Mengecewakan, usai Jokowi menyebut Ma'ruf Amin cawapres. Kenapa bukan Mahfud MD? Ekspresi Jokowi sendiri, sama kecewa dengan kita. Kita? Ya, yang berharap perubahan Indonesia secepatnya. Urutan kejadiannya tak bisa digelapkan. Perubahan terjadi menit-menit terakhir. Dan kemudian, sikap kenegarawanan Mahfud berkata; “Jokowi tak usah merasa bersalah...”
Mahfud dengan emphatic memahami drama yang terjadi. Dalam kerumunan 9 parpol, Jokowi sendirian. Berbagai alasan dibungkus heroisme, bisa jadi dijejalkan padanya. Entah atas nama kerukunan atau demi Pilpres 2024.
Politik bisa sangat jahat. Jokowi sudah merasai tuduhan dan fitnah. Agen asing-aseng. PKI. Cina. Anti Islam. Romahurmuzy, mungkin sudah bercerita pada Jokowi, apa yang terjadi pada Pilpres 2014 ketika dirinya berada di kubu Prabowo. Bagaimana ombak mukul dentur selama, seperti dalam puisi Chairil Anwar.
Pilihan pada Ma’ruf Amin, apapun alasannya, dalam helaan nafas kemudian, mestinya tak membuat kita meninggalkan Jokowi makin sendirian. Kita berada dalam transisi paska 1998, yang selama 20 tahun mangkrak. Partai politik gagal menjalankan peran.
Karena itulah Jokowi kita menangkan dengan menyingkirkan Prabowo waktu itu. Dalam periode Jokowi, kita tak tahu peranan JK. Jokowi manajer yang baik untuk kabinet kerjanya. Ma’ruf juga akan demikian posisinya, dengan tingkat resistensi serta kepentingan yang lebih rendah dibanding JK.
Di seberang sana, Rizieq Shihab dan Amien Rais terkunci imajinasinya. Meski soal cawapres tua sudah diperolokkan, karena mereka punya pengusaha muda super kaya. Potensial menangguk generasi milenial. Mereka lupa ini pilpres, bukan pilwapres. Dan Jokowi adalah media daring.
Emphatic. Antitesa. Berjiwa bebas. Seorang free-thinker. Mampu mendengarkan. Jokowi gambaran rakyat itu sendiri, kekuatan adaptif abad digital dalam revolusi 4.0 ini. Tanpa maksud menyebut AHY dan Sandi, Jokowi bukan sosialita snob. Ia sebuah nilai, ketulusan, karakter, dan otentisitas.
Menjadi golput, karena kecewa, adalah aneh. Tak cukup alasan, sekiranya mengerti arah politik negara yang mesti dijagai. Jokowi pertahanan terakhir imajinasi rakyat, agar perjalanan bangsa dan negara tak mundur pada pra-reformasi 1998. “Kedaulatan rakyat sepenuhnya, rakyat kuat negara kuat,” ujar Bung Karno.
Jokowi penting bagi proses regenerasi, untuk pasca 2024 dan seterusnya. Ia inspiratif untuk lahirnya kepemimpinan baru, yang beda sama sekali dengan generasi Soeharto. Ma’ruf Amin hanyalah jalan kompromi, karena politik tak selalu lempang. Bayangkan Jokowi bekerja, ditunggui seorang tua yang melindungi, hingga ia bisa lebih fokus dalam legacy kepemimpinannya kelak.
Itu yang harus dijelaskan Jokowi. Apalagi, sukur bage, Ma’ruf Amin sudi menyambangi Ahok di penjara, sebagaimana Musa bertanya pada Nabi Khidir; mengapa sampan (yang ditumpangi) dibakar?
Mari bermain catur!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews