Ini Tanda-tanda PKS Mulai Ngambek kepada Gerindra

Rabu, 11 Juli 2018 | 17:03 WIB
0
459
Ini Tanda-tanda PKS Mulai Ngambek kepada Gerindra

Majelis Syuro PKS Tifatul Sembiring mengatakan, partainya lebih baik pecah kongsi dengan Gerindra kalau kader yang disodorkan kepada Prabowo tidak terpilih menjadi cawapres.

Tifatul menilai bahwa cawapres dari kader PKS adalah tidak bisa ditawar lagi.

"Itu enggak bisa ditawar. Cawapres harus dari PKS. Kami enggak mau jadi penggembira aja dalam pilpres ini. Kalau kami disuruh dukung-dukung aja, mungkin enggak? Mungkin kami lebih baik jalan masing-masing aja," kata Tifatul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa 10 Juli 2018.

Pernyataan Tifatul ini tentu sesuatu yang wajar, sekalipun bagi Gerindra ini bagian dari tekanan politik yang dilakukan oleh petinggi PKS. Karena di antara Koalisi Merah Putih yang masih tersisa setia dengan Gerindra adalah PKS. Kalau PAN tau sendirilah, nama plesetannya juga "Plin PAN", ngakunya partai pemerintah, tetapi dalam praktek adalah oposisi.

PKS adalah kawan setia Gerindra, baik suka maupun duka. PKS-lah yang menemani kesendirian Gerindra atau Prabowo.

Sedangkan giliran PKS meminta kadernya untuk menjadi cawapres dengan Prabowo kok terasa berat, malah bermain mata dengan partai lain. Dengan Demokrat, misalnya, kemarin Probowo muji-muji AHY alias Agus Harimurti. Tahu sendiri sakitnya dikhianati atau diselingkuhi nanti di menit-menit akhir pendaftaran calon capres dan cawapres.

Bahkan Tifatul juga melakukan komunikasi dengan partai lain sebagai antisipasi kalau Prabowo tidak memilih dari 9 kader yang telah disodorkan kepada Gerindra.

Inilah situasi partai-partai politik yang begitu sensitif dan bisa memancing pecahnya koalisi yang sudah dibangun, baik koalisi kubu petahana dan kubu oposisi. Karena semua partai ingin kadernya menjadi cawapres, hanya dibutuhkan kebesaran jiwa dari setiap partai-partai kalau kadernya tidak bisa menjadi cawapres.

Bisa-bisa kalau di antara partai pendukung menarik dukungan kepada salah satu kandidat capres, maka bisa jadi "gagal" menjadi  capres, apalagi partai memaksa kepada capres untuk berpasangan dengan kader partainya.

Kalau sampai PKS meninggalkan Gerindra atau Prabowo, maka kekuatan separuh dari Prabowo sudah hilang dan akan menguntungkan pihak petahana, sekalipun di pihak petahana juga ada masalah yang kurang lebih sama dengan yang dihadapi oleh PKS dan Gerindra.

Partai Demokrat dan PAN juga ingin kadernya mendampingi Prabowo sebagai capres dan cawapres, apalagi akan ada pertemuan antara SBY dan Prabowo dalam waktu dekat untuk membicarakan pilpres 2019.

Apakah PKS berani keluar dari kubu Prabowo kalau kadernya tidak terpilih menjadi cawapres mendampingi Prabowo

Awas, kamu harus segera pakai helm, jaga-jaga kalau suatu waktu HP melayang lagi ke arahmu kalau berani keluar dari kubu Prabowo!

Sayangilah kepalamu.

***