Kayaknya permainan semakin seru. Setelah gagal meminta JK jadi 'pengasuh' AHY, kini Prabowo yang diharapkan mau menggantikan peran itu. Pasangan Prabowo-AHY sedang dijodoh-jodohkan.
Dari sisi partai pasangan ini menguntungkan Demokrat dan Gerindra. Mereka punya bahan jualan untuk meningkatkan elektabilitas partainya.
Sedangkan dari sisi Pilpres, pasangan ini mungkin gak akan banyak menambah elektabilitas Prabowo. Keduanya berlatar belakang militer. Keduanya Jawa. Keduanya pernah gagal. Prabowo dua kali gagal Pilpres. AHY gagal di Pilkada DKI.
Dalam politik memang ada pepatah yang mengatakam kegagalan adalah kemenangan pihak lawan. Gak perlu ditunda lagi untuk gagal yang berikutnya.
Kemarin Syarifudin Hasan sudah menjumpai Prabowo. Rencananya akan digelar pertemuan SBY dan Prabowo dalam waktu dekat. Tapi politik masih dinamis.
Ini adalah jalan keluar win-win. Prabowo akhirnya punya pasangan sekaligus bisa maju Pilpres. Bagi SBY, akhirnya ada yang mau juga jadi "baby sitter" mengasuh anaknya. Soal biaya pengasuhan bisa dibicarakan lagi.
Sementara PKS masih menyodok-nyodok dengan menenteng CV Anies Baswedan dan Ahmad Heryawan. Atau bisa juga menawarkan Anies-AHY. Tapi PKS dan Demokrat saja suaranya gak cukup. Butuh satu partai lagi untuk diajak bergabung. Lagi pula PKS mana mau mengeluarkan duit patungan buat membiayai pasangan itu.
Bagaimana dengan PAN? Langkahnya mulai mati angin. Amien Rais malah sudah ber-dajal ria sekarang, saking kedernya. Kemungkinan besar PAN malah akan balik badan ke kubu Jokowi dengan tetap membiarkan Amien Rais ngoceh di luar arena.
Dalam posisi kelimpungan begitu suara Cak Imin jadi mahal. PKB ini tergolong cerdik. Mereka kampanye Jokowi-Cak Imin ke mana-mana tapi secara partai belum resmi memberikan dukungan ke Jokowi.
Artinya satu kakinya sudah ada di gerbong Jokowi. Kaki lainnya masih ditawarkan ke pihak lawan. Kalau ada yang berani menawar harga PKB gak akan semurah PAN atau PKS.
Nasdem, PPP dan Golkar sudah mendapat durian runtuh pada Pilkada kemarin. Banyak kadernya yang berhasil meraih kemenangan di daerah. Sedangkan PDIP tetap percaya diri mengandalkan Jokowi effect.
Kemana Gatot Nurmantyo? Kabarnya dia sedang plesir ke Amerika. Mungkin saja nanti kepulangannya membawa nuansa baru yang mengubah posisi bidak catur. Kita gak tahu.
Di luar arena, TGB dari Demokrat sudah melontarkan dukungan pada Jokowi. Mungkin sebagai sinyal menawarkan diri jadi Cawapres. Suara TGB tersebut membuat limbung partai 212. Tampaknya Rizieq perlu koyo cabe lebih banyak akibat ulah TGB ini.
Bagaimana Jokowi?
Dia punya kemewahan banyak. Setidaknya bisa memainkan timing. Sampai sekarang Jokowi santai saja belum memastikan siapa Cawapresnya. Biarkan pihak lawan pusing menerka-nerka.
Cara membeli waktu ini juga efektif untuk menjaga konsolidasi partai pendukung. Jokowi tidak ingin memberi celah partai-partai yang sudah berada di tangannya bermanuver sendiri. Caranya dengan mengulur waktu pengumuman siapa Cawapresnya. Semakin mepet semakin bagus.
[irp posts="18120" name="Kalkulasi Matang, JK Menolak Jadi Baby Sitter" bagi AHY"]
Politik memang seni segala kemungkinan. Juga seni memainkan waktu. Kemewahan ini yang dimiliki Jokowi sekarang. Namun tidak dipunyai lawan-lawan politiknya.
Bagi pihak lawan Jokowi semakin mepet mereka memutuskan koalisi Pilpres akan semakin longgar juga peluangnya untuk mendapat tempat. Sebab di antara mereka masih saling menyodok.
Bagi Jokowi, semakin lama mengulur pengumuman Cawapres akan semaki solid dukungan koalisinya. Akan semakin bertambah juga orang yang lompat pagar berbalik mendukungnya. Buktinya TGB itu.
Dalam konstalasi itu, kira-kira dimana posisi Neno?
"Neno sudah dapat pasangan mas. Gak usah dipikirin," ujar Abu Kumkum.
Suap dulu buburnya...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews