Papua selalu menyita ruang hati sepanjang kita memandangnya dengan nurani. Logatnya, anekdotnya, papeda, ikan, juga matoa, ubi, singkong, serta talasnya.
Kau tidak akan bisa memahami bagaimana rasanya jatuh cinta pada Papua kalau hanya berada di kamar hotel yang membosankan. Atau duduk-duduk di café yang mulai menyebar di beberapa sudut Jayapura.
Pergilah ke pasar mama-mama. Itulah bukti pertama betapa kayanya tanah Papua seperti digambarkan Franky Sahilatua. Tanah yang kaya, surga kecil jatuh ke bumi. Betapa orang Papua harus berterima kasih pada Franky yang tiap kata dalam lagu “Aku Papua” sangat bernyawa. Siapa pun yang mendengarnya akan menitikkan air mata bangga, haru.
Dan jejak cinta itu ditorehkan juga di Bukit Jokowi. Dulu dikenal sebagai Bukit Skyline. Empat tahun lalu, ketika Jokowi ingin meninjau pembangunan infrastruktur di Jayapura, aparat memperbaiki bukit skyline yang gersang dan tidak tertata itu.
Wow… dari bukit itu terhampar Samudra Pasifik yang seolah-olah berhimpit-himpitan dengan Teluk Youtefa.
Dari kejauhan dua plengkung seperti tangan saling berjabatan erat. Itulah jembatan Holtekam. Jembatan berwarna merah di latar belakang biru langit langsung membuat siapa pun berdecak kagum.
Di sisi sebelah kiri jembatan, seperti sebuah baja lurus yang dilempar begitu saja, ternyata adalah ring road yang akan menghubungkan Skyline dengan pantai Hamadi, tembus ke jembatan merah Holtekamp. Di kawasan Holtekamp ini pun sedang dibangun PLTU.
Bila infrastruktur jalan dan jembatan selesai dibangun, dari Jayapura untuk mencapai perbatasan Indonesia-PNG di Skouw, cukup memakan waktu 30 menit. Sebelumnya bisa memakan waktu berjam-jam.
Jejak cinta di perbatasan. Kelak kawasan Holtekam akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Bukan hanya perdagangan tetapi juga pariwisata.
Soal Bukit Jokowi yang menjadi titik pandang pembangunan infrastruktur itu pun tak bisa dilupakan. Masyarakat membuat bangunan menyerupai honai. Di situ pengunjung bisa duduk-duduk menikmati indahnya alam sambil minum air kelapa atau apa pun minuman yang disediakan para pedagang.
Properti untuk berfoto pun sudah disiapkan. Dari rangkaian kata-kata yang sangat alay sampai ungkapan cinta Indonesia, cinta pada Papua.
“Sa Papua… baru Ko??” (***)
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews