Kemenangan politik Anies Baswedan tidak didasarkan pada isu fundamental, tapi didasarkan keberuntungan posisi politik. Di satu sisi Ahok mati langkah soal blunder kepulauan Seribu, di sisi lain AHY dianggap terlalu hijau dalam politik. Anies gol jadi Gubernur DKI karena keberuntungan, bukan karena narasi politik yang terbangun dalam tubuhnya.
Jadi apapun isu Anies, soal Pribumi, soal Tiang Bambu yang mencoba memprovokasi sentimen kelas di Republik tidak akan laku, emosi soal primordialisme politik, ataupun soal agama sudah tak laku pasca Ahok digiring ke penjara, apalagi yang meniupkan isu itu adalah Anies.
Rakyat banyak sudah membaca bahwa apa yang terjadi pada Ahok sesungguhnya hanyalah tarik tarikan politik belaka. Dan Anies menikmati itu semua, lalu waktu membaca Anies memberikan konsesi keuntungan politik pada orang yang dianggap dekat, bukan orang yang susah payah bertarung di jalan demi kepentingan politik Anies, di sini saja Anies sudah kehilangan konstituen sejatinya.
Celakanya nasib Anies berbeda dengan Jokowi. Bila Jokowi selalu hadir dalam kerumunan rakyat, Anies hadir dalam situasi kesepian.
Di tengah kesepian politik itu Anies mencoba menawarkan isu yang akrobatnya justru blunder di mata rakyat banyak yang tidak sekedar DKI Jakarta, tapi seluruh Indonesia.
Bagaimana bisa menyodorkan sentimen emosional soal bambu sebagai ekspresi rakyat banyak, kalau logika logika kejadiannya nggak masuk akal.
Anies mau mencoba bentuk dramaturgi dalam pertarungan di masyarakat soal Asian Games di mana Anies mencoba membangun imajinasi bahwa Asian Games adalah pestanya rakyat, tapi ia gagal menciptakan prakondisi, dan ia juga nggak paham struktur narasi momentum, karena pada hakikatnya persoalan persoalan DKI Jakarta pasca Ahok dibui, hanyalah persoalan politik.
Rakyat tak percaya bagaimana bisa memperjuangkan ekspresi kerakyatan, sementara dia sendiri pamer istirahat di First Class mewah dalam penerbangan ke luar negeri.
Hakikat penting seorang politisi adalah kemampuan cerdasnya dalam memahami isu yang membentuk dirinya, bila isu saja dia tak paham kerjanya, prosesnya, gol-nya maka ia bukan politisi yang sesungguhnya, ia hanyalah mencoba menjadi politisi yang hanya menawarkan kardus kosong, sesuatu tanpa makna, tanpa tujuan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews