Bahaya Ucapan Presiden Jokowi “Diajak Berantem Juga Berani”

Senin, 6 Agustus 2018 | 00:27 WIB
0
604
Bahaya Ucapan Presiden Jokowi “Diajak Berantem Juga Berani”

Pernyataan mengejutkan datang dari Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Mengutip judul dari CNN Indonesia.com, Sabtu 4 Agustus 2018, “Jokowi Minta Relawan Tak Cari Musuh, Tapi Siap Berkelahi”, menjadi viral di media sosial hari-hari ini.

Advokat senior dari Surabaya Poerwanto, menulis, “Waduh, seruan mengerikan. Harusnya tidak keluar dari mulut seorang presiden. Hal ini sama halnya ajakan mengobarkan semangat untuk menjadi hakim jalanan,” tulis Poerwanto dalam akunnya.

“Pak Presiden lupa, Indonesia itu negara hukum. Atau, Pak Presiden mungkin menganggap dirinya sebagai 'panglimanya' hukum . Semoga Indonesia aman,” lanjut Poerwanto. Harapan Advokat Poerwanto itu tentu saja tidak berlebihan.

Apalagi, bangsa Indonesia kini sedang menghadapi persoalan ekonomi dan utang negara yang semakin menumpuk. “Rakyat sudah lelah, kenapa Presiden justru mengajak relawan untuk siap berkelahi? Kami sudah capek, Pak!” seru seorang warga.

Dalam rapat umum relawan Jokowi di Sentul International Convention Center, Kabupaten Bogor, Sabtu 4 Agustus 2018, Presiden Jokowi hadir dan berpesan supaya para relawan tidak perlu mencari musuh dalam masa kampanye, tetapi juga siap jika harus terlibat baku hantam.

“Jangan membangun permusuhan, jangan membangun ujaran-ujaran kebencian, jangan membangun fitnah-fitnah. Tidak usah suka mencela, tidak usah suka menjelekkan orang lain. Tapi kalau diajak berantem juga berani,” kata Presiden Jokowi.

Seperti ditulis CNNIndonesia.com, seruan itu pun disambut riuh tepuk tangan dan teriakan puluhan ribu relawan yang hadir. “Jangan ngajak. Kalau diajak?” tanya Jokowi ke relawan. “Berantem!” balas para relawan.

Sayangnya, tak banyak media massa yang mengabadikan momen itu. Sebagian besar media massa dipaksa keluar ruangan sesaat sebelum Jokowi mengumandangkan seruan itu. Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi mengonfirmasi seruan Jokowi tersebut.

Ia mengatakan memang media massa sengaja diajak keluar karena seruan itu cukup sensitif. “Pak Presiden hanya ingin sampaikan relawan siap berkelahi jika diajak berkelahi. Tapi jangan mengajak perkelahian. Tapi itu mungkin sensitif di depan awak media,” ucap Budi.

Budi juga menceritakan Jokowi sempat kaget karena para relawan semangat menyambut seruan itu. "Bahkan, Pak Jokowi ngomong 'Kok kalian disuruh berkelahi kok malah senang?' Kami jawab, 'Karena kita semua petarung, Pak',” lanjut dia.

Di dalam acara itu puluhan ribu relawan juga mengikrarkan janji setia mendukung Jokowi melanjutkan kepemimpinannya di periode kedua. Ikrar bertajuk “Sapta Tekad Relawan Jokowi” dibacakan Ketua Pelaksana Rapat Umum Relawan Jokowi 2018, Viktor Sirait.

“Kami akan memperjuangkan menuju kemenangan, bekerja keras agar Bapak Jokowi tetap terpilih di periode mendatang,” kata Viktor. Kepada Jokowi, relawan dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote siap mengantarnya menjabat dua periode.

Dalam pidatonya, Presiden Jokowi meminta para Relawan Jokowi untuk bekerja lebih keras untuk mempersiapkan pemenangan pada Pilpres 2019. Jokowi meminta para relawannya untuk bekerja lebih militan agat tidak kalah dengan kubu oposisi.

“Saya minta relawan lebih kerja keras. Kalau di sana militan, di sini harus lebih militan. Kalau di sana kerja keras, di sini lebih-lebih kerja keras lagi. Kalau di sana bersatu, kita harus lebih bersatu lagi,” ucap Jokowi, seperti dilansir CNNIndonesia.com.

Rapat itu dihadiri oleh puluhan ribu relawan. Mereka berasal dari berbagai kantong relawan, seperti Projo, Golkar Jokowi, Sahabat Buruh Jokowi, Setnas Jokowi, Sedulur Jokowi, dan puluhan lainnya.

Beberapa tokoh nasional juga terlihat hadir, seperti Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Hanif Dhakiri, dan Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin.

Mengutip SuaraMerdeka.id, Minggu 5 Agustus 2018, Pengurus MUI Pusat Anton Tabah Digdoyo, menyesalkan pernyataan Presiden Jokowi tersebut. “Jika Jokowi benar bilang begitu sangat disesalkan,” tegas purnawirawan Polri berpangkat Irjen ini.

“Bukan hanya tidak etis, tidak pantas, dan tidak lazim, tetapi juga bisa kena pidana. Apalagi omongan pejabat bisa masuk kategori penganjur, untuk melakukan tindak pidana (bila terjadi apa yang dianjurkan) ini terkena KUHP pasal 55 ayat 1 dan 2,” ujarnya .

Menurutnya, karena itu sangatlah mengherankan seorang presiden sembarangan bicara? Apalagi tidak ada fakta sama sekali ada pihak yang mengajak berkelahi. “Seandainya ada fakta pun tidak bisa menghalangi unsur pasal tersebut apalagi tanpa fakta,” lanjutnya.

“Selama ini kubu #2019GantiPresiden tidak pernah bicara seperti itu dan tidak pernah pula ajak berantem, bahkan tokoh-tokoh aksi #2019GantiPresiden tidak pernah bilang seperti yang dikatakan Jokowi maupun Ngabalin,” ungkap Anton Tabah Digdoyo.

“Jangan dibalik menuduh yang konstitusional dibilang provokasi dan radikal, tapi yang radikal dan provokatif dibilang konstitusional. Ojo dumeh kuasa, ini adalah tugas pokok anggota MUI harus dan wajib (mengingatkan) siapapun yang lalai,” ujarnya.

“Apalagi mengingatkan penguasa yang lalai itulah Jihad paling utama,” tegas Anton Tabah Digdoyo. Reaksi yang lebih keras datang pula dari purnawirawan perwira tinggi TNI AD Dimas Syamsu. “Baguslah, justru ini momen yang kami tunggu,” tegasnya.

“Darah kami masih merah, siap ditumpahkan, dan tulang kami masih putih, siap menjadi kerangka mengorbankan jiwa raga membela negara tumpah darah kami dan agama kami,” tulis Dimas Syamsu dalam akun Facebook-nya.

Menurutnya, perang itu sangat buruk namun merupakan jalan terakhir meski yang terburuk dari yang paling buruk untuk tercapainya tujuan yang lebih baik. “Ketika perang dimulai tidak akan berhenti sebelum tujuan perang berhasil apapun resikonya...paham!” tegasnya.

“Selama ini kami diam karena masih berusaha menjaga kesetia kawanan sebagai sesama anak bangsa. Jadi bukan kami lemah apalagi takut karena urat takut kami sudah putus kecuali takut kepada allah SWT,” lanjut Dimas Syamsu, alumni Akabri angkatan 1974

.

Setelah statement Presiden Jokowi itu direaksi keras, Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi SP langsung mengklarifikasi. Johan mengatakan, pidato presiden yang menyinggung relawan agar siap berkelahi merupakan sebuah kiasan.

Menurut Johan, siap berkelahi yang dilontarkan Jokowi tersebut bukan dalam arti fisik. “Saya kira yang disampaikan Pak Jokowi kiasan. Berantem jangan dikaitkan secara fisik,” katanya di sela-sela pembekalan calon anggota legislatif PDIP di kawasan Ancol, Jakarta.

Johan menyebut pernyataan Jokowi itu tak bernada provokatif terhadap pihak lawan. Pria yang kini menjadi caleg PDIP itu meminta agar semua pihak tak mengartikan pidato Jokowi soal siap berkelahi secara fisik.

“Jangan berantem diartikan fisik. Sebelum bicara itu Pak Presiden pesan jangan fitnah dan lain sebagainya,” ujarnya, seperti dilansir CNNIndonesia.com. Untunglah jika akhirnya Johan segera mengklarifikasi Presiden Jokowi itu.

***