Isu Rujuk Lima Tahunan dan Komoditas Politik

Sabtu, 11 Agustus 2018 | 19:36 WIB
0
575
Isu Rujuk Lima Tahunan dan Komoditas Politik

Dalam mitos atau tradisi Jawa, istri atau wanita berperang penting dalam mengantarkan seorang lelaki atau suami dalam meniti karier menuju kekuasaan. Istri bukan hanya pelengkap yang digandeng kemana-mana dalam acara kenegaraan atau jamuan makan malam dengan kolega suami.

Bahkan untuk menjadi pejabat di negeri ini seorang lelaki seakan tidak sempurna dan harus mempunyai pendamping hidup yaitu seorang istri,tanpa istri untuk menjadi pejabat negara biasanya akan sering menemui kegagalan yang berulang-ulang.

Apakah ini ada kaitannya dengan kegagalan demi kegagalan yang dialami Prabowo Subianto dalam menuju puncak kekuasaan menjadi seorang presiden?

Setelah bercerai dengan Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto, Prabowo lebih fokus pada dunia politik untuk menjadi presiden. Kadang juga hobi berkuda.

Dan Prabowo sudah dua kali ikut pilpres dari 2009 dan 2014. Tahun 2009 jadi cawapres mendampingi Megawati Soekarniputri. Tahun 2014 "solo karier" sendiri melawan pendatang baru, Joko Widodo. Dua-duanya kebetulan kalah. Tahun 2014 tahun "menyakitkan" bagi Prabowo setelah perjanjian Batutulis diabaikan Megawati. Sudah itu, ia pun kalah saat melawan tukang kayu yang dari Solo.

Di sisi lain, rasanya waktu itu Prabowo yang adalah anak tokoh dan begawan ekonomi, Sumitro Djoyohadikusumo, hampir tidak mungkin dikalahkan.

Tapi Tuhan berkehendak lain.

Dan sekarang Prabowo maju lagi sebagai capres untuk Pilpres 2019.

Setiap pilpres isu akan rujuk atau kedekatan Prabowo dengan Titiek Soeharto selalu santer terdengar. Misalnya kemarin saat pendaftaran sebagai capres dan cawapres, Prabowo ditemani Titiek Soeharto yang juga sebagai petinggi Partai Berkarya. Bahkan hubungan Prabowo dengan keluarga Cendana semakin dekat dan mencair karena Pilpres 2019 ini.

Seakan rujuknya Prabowo dengan Titiek Soeharto menjadi isu yang selalu muncul lima tahunan dalam hajatan pilpres untuk menjadi penguasa di negeri ini. Baik pada 2014 dan 2019.

Bahkan partai pendukungnya yaitu PKS juga menyarankan Prabowo untuk rujuk, mungkin PKS tahu kalau rujuk ada kemungkinan besar Prabowo akan memenangkan pilpres 2019.

Mungkin ada benernya jugamkenapa Prabowo suka meledak-ledak dan terkesan emosi kalau sedang berbicara di atas podium. Bukan karena ia singa podium tetapi lebih karena tidak ada pendamping atau istri. Dan itulah yang dilakukan Prabowo sebagai penyaluran dengan berbicara meledak-ledak, bahkan pada momen tertentu dibarengi ngibing (menari) Jawa.

Kalau ada istri atau pendamping, boleh jadi Prabowo akan lebih mampu mengontrol emosi dan lebih kalem atau tidak mudah meledak. Mengapa? Karena akan ada yang mengingatkan. "Mas, bok ya jangan keras-keras begitu," demikian bunyinya.

Rujuk adalah hal yang baik jika hal itu dikehendaki kedua belah pihak. Jangan sampai isu rujuk atau kedekatan Prabowo dan Titiek Soeharto hanya untuk kepentingan politik dalam pilpres 2019. Kalau mau rujuk yaaa.... alhamdulilah, biar bisa berjalan seiring sejalan, siapa tahu ada berkah dan terpilih menjadi presiden yang menjadi cita-citanya sejak menjadi petinggi TNI atau militer.

"Burung di luar sangkar memang terkesan bebas dan bisa hinggap di manapun yang ia sukai, tetapi... burung dalam sangkar lebih terawat dan terjamin keamanannya, sekalipun terpenjara dalam sangkar".

Ah, itu kan burung.

***