Sejak dulu diajari bahwa salah satu tugas orang Kristen adalah mengabarkan injil kepada semua makhluk. Setidaknya sampai 5 tahun lalu, saya termasuk orang yang sangat bersemangat melakukan hal itu. Kalau sekarang, mungkin sedikit berubah.
Lima tahun lalu adalah pertama kalinya saya berada di Belgia untuk kuliah. Apakah saya berubah karena berada di tengah orang “nggak kenal TUHAN” di lingkungan yang sangat sekuler? Justru tidak!
Saya justru berpikir ulang gara–gara melihat orang-orang yang “sangat militant dalam melakukan perintah TUHAN”. Setidaknya menurut pemikiran mereka. Apa–apa dimusuhi, dianggap jelek, kalau tidak persis sama dengan teks kitab suci.
Yang lebih parah… orang–orang ini seakan hidup dalam ketakutan. Takut patung, takut simbol, takut benda-benda budaya, sampai takut nama. Padahal mestinya kalau merasa dirinya pengikut Kristus, maka seharusnya percaya akan perlindungan TUHAN yang mengatasi segalanya. Tapi okaylah… orang punya hak untuk meyakini sesuatu.
Hal yang mengganggu adalah sikap sebagian dari mereka yang cenderung merasa benar sendiri dan tidak punya emppati. Contoh… ngatain orang–orang yang baptis percik karena jemaatnya belum mandi. Ini 'kan berarti orang yang TUHANnya sama aja diejek…
Lalu beberapa bulan lalu ada berita lantai mezzanine gedung BEI runtuh. Bukannya simpati pada para korban yang terluka, tapi malah mengutuki supaya runtuh dan menyebut mereka sebagai orang fasik. Eh… ini sesama orang Indonesia loh… Aneh nggak, kalau ada musibah malah dikutuki, giliran Donald Trump datang ke Eropa justru didoakan?
Mereka ini juga paranoid dan benci pada banyak hal gara gara alasan lucu. Misalnya… senang sekali timnas Belgia kalah gara–gara julukannya “Red Devils”. Yaelah… itu kan cuma nickname.
Kalau mereka kalah… ya itu karena mainnya nggak bagus. Bukan karena TUHAN benci nama mereka. Masa iya nama julukannya harus keyahudi-yahudian, harus agamis… “prajurit TUHAN”? “Singa Allah”? bahkan tadi ada yang usul nickname timnas Belgia ganti jadi “Darah Yesus”.
Ini seriuskah, TUHAN mau dibawa–bawa ke pertandingan olah raga? Kalau mikirnya gini, negara Israel itu kurang apa? Benderanya Bintang Daud, lambang negara 7 Kaki Dian. Kok masuk kualifikasi Piala Dunia aja nggak???
Coba, seandainya saya ngomong kepada pria yang saya kasihi “Heh, timnasmu kalah karena TUHANku ga suka mereka, namanya setan sih….” Kira–kira kalau lain waktu saya cerita-cerita tentang TUHAN, ajakin dia berdoa, dia mau percaya nggak? Sementara dia adalah pendukung timnas Belgia.
Jangankan warga asli Belgia yang konon perlu “dikenalkan”pada TUHAN itu. Bahkan orang–orang Indonesia di Belgia, sudah pasti punya ikatan emosional pada negara tempat dia hidup. Saya tahu kalau dari anggota mereka juga ada yang “sedikit”ga nyaman dengan omongan arogan tsb.
Berketetapan melakukan perintah TUHAN adalah sesuatu yang baik. Tapi harus dilakukan dengan rendah hati. Bukan dengan merasa benar sendiri. Semangat untuk mengenalkan orang–orang pada TUHAN juga sesuatu yang baik. Tapi tentunya hal ini harus dibarengi dengan empati, dengan kasih.
Kalau belum-belum nunjukin “kata TUHAN” (yang bahkan “kata TUHAN” menurut mereka inipun masih bisa diperdebatkan), dengan kaku, disampaikan dengan sikap nyengit, maka ya jangan pernah berharap orang–orang akan tertarik untuk mendekat pada TUHAN. Paling jauh ya cuma bisa perang-perangan di alam roh saja.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews