Keluar masuk partai mirip seperti melepas baju dan memakai baju. Semudah dan segampang itu. Hari ini memakai baju partai A, besok bisa berganti memakai baju partai B atau partai C dan D.
Mungkin kalau baju partai itu dikumpulkan dan digantung dalam lemari akan banyak Jas atau baju partai yang bermacam-macam atau berbeda-beda.
Penyebab berpindah partai bermacam-macam: ada yang karena kecewa atau tidak ada kecocokan atau karena sebagai strategi. Soal ideologi, ternyata tidak menjadi pertimbangan.
Lihat saja sekarang yang mendaftar menjadi caleg, mereka melakukan rokade atau berpindah partai dari partai A ke partai B, bahkan seperti orang mencari pekerjaan atau resign dari pekerjaan untuk mencari posisi yang lebih baik.
Tetapi dalam kasus lain atau dalam hal tertentu orang keluar partai bukan karena kecewa atau karena ada konflik internal partai. Dalam hal ini majunya Sandiaga Uno sebagai cawapres yang notabene sebagai kader partai Gerindra.
Sandiaga Uno adalah kader Partai Gerindra yang jabatannya tertinggi kedua setelah Prabowo sebagai ketum partai.
Tetapi karena Sandiaga Uno diusung sebagai cawapres oleh Gerindra, PAN dan PKS, maka baju Gerindra yang melekat pada Sandiaga Uno untuk sementara dilepas atau ditanggalkan sebagai bagian dari strategi. Dan Sandiaga Uno memakai baju putih tanpa identitas partai.
Ini semua dilakukan untuk menghindari konflik atau gesekan di antara partai pendukung, yaitu antara PKS dan PAN. Jadi untuk sementara Sandiaga Uno tidak memakai baju partai atau independen.
Nah, yang menjadi pertanyaan: bagaimana kalau dalam pilpres 2019 Sandiaga Uno kalah? Apakah akan memakai baju partai lagi, yaitu masuk Partai Gerindra lagi?
Bisa jadi, karena Sandiaga Uno berpotensi akan menggantikan Prabowo sebagai ketum partai Gerindra. Karena dari segi finansial dan usia, Sandiaga Uno yang mempunyai syarat itu. Toh pemegang saham mayoritas Partai Gerindra adalah Prabowo dan Hasim Djohadikusumo. Mereka berdua punya kewenangan dan otoritas tertinggi di partai Gerindra. Bisa menunjuk siapa saja yang dikehendaki atau mereka inginkan.
Tapi kalau Sandiaga Uno menang dalam pilpres yang berpasangan dengan Prabowo Subaianto, maka Sandiaga Uno juga harus memakai baju partai sebagai wakil atau representasi partai sebagai bentuk rasa keadilan. Masak capres dan cawapres dari partai yang sama, sekalipun saat ini sudah keluar dari partai Gerindra.
Inilah pragmatisme dalam partai, hari ini memakai baju partai A, besok pagi sudah memakai baju partai B, entah esok harinya lagi mau memakai baju apalagi. Boleh aja deh, yang penting asal ga telanjang aja.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews