Samantha Tak Pernah Takut Lawan India, Rusia, bahkan China

Sabtu, 11 Agustus 2018 | 10:09 WIB
0
555
Samantha Tak Pernah Takut Lawan India, Rusia, bahkan China

Samantha Edithso, 10 tahun, kembali menunjukkan bahwa ia adalah pecatur jenius setelah merebut medali emas catur cepat U-12 di Eastern Asia Youth Chess Championship 2018 baru-baru ini di Shanghai. Ia adalah mutiara yang kilaunya perlu terus diasah dengan memberinya pelatih berpengalaman dan kesempatan berlaga di kejuaraan catur, bergengsi.

Tata, panggilan Samantha, juga telah membuktikan bahwa gelar juara dunia catur cepat U-10 yang disabetnya beberapa pekan lalu bukan didapat karena kebetulan semata, tetapi melalui hasil kerja keras di atas papan. Mata dunia, khususnya dunia catur yang saat ini didominasi pecatur Rusia, India, dan China, seolah-olah terbuka. Wellll.... ternyata ada mutiara yang sedang berkilau dari Indonesia!

Media mencatat bahwa pecatur yang berasal dari Rusia, India dan China --tiga negara yang demikian mengelola catur sebagai kebanggaaan negara-- umumnya kuat-kuat dan sulit untuk dikalahkan. Rata-rata para pecatur muda mereka dibekali ilmu bertanding, taktik dan strategi yang berasal dari pelatih yang disediakan sponsor. Namun bagi Samantha mereka itu tidak lebih dari pecatur ayam sayur, kasarnya begitu. Sebab, satu persatu pecatur tangguh itu Samantha lumat tanpa ampun.

Tidak percaya? Cobalah lihat data statistik berikut ini.

Pada even Asian Youth Chess Championships 2018 yang berlangsung di Chiangmai, Thailand, bulan Maret 2018 lalu Samantha bertemu dengan 11 pecatur India dengan hasil 8 kali menang 2 kali draw dan hanya kalah satu kali. Perlu dicatat, para pecatur India meski masih belia, di dada mereka tersemat nama sponsor yang membiayai penuh keperluan mereka untuk bertanding. Wajar kalau anak-anak India ini punya pengalaman bertanding yang lengkap.

Tapi Samantha tidak boleh diremehkan, meski tanpa pecatur dan harus berlatih sendiri di rumah. Tiga bulan kemudian di even FIDE World Cadets Chess Championship 2018 di Minsk, Belarus, Samantha dipairing bertemu dengan 11 pecatur Rusia. hasilnya, ia menang 9 kali dan kalah 2 kali.

Terakhir di Eastern Asia Youth Chess Championship 2018 di Shanghai, pecatur cilik asal Bandung ini harus bertarung sendirian melawan 20 pecatur China. Bagaimana hasilnya? Simak catatan ini: 13 kali menang 3 kali draw dan 4 kali kalah.

Hebatnya, Samantha melakukan itu semua tanpa pelatih khusus dan hanya berlatih sendiri di rumah, sebagaimana disebutkan di atas. Bayangkan jika saja ia punya pelatih bergelar GM seperti yang dimiliki Praggnanandhaa hasilnya tentu bisa lebih dahsyat.

Percasi sebagai induk organisasi catur mestinya turun tangan dengan mencarikan sponsor yang bisa secara berkesinambungan membiayai keperluan Samantha bertanding di luar negeri, juga menyediakan pelatih berpengalaman bagi Samantha dan anak-anak Indonesia berbakat catur lainnya.

Percasi tidak boleh membiarkan mutiara ini muram karena tersaput endapan debu dan kotoran. Samantha harus tetap diasah dengan memberinya lebih banyak kesempatan. Jangan sampai orangtua Samantha sendiri yang ke sana ke mari mencari sponsor dan membiayai pelatih, bukankah adanya Percasi untuk memajukan catur di Tanah Air. Nah, ini potensi yang sudah ada di depan mata jangan dibiarkan!

Tetapi terlepas dari soal pelatih ini, Samantha seperti memberi pesan tidak tertulis kepada para pecatur muda Indonesia untuk tidak takut jika berhadapan dengan lawan-lawan dari tiga negara tersebut. Mereka bisa dikalahkan!

Terus maju Samantha. Hidup Percasi!

***