Terlempar dari Bursa Cawapres Jokowi, Cak Imin Akhirnya Menyerah

Sabtu, 14 Juli 2018 | 21:46 WIB
0
381
Terlempar dari Bursa Cawapres Jokowi, Cak Imin Akhirnya Menyerah

Pernyataan "menyerah" tanpa harus melambaikan tangan dengan wajah menghadap kamera itu dilakukan Cak Imin di Kompleks Jakabaring Sport City, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu 14 Juli 2018. Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa bernama resmi Muhaimin Iskandar itu menyatakan dukungan secara penuh kepada Joko Widodo untuk maju pada Pemilihan Presiden 2019 mendatang, tanpa syarat, setelah berdayung bersama dalam satu biduk sebagai simbol.

Dikatakan tanpa syarat, sebab sebelumnya Cak Imin baru mau menyatakan dukungan resmi kepada Jokowi dengan syarat, yaitu dirinya dijadikan calon wakil presiden (cawapres) Jokowi. Jalan ke arah itu seperti senandung lagu The Beatles, penuh jalan panjang dan berliku, a long and winding road, sampai-sampai dibumbui ancaman segala. Ancaman, bahwa kalau Jokowi sampai tak menunjuk dirinya sebagai cawapres, maka kondisinya akan berbahaya bagi Jokowi.

"Buktikan saja. Kalau enggak JOIN, bahaya," ujar Muhaimin kepada sejumlah media di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis 12 Juli 2018 atau dua hari sebelum Cak Imin menyatakan dukungannya di Jakabaring ini. JOIN adalah akronim Jokowi-Muhaimin yang dipilihnya, bukan KOCAK alias Jokowi-Cak Imin.

Masih bernada ancaman, Cak Imin mengatakan, Jokowi yang menjadi capres petahana berpotensi kalah dari penantangnya, siapapun dia, jika tak memilihnya sebagai cawapres. Ia pun memastikan partainya mendukung pasangan Jokowi-Muhaimin hingga waktu pengumuman cawapres nanti.

Menurut Cak Imin, dukungan resmi kepada Jokowi bisa dilakukan kapanpun. Kebersamaan PKB bersama Jokowi pun menurut dia sudah berlangsung sejak 2014 lalu dan tidak pernah berubah, bahkan dikatakannya terus menopang dan mendukung. "Kapan PKB menyatakan resmi dukungan? Setiap saat bisa. Saya nyatakan PKB hari ini mendukung pencalonan Pak Jokowi 2019,” kata Cak Imin sebagaimana dikutip Kompas.com.

Selanjutnya Cak Imin atas nama PKB yang dihelanya berharap penuh kepada pemerintah untuk dapat melanjutkan program kesejahteraan masyarakat dan membuat kemakmuran di Tanah Air. “Pemerintah dua periode kepemimpinan Pak Jokwi, diharapkan benar-benar membuat kemakmuran masyarakat,” katanya.

Tentu saja pernyatan dukungan Cak Imin disertai hitung-hitungan taktis maupun pragmatis.

Adalah Ketua Umum PPP Romahurmuziy yang mengungkapkan bahwa ada 10 nama cawapres Jokowi versi Batutulis yang saat itu sudah dikantungi PDIP. Rommy, "rival" Cak Imin dalam perburuan tiket cawapres Jokowi masuk dalam 10 bursa itu.

Selain nama Rommy, versi Batutulis itu memunculkan nama seperti Tuan Guru Bajang (TGB), Ma'ruf Amin, Moeldoko, Susi Pudjiastuti, Chairul Tandjung, Muhaimin Iskandar dan Machfud MD. Ketika 10 nama itu semakin mengerucut dari 10, 6, 5, kemudian 3, nama Cak Imin tidak disebut lagi, tipislah harapannya untuk dipinang Jokowi.

Sebelumnya, Jokowi sudah mengirimkan semacam sasmita atau sinyal bahwa saat itu ada 5 nama kandidat calon wakil presiden yang masuk pertimbangannya, juga pertimbangan PDIP. Lima nama disebutnya pengerucutan dari 10 nama yang sebelumnya masuk pertimbangan. Jokowi masih menyebut Cak Imin masuk sebagai salah satu dari lima nama yang telah mengerucut itu.

Melihat kenyataan politik yang berkembang dengan cepat seperti ini, Cak Imin akhirnya tahu diri untuk tidak memaksakan diri. Apalagi kasus "Kardus Durian" yang dilekatkan pada namanya belum hapus dari ingatan banyak orang. Jejak digitalnya masih ada dan sulit terhapuskan, yang membuat namanya kurang moncer di lingkup Jokowi, meski usaha mempromosikan dirinya melalalui baliho-baliho raksasa di beberapa tempat strategis telah dilakukan secara maksimal.

Tetap saja pertanyaan menarik atas dukungan Cak Imin yang perlu dicari jawabannya itu adalah; mengapa ia tidak melabuhkan dukungannya kepada Prabowo Subianto yang selama ini dikenal sebagai rival Jokowi yang potensial?

Meski konon nilai matematikanya semasa sekolah ga bagus-bagus amat, tetapi menghitung kalkulasi politik Cak Imin termasuk jagonya. Pertimbangannya ternyata sederhanya, yaitu potensi atau peluang menang Jokowi jauh lebih besar dibanding lawannya, siapapun dia!

Dengan mendukung calon kuat pemenang, setidaknya Cak Imin sudah menghitung kira-kira dapat apa pada Kabinet Jokowi berikutnya atau berapa kursi menteri yang kelak diperoleh PKB atas dukungannya itu. Ini politik, ga ada makan siang gratis, bukan?

Pertanyaan yang lebih menarik lainnya adalah; siapa 1 dari 1o nama yang akhirnya dipilih PDIP untu dikawinkan dengan Jokowi.

Wah, jangan-jangan akronimnya KODOK, Jokowi-Moeldoko!

***