Memotong Sabuk Pengaman Jokowi 2019

Selasa, 10 Juli 2018 | 07:00 WIB
0
490
Memotong Sabuk Pengaman Jokowi 2019

Pasca pilkada 2018, kekuatan politik nasional sudah terbaca kasat mata.

Dengan kasat mata itulah kita bisa melihat bahwa hampir bisa dikatakan lawan Jokowi saat ini hampir tidak ada yang kuat.

Prabowo Subianto misalkan, dalam berbagai jajak pendapat dan riset, menunjukkan beliau sudah kalkulasi tidak terlalu kuat lagi melawan Jokowi.

Munculnya nama Anies Baswdan sebagai alternatif untuk melawan Jokowi, tapi hal ini bukanlah suatu ancaman berat buat Jokowi.

Karena Anies Baswedan masih punya banyak PR menuju Pilpres 2019, perlu kita pahami, bahwa Anies bukanlah produk resmi murni Islam politik.

Anies bergerak atas dasar insting politik dan dengan semua kepentingan politik yang meletarbelakangi semua faktor di sampingnya menuju Pilpres 2019.

Sejak tahun lalu, saya sudah banyak menulis tentang besarnya kemungkinan Anies Baswedan maju dalam pilpres 2019.

Karena memang saat ini hanya beliau yang terhitung paling kuat dan terhitung masih netral dan cair bisa diajak kemana saja sesuai dengan kemampuan kelompok lain yang melakukan lobi lobi politik.

Apa yang saya maksud dengan PR Anies Baswedan dalam menuju pilpres tahun depan?

Pertama adalah ideologi, hal ini sangat berpengaruh kepada langkah dan peluang Anies merangkul kalangan lain saat benar benar dia diinginkan maju dalam pilpres, pertimbangan ideologi masih kuat.

Secara ideologi politik dan warna narasi, Anies lebih dekat dengan ideologi Gerindra, PKB, PAN dan PKS, inilah mengapa, walaupun PKS sudah punya 9 nama capres, saat ini PKS mulai melirik Anies dengan serius.

Sedangkan PKB, Gerindra dan Demokat belum mau blak blakan melirik anies, karena ketiga partai tadi punya tokoh kuat masing masing, Prabowo, Muhaimin, dan AHY.

Kedua, adalah faktor demografi politik. Pasca pilkada 2018, demografi politik indonesia sudah sangat terang benderang, makanya kalau umat islam ketinggalan kereta lagi, Jokowi akan mulus ke istana periode kedua.

Ketiga, faktor Spin Doctor Politik. Saat ini blok Jokowi sudah punya list tokoh tokoh mana yang ada di barisan opsosisi yang bisa diajak ke blok Jokowi.

Oleh sebab itu, tidak mengagetkan bagi saya jika beberapa bulan lalu Gatot Nurmantyo mengajak rakyat memilih Jokowi 2 periode, itu sesuai dengan prediksi.

Tidak mengagetkan juga bagi saya, jika tiba tiba TGB di NTB mendukung Jokowi 2 periode, hal ini sudah pernah saya warning dari awal, bahkan saya mengkritik UAS yang rencana beliau ingin memarketingkan TGB 2019, artinya menjual TGB saat ini sama dsngan menjual Jokowi.

Gatot dan TGB adalah dua tokoh contoh barisan oposisi yang sukses dijadikan spin doctor nya Jokowi sebagai penambah kekuatan dan pengecoh opini publik khususnya umat islam yang sedang memperjuangkan tanda pagar #2019GantiPresiden.

List-list nama nama tokoh spin doctor baru akan terus dilakukan blok Jokowi, semakin dekat pilpres, prediksi kami akan semakin banyak tokoh opisisi yang akan menyerah ke Jokowi, proses ini akan terus berjalan.

Makanya umat harus siap kecewa jika suatu saat semakin banyak tokoh bahkan partai idola mereka satu persatu menyeberang ke Jokowi, inilah politik.

Keempat, fakror pragmatisme politik, ini adalah hal wajar, politik memang dinamis, politik memang pragmatis dan oportunis, level politik nasional kita memang masih di taraf itu.

Lalu apa yang bisa membuat umat Islam dan kalangan oposisi bisa bangkit agar mereka mampu membendung Jokowi?

Oposisi harus mampu mengunci mati posisi Anies Baswedan, kasih beliau tiket capres dan stop gaduh dan ada dualisme capres oposisi lagi antara Anies dan Prabowo atau lain lain.

Oposisi harus mampu mengajak dua partai papan tengah kuda hitam 2019 yaitu PKB dan Demokrat, saat ini tidak cukup lagi betumpu pada Gerindra-PKS-PAN dan PBB.

Oposisi harus mengambil cawapres dari kalangan koalisi tadi, Anies-Muhaimin jika mau dengan PKB, Anies - AHY jika mau dengan demokrat, Anies - Anis jika mau sama PKS, dst dst.

Dengan komposisi tadi, maka tokoh tokoh oposisi calon calon spin doctor barunya jokowi bisa dibendung dan jumlahnya tidak akan bertambah lagi, bahkan dengan komposisi diatas, TGB dan Gatot masih berpeluang bisa ditarik pulang lagi dari blok jokowi.

Oposisi harus membetuk tim sukses yang kuat dengan pengelolaan isu yang masif, dua partai kuda hitam tadi bagaimana caranya harus berada dalam satu gerbong dengan oposisi, minimal salah satunya. Ini PR besar blok oposisi.

Jika skema ini terbentuk, kami melihat blok jokowi akan kerepotan dan peluang besar mengalahkan jokowi semakin terbuka lebar.

Tapi Kalau masih sibuk berantem antar oposisi, apalagi karena masing masing ngotot sodorkan nama cawapres versi masing masing sebagai syarat mau bersatu.

Maka sama dengan secara tidak langsung, kita sudah mengamankan kursi jokowi secara otomatis dua periode.

Tengku Zulkifli Usman.

Analis Politik.