Saya tidak tahu apa hubungannya Sorban Ngabalin dengan PT Angkasa Pura Satu.
Kalaupun misalnya kita semua mencoba berhusnudzon bahwa pengangkatan Ngabalin menjadi salah satu Komisaris di PT Angkasa Pura Satu bukan sebagai balas budi, lantas kira-kira alasan apa yang masuk akal menjadikan orang ini sebagai salah satu petinggi di Perusahaan Plat Merah yang mengurusi bandara dan pelayanan penerbangan untuk wilayah Indonesia tengah dan timur?
Saya merasa masih lebih masuk akal kalau Ngabalin menjadi Komisaris di PT Garuda Indonesia. Paling tidak kita masih bisa menghubungkan Sorbannya dengan kisah Karpet terbang ala Aladin, bukankah Aladin juga pakai sorban?
Mungkin dengan masuknya Ngabalin jadi Komisaris di Garuda, Sorbannya bisa menghentikan catatan jelek Garuda yang tahun lalu rugi hampir 3 triliun perak.
Kalau Aladin dengan bantuan Jin-nya bisa menciptakan keajaiban, saya yakin Ngabalin juga tidak kalah sakti dari Aladin.
Tidak usah kita cari siapa yang jadi Jin-nya Ngabalin. Tinggal pilih kalau mau model jin cakep ada Dilan. Mau model Jin jelek, si Adian masih hidup, kan?
Berulangkali saya membaca berita BUMN kita yang selalu merugi.
Lucu juga ya? Mosok Negara bikin Perusahaan kok bisa merugi terus-menerus? Ruginya malah sampai triliunan lagi setiap tahun.
Tolong sampaikan ke Menteri Rini Sumarno, uang segitu dikasih ke saya buat modal buka Perusahaan akan membuka lapangan kerja dengan 100.000 karyawan plus keuntungan 10 persen buat Pemerintah setiap tahun!
Seharusnya para Komisaris, Direktur, dan bila perlu menterinya Rini Sumarno itu datang ke Ujung Gang depan rumah saya.
Di ujung gang itu ada mbok Sari yang cuma jualan bermacam gorengan, mulai dari singkong, pisang, tahu sampai bakwan.
Angkringannya bahkan masih menyewa tempat di halaman rumah orang dan dia harus bayar bulanan.
Rugi...?
Ngga tuh. Bahkan setelah berkali-kali tepung, minyak sampai pisang harganya melonjak naik-turun di pasaran, mbok Sari tetap bisa untung dan menyekolahkan anak dari jualan gorengan.
Mbok Sari memang pernah cerita, usahanya rugi dan hampir kolaps ketika dua keponakan suaminya datang dari kampung dan diperbantukan. Tapi mereka tidak tahu kerja kecuali senyam-senyum menggoda pelanggan. Mereka memang tidak bersorban, tapi harus tetap digaji bulanan, bukan?
Akhirnya mbok Sari mengambil sikap tegas. Tidak perduli keponakan suami sendiri karena tidak berguna dan tidak bisa bekerja, ya pecat.
Usaha gorengannya pun kembali normal dan membukukan keuntungan buat makan dan menyekolahkan anak.
Mungkin kisah BUMN kita juga sama. Terus merugi karena banyaknya orang titipan yang sama sekali tidak punya kemampuan kecuali jual tampang dan jual sorban.
Bedanya para Direktur dan pengelola BUMN kita tidak bisa asal pecat atau menolak para komisaris titipan. Singkatnya BUMN kita memang diplot buat menampung para politisi dan relawan "berprestasi", jadilah BUMN kita jadi bancakan.
Saya jadi teringat saudara tuaku yang berjanji tidak akan bagi-bagi kursi dan jabatan.
Kita tertipu...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews