan tempatkan orang-orang Partai yang mengurus Relawan.

Relawan-relawan Anda tidak mungkin di urus Fadli Dzon, Ali Mardani, Edy Prabowo, Sufmi Dasco dan para politikus Partai lainnya. Ada nama Bang Buni Yani, Dokter Chilafat Dalimunte atau bahkan Bang Fahri Hamzah yang sekarang dianggap non partisan. Ada Mbak Naniek atau Mbak Neno untuk menyatukan emak-emak se-Nusantara.

Tapi tolong serius dan diseriuskan menyatukan dan memperhatikan kelompok-kelompok Relawan senusantara yang siap berjuang tanpa pamrih untuk kita bersama menyelamatkan Indonesia.

***