Kadang kalau mengikuti keinginan hati, ingin rasanya lewat tulisan dan orang-orang dekat Pak Prabowo menghimbau beliau: "Sudahlah Jenderal, Kita cukupkan di sini perjuangan ini!"
Melihat usia beliau yang juga sudah mulai sepuh, hartanya habis terkuras demi memperjuangkan masa depan bangsa ini, sedangkan rakyat jelata yang beliau perjuangkan justru ikut irama para Politisi busuk dengan mencaci-maki dan mem-bully beliau, demi Allah, saya tidak tega.
Kalau hanya untuk hidup tenang dan memikmati hidup nyaman, harta beliau sudah lebih daripada cukup dan tidak akan habis tujuh turunan.
Sementara sekarang, tenaga, pikiran dan uang beliau habis terbuang tapi justru rakyat yang beliau perjuangkan malah tertawa melecehkan.
Tragisnya, berulangkali saya coba intip akun-akun yang melecehkan Pak Prabowo, rata-rata berasal dari kalangan kelompok pra-sejahtera yang hidupnya menderita.
Postingannya berapi-api membela pencabutan subsidi tapi postingan bulan lalu baru gadai HP karena tidak ada uang untuk makan.
Sialan...
Postingannya memuja pembangunan jalan tol dimana-mana, tapi mobil aja mereka tidak punya. Jadi apa gunanya jalan tol itu untuk dia?
Kadang kala ingin rasanya menitip satu pesan, "Eh nyemot, kami berjuang demi kemakmuran negeri ini, biar kamu dan anak cucumu ikut sejahtera dan menikmati bagi hasil dari tambang dan kekayaan alam Nusantara".
Saya sampai sekarang percaya, di antara deretan para politisi bermulut manis, Prabowo adalah satu yang paling ikhlas untuk bangsa ini.
Justru karena keikhlasannya, beliau selalu dijegal dan dengan berbagai cara berusaha dibungkam. Karena mereka tahu, kalau Pak Prabowo diberikan kekuasaan, semua permainan kotor mereka akan dibongkar habis. Para politikus hitam yang bertahun-tahun menikmati sumber daya alam dan kebocoran anggaran keuangan negara ini akan disikat habis.
Mereka tentu saja tidak rela, kenyamanan hidup seperti para raja dan keluarga bangsawan yang mereka nikmati di atas penderitaan rakyat jelata akan berakhir.
Saya pernah mendengar cerita haru yang menyesakkan dada tentang beliau di suatu senja.
Pak Prabowo berdiri di teras halaman belakang rumah beliau di Hambalang, sambil menatap cakrawala yang akan pulang keperaduan, tiba-tiba beliau berteriak:
" Hei Ndro... !!! Hei Ijat...!!! Hei Otit...!!! saya tahu rumahku ini kalian sadap !!!. Kalian dengarkan.
Sekarang kalian dengarkan baik-baik wahai para pengkhianat, saya tidak akan pernah membiarkan kalian menjual negeriku ini kepada bangsa asing. Saya tidak akan pernah membiarkan kalian menjual bangsaku ini kepada orang asing, nyawaku sekarang adalah hadiah tambahan dari Tuhan dan akan kupertaruhkan sampai titik darah terakhir....".
Semua yang mendengar teriakan parau khas Pak Prabowo terdiam, beberapa orang menitikkan air mata. Mereka orang-orang d isekeliling Pak Prabowo tahu, Jenderal ini adalah legenda ketulusan hidup seorang sahabat, seorang teman, seorang Pemimpin dan seorang anak bangsa.
Tanyalah kepada Pak Wiranto
Tanyalah kepada Pak Luhut
Tanyalah kepada Bu Megawati
Tanyalah kepada Pak Jokowi
Tanyalah kepada Pak Ahok
Tanyalah kepada Pak Anies Baswedan
Tanyalah kepada Pak Mahfudz MD
Tanyalah kepada para politikus ulung yang sekarang berulang kali mencerca dan menghina beliau, seberapa banyak jasa seorang Prabowo Subianto kepada mereka?
Tetapi kebanyakan dari mereka adalah kumpulan kacang-kacang brengsek yang lupa dengan kulitnya. Kalau dengan orang yang berjasa kepada mereka saja mereka lupa, apalagi kepadamu rakyat jelata.
Sayangnya bangsa ini lebih memilih suasa daripada permata. Lebih memilih pencitraan daripada ketulusan. Inilah Indonesia kita, rakyat yang menderita ikut pura-pura bahagia hanya karena membela yang mereka puja. Seharusnya kita biarkan saja negeri ini tenggelam.
Tapi Jenderal....
Di pagi tadi saya berjumpa kakek tua pedagang mainan anak-anak yang mengayuh sepeda tuanya ke sekolah tempat anakku belajar.
Dia juga anak bangsa, yang berjuang dengan tetesan-tetesan keringat demi keluarganya.
Seharusnya orang ini bisa hidup lebih sejahtera andai mendapat sedikit bagian dari percikan kekayaan Nusantara.
Masih ada ibu-ibu penjual gorengan dengan senyum menanti saya singgah. Mereka rakyat kita yang buta politik dan hanya pasrah. Mereka ini dan jutaan rakyat-rakyat kecil lainnya seharusnya bisa hidup lebih makmur andai kekayaan negara ini dikelola dengan benar oleh Pemerintah yang berkuasa.
Mereka rakyat kita dan seharusnya bisa hidup sejahtera kalau kekayaan Indonesia digunakan untuk kita semua. Setahu saya, itulah tujuan para pahlawan bangsa merebut kemerdekaan dari para penjajah.
Tetaplah semangat dan berjuang dengan Ikhlas Jenderal. Pimpin kami dan kita sama-sama berjuang menyelamatkan Indonesia.
Penjajahan asing sudah berakhir, tapi jutaan rakyat jelata masih hidup menderita. Berarti kita masih terjajah....
Tapi mungkin penjajah yang sekarang berkulit sawo matang, sama dengan kulitmu dan kulitku.
Tetap semangat Jenderal.
Kalaupun nantinya takdir berkata lain, kami tetap bangga telah memilih bersama anda.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews