Penguasa Mulai Represif dan Tangan Besi

Minggu, 26 Agustus 2018 | 19:25 WIB
0
496
Penguasa Mulai Represif dan Tangan Besi

Setelah dihadang sampai tak bisa keluar dari Bandara Sultan Syarif Kasim di Pekanbaru, akhirnya pegiat demokrasi, Neno Warisman, dipaksa pulang ke Jakarta, tadi malam, Sabtu 25 Agustus 2018. Neno datang untuk mengikuti acara deklarasi #2019GantiPresiden di ibukota Riau, pada Minggu 26 Agustus 2018.

Tidak ada kata lain untuk diucapkan: bahwa penguasa mulai menggunakan cara-cara represif untuk mempertahankan kekuasaannya. Mulai bertindak tangan besi. Ini tidak berbeda dengan perlakuan yang dialami Megawati Sukarnoputri ketika kantor PDIP diserbu 27 Juli 1996 oleh aparat yang melakukan penindasan atas nama kekuasaan.

Sekarang, kekuasaan pemerintahan yang di dalamnya ada PDIP berbalik melakukan penindasan. Melakukan tindakan represif terhadap kegiatan demokratis yang dilakukan oleh Mbak Neno.

Aparat kepolisian di Riau tidak bisa cuci tangan dari tindakan represif terhadap aktivitas demokrasi yang dijamin oleh UUD 1945. Yang dijamin oleh prinsip-prinsip hak asasi manusia universal.

Polisi Pekanbaru tidak harus menyerah pada desakan gerombolan preman yang menghalangi Mbak Neno keluar dari bandara. Para pendukung Mbak Neno mengatakan, mereka merasa polisi tidak netral dalam menjalankan fungsi sebagai penegak hukum dan keadilan. Tentu ini akan menjadi catatan buram bagi kepolisian.

Mbak Neno datang ke Pekanbaru untuk ikut dalam deklarasi #2019GantiPresiden. Dengan tindakan represif terhadap kegiatan yang sah dan konstitusional ini, kita menjadi heran mengapa (1)gerombolan preman turun menghadang, dan (2)mengapa polisi tak mampu membubarkan mereka?

Tindakan represif ini dan dua pertanyaan di atas akan membayangi para penguasa dan politisi yang selama ini mengaku selalu berpegang pada prinsip demokrasi Pancasila.

Mereka harus menjelaskan apakah langkah represif seperti ini mereka restu atau mereka kutuk. Atau, apakah cara-cara tangan besi seperti ini yang telah mereka rencanakan untuk mempertahankan kekuasaan.

***