Prabowo Itu Lautan Cinta Tak Bertepi kepada Sesama

Selasa, 17 Juli 2018 | 06:50 WIB
0
303
Prabowo Itu Lautan Cinta Tak Bertepi kepada Sesama

Sahabat saya, katakanlah "Mr X" adalah seorang Sipil yang hobby menaklukkan gunung bersama para Prajurit TNI di beberapa ekpedisi bersama para kelompok Pecinta Alam. Termasuk Ekpedisi Bukit Barisan tahun 2011 silam.

Di Expedisi yang lalu itu rupanya ada beberapa prajurit bekas anak buah Pak Prabowo semasa berdinas di TNI.

Di sepinya malam dan dekatnya dengan alam, kita manusia biasanya cenderung jujur dan melankolis dengan kisah-kisah masa lalu. Begitu juga dengan para prajurit bekas anak buah Pak Prabowo yang seringkali bercerita tentang Komandan-komandan mereka.

Kadang mereka bercerita pengalaman jelek dengan Komandan A dan Komandan B, tapi sekalipun menurut sahabat saya itu dia tidak pernah mendengar para Prajurit itu menjelek-jelekkan Prabowo. Bagi mereka Prabowo adalah sosok Komandan yang sangat mereka cintai dan hormati.

"Bapak", biasanya mereka sebut sebagai pengganti nama Prabowo dan mereka ucapkan dengan penghormatan yang mendalam, Prabowo bagi mereka bukan hanya sekedar komandan tapi juga sosok "Bapak" bagi mereka dan keluarga mereka.

Pernahkah anda bayangkan sosok Prabowo Subianto yang menjadi "Ibu Peri" bagi keluarga-keluarga prajurit TNI itu?

Misalnya memberikan uang tambahan biaya persalinan istri-istri para Prajuritnya, membantu keluarga TNI yang kekurangan, membantu uang kuliah anak-anak mereka sampai memberikan pekerjaan kepada para mantan Prajurit TNI karena satu dan lain hal dikeluarkan dari dinas ketentaraan.

Saya juga pernah mendengar kisah anak-anak muda Timor-Timur yang dikuliahkan oleh Pak Prabowo Subianto dengan uang pribadi. Bahkan konon salah-satu di antara mereka sekarang menjadi menteri di Timor Leste. Semua kepedulian Prabowo Subianto kepada orang-orang di sekelilingnya karena simpati dan empatinya.

Kedua karakter yang melekat kepada Prabowo inilah sebagian dari alasan saya mendukung Prabowo untuk memimpin Negara ini. Karena Pemimpin yang tidak memiliki simpati dan empati kepada rakyat kecil tidak akan perduli penderitaan rakyat banyak.

Tanpa simpati dan empati akan muncul aneka komedi tragedi misalnya horor kenaikan diam-diam BBM di tengah malam oleh Pemerintah dan kemudian tanpa beban malah didukung oleh Ketua Dewan Perwakilan kita yang bilang, "BBM mahal, ganti aja mobilnya pakai mobil listrik?"

Sialan. Emang dia pikir mobil listrik harganya murah dan ada jenis pick-up seken harga 40 jutaan buat angkat sayuran dari Brastagi ke Kota Medan?

Tanpa simpati dan empati akan berulang kebijakan impor beras justru menjelang para petani panen raya dan ujung-ujungnya membuat para petani menangis berjamaah. Tanpa simpati dan empati akan terus berdatangan Tenaga Kerja China disaat anak-anak bangsa sendiri ribuan orang keringatan berbaris ditengah panas terik matahari demi memperebutkan belasan lowongan kerja jadi pramuniaga dengan gaji dua juta.

Tapi seperti biasa, simpati dan empati serta kebaikan-kebaikan Prabowo Subianto selalu ditutup-tutupi oleh media dan sekelompok elit busuk yang sangat anti dengan beliau.

Saya bahkan yakin mayoritas bangsa ini sudah lupa bahkan tidak tahu kisah Pak Prabowo berjuang melepaskan seorang TKW asal NTT, Wilfrida Soik dari jeratan hukuman gantung di Malaysia. Entah kenapa rakyat kita lebih tertarik dengan kisah mobil siluman dan kodok got sialan.

Saya juga mendengar banyak para prajurit bekas anak buah Pak Prabowo yang sakit hati dan tidak terima ketika misalnya beberapa aktivis kemarin sore merendahkan dan memaki-maki beliau misalnya si forkot berambut bulu tikus dan bergigi cakar ayam itu. Para aktivis busuk yang nasionalismenya seharga Kijang Innova menyerang Pak Prabowo hanya karena beliau selama ini dituduh bergaya hidup mewah.

Beliau dari orok memang keturunan orang kaya dan tidak pernah menipu dengan pura-pura hidup sederhana. Tapi alhamdulillah kekayaan keluarganya beliau gunakan untuk membantu ratusan ribu orang Indonesia.

Lucunya para aktivis-aktivis bermental pengemis yang seringkali menghina Pak Prabowo itu justru yang lupa daratan. Begitu bisa duduk di gedung Dewan kerjaannya cuma tidur atau berburu proyek nasi bungkus untuk mendemo mantan Presiden sampai Terano-nya ketinggalan.

Terakhir walaupun saya sangat kecewa karena sampai sekarang banyak yang masih menghujat Pak Prabowo padahal mereka tidak kenal dan mengenal beliau sama sekali. Tapi dilain pihak saya juga sadar dan paham bahwa keindahan bunga hanya bisa dinikmati oleh lebah dan kupu-kupu, tidak akan mungkin bisa dihargai oleh monyet dan babi. Jadi tidak ada gunanya bercerita tentang ketulusan kepada mereka.

***