Jejak Cinta di Papua, Terpaut Hati di Bukit Jokowi

Senin, 9 Juli 2018 | 22:50 WIB
0
1065
Jejak Cinta di Papua, Terpaut Hati di Bukit Jokowi

Papua selalu menyita ruang hati sepanjang kita memandangnya dengan nurani. Logatnya, anekdotnya, papeda, ikan, juga matoa, ubi, singkong, serta talasnya.

Kau tidak akan bisa memahami bagaimana rasanya jatuh cinta pada Papua kalau hanya berada di kamar hotel yang membosankan. Atau duduk-duduk di café yang mulai menyebar di beberapa sudut Jayapura.

Pergilah ke pasar mama-mama. Itulah bukti pertama betapa kayanya tanah Papua seperti digambarkan Franky Sahilatua. Tanah yang kaya, surga kecil jatuh ke bumi. Betapa orang Papua harus berterima kasih pada Franky yang tiap kata dalam lagu “Aku Papua” sangat bernyawa. Siapa pun yang mendengarnya akan menitikkan air mata bangga, haru.

Dan jejak cinta itu ditorehkan juga di Bukit Jokowi. Dulu dikenal sebagai Bukit Skyline. Empat tahun lalu, ketika Jokowi ingin meninjau pembangunan infrastruktur di Jayapura, aparat memperbaiki bukit skyline yang gersang dan tidak tertata itu.

Wow… dari bukit itu terhampar Samudra Pasifik yang seolah-olah berhimpit-himpitan dengan Teluk Youtefa.

Dari kejauhan dua plengkung seperti tangan saling berjabatan erat. Itulah jembatan Holtekam. Jembatan berwarna merah di latar belakang biru langit langsung membuat siapa pun berdecak kagum.

Di sisi sebelah kiri jembatan, seperti sebuah baja lurus yang dilempar begitu saja, ternyata adalah ring road yang akan menghubungkan Skyline dengan pantai Hamadi, tembus ke jembatan merah Holtekamp. Di kawasan Holtekamp ini pun sedang dibangun PLTU.

Bila infrastruktur jalan dan jembatan selesai dibangun, dari Jayapura untuk mencapai perbatasan Indonesia-PNG di Skouw, cukup memakan waktu 30 menit. Sebelumnya bisa memakan waktu berjam-jam.

Jejak cinta di perbatasan. Kelak kawasan Holtekam akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Bukan hanya perdagangan tetapi juga pariwisata.

Soal Bukit Jokowi yang menjadi titik pandang pembangunan infrastruktur itu pun tak bisa dilupakan. Masyarakat membuat bangunan menyerupai honai. Di situ pengunjung bisa duduk-duduk menikmati indahnya alam sambil minum air kelapa atau apa pun minuman yang disediakan para pedagang.

Properti untuk berfoto pun sudah disiapkan. Dari rangkaian kata-kata yang sangat alay sampai ungkapan cinta Indonesia, cinta pada Papua.

“Sa Papua… baru Ko??” (***)