Energi kita sekarang ini terkuras untuk berdebat dan saling ledek soal jaring hitam di Kali Item, belakang Wisma Atlet Kemayoran. Semua dengan argumen dan logika masing-masing. Dengan selera dan kepentingan masing-masing.
Saya ingin keluar dari kolam perdebatan itu, lalu berhitung soal kemungkinan-kemungkinan teknis yang bisa dilakukan dengan sisa waktu yang tersedia sampai Asian Games 18 Agustus 2018 dibuka.
Tentu saja saya menilainya dari sudut pandang awam. Saya bukan ahli sungai, bukan ahli keruk, bukan ahli tata kota, bukan pula ahli lingkungan. Pokoknya, bukan ahli. Atau dengan kata lain, ahli yang serba bukan. Bukan ini dan bukan itu.
Saya cuma mau berhitung, apabila dilakukan pengerukan, mungkinkah itu dikerjakan? Berapa lama waktunya? Berapa tenaga yang diperlukan, berapa peralatan yang dibutuhkan?
Mari kita hitung!
Jaring yang dipasang di kali itu, berdasarkan informasi yang saya himpun dari media, kira-kira panjangnya 600 meter. Area itulah yang dianggap paling "memalukan" sehingga harus ditutup.
Jika kita menetapkan target pada tanggal 10 Agustus 2018 pekerjaan pengerukan harus selesai, dan sekarang adalah tanggal 22 Juli, kita punya waktu 20 hari untuk mengerjakannya. Taruhlah kita baru bisa mulai akhir pekan ketiga Juli 2018, kita punya 15 hari kerja.
Dengan 15 hari kerja, dengan cakupan pekerjaan sepanjang 600 meter, maka dalam sehari kita perlu bekerja menyelesaikan pengerukan sungai sepanjang 40 meter.
Pertanyaan lanjutannya, alat apa yang dibutuhkan dan berapa jumlahnya? Dibutuhkan tiga jenis peralatan berat untuk melakukan pengerukan, yakni (1) backhoe, (2) loader, dan (3) truk angkut. Untuk satu set peralatan pengerukan tersebut, berapa panjang sungai yang dapat dikeruk setiap harinya?
Karena saya bukan ahli keruk, saya hanya bisa membandingkan volume pekerjaan dengan pekerjaan lain yang datanya tersedia secara publik. Sebagai perbandingan, pengerukan Banjir Kanal Timur di Semarang sepanjang 2,75 km atau 2.750 meter memerlukan waktu sekitar 6 bulan atau sekitar 460 meter per bulan, dengan asumsi pekerjaan dilakukan menggunakan backhoe sebanyak 7 buah, loader 11 buah, dan dump truck sebanyak 213 kendaraan.
Jika asumsi lebar sungai BKT dan Kali Sentiong yang dikeruk sama (setahu saya, BKT Semarang lebih lebar dibandingkan Kali Sentiong), maka untuk mengejar pengerukan sepanjang 15 hari, kita butuh peralatan keruk sebanyak hampir dua kali lipat atau sekitar 14 buah backhoe, 22 loader, dan 400-an dump truck.
Pertanyaannya, apakah Pemerintah Daerah DKI Jakarta punya peralatan sebanyak itu? Saya tidak tahu! Jika tidak punya, apakah ada persewaannya? Saya pastikan ada!
Pertanyaan selanjutnya, apakah tersedia anggaran untuk melaksanakan pengerukan itu? Saya tidak tahu juga. Mungkin juga ada yang bisa menambahkan informasi ketersediaan anggaran ini.
Dengan waktu sekitar 15-20 hari, apakah masih mungkin dilakukan pengerukan?
Hitung-hitungan kasar saya, masih mungkin! Mudah-mudahan saja ada ahli yang sebenar-benarnya dalam urusan ini yang dapat memberikan gambaran yang lebih rinci dan terukur, baik secara teknis dengan tantangan pekerjaan yang sudah tergambar di atas.
Itu akan lebih baik, dan barangkali akan menyelesaikan persoalan Kali Item, eh Kali Sentiong.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews