Akibat pernyataan dukungan dua periode kepada Presiden Jokowi oleh gubernur TGB Zainul Majdi, timbullah pro dan kontra di kalangan pendukungnya atau simpatisan dan pemujanya. Yang dulunya memuja, langsung mencerca. Sebaliknya, yang dulu nyinyir dan mencibir kini TGB dijadikan sebagai buah bibir.
Bahkan di PepNews, portal politik warga, tema atau topik soal dukungan dua periode TGB Zainul Majdi kepada presiden Jokowi sudah ditulis lebih dari lima kali oleh penulis yang berbeda dengan sudut pandang dan ulasan yang berbeda pula. Mungkin ini baru pertama kali di PepNews hot issue minggu ini bisa memancing para penulis untuk ikut ber-opini menanggapi dukungan seorang kepala daerah dan seorang tokoh agama kepada presiden Jokowi.
Saya pun juga akan ber-opini dari sudut pandang yang berbeda.
Atas perubahan sikap dukungan politik yang dulunya di kubu Prabowo dan sekarang mendukung presiden Jokowi untuk dua periode, jelas telah menimbulkan sinisme tokoh politik, yang dulunya dalam satu barisan atau kubu yaitu Fadli Zon.
Fadli Zon ikut berkomentar lewat media sosial menanggapi atas perubahan dukungan politik yang dilakukan oleh TGB Zainul Majdi kepada Jokowi. Lewat akunnya Fadli Zon berkomentar: "Kadar keimanan TGB bisa ditakar".
Seolah-olah karena perubahan sikap dukungan politik yang dilakukan TGB kepada Jokowi, keimananan TGB sedang mengalami masalah atau keimanannya TGB sedang turun dan diragukan atau bisa ditakar oleh Fadli Zon. Kenapa hanya karena perubahan sikap dukungan politik dikaitkan dengan keimanan seseorang? Seakan keimanannya sedang turun dan mengalami masalah.
Ketika TGB masih mendukung Prabowo atau sebelum menyampaikan dukungan ke Jokowi, Fadli Zon masih seperti, maaf, "orang pandir", karena ia tidak mampu menakar keimanan TGB saat itu. Sekarang Fadli Zon sudah tidak pandir lagi, sebab ia sudah pandai menakar keimanan TGB dengan tepat.
Urusan dukungan politik adalah urusan kekuasaan yang sifatnya duniawi dan tidak ada sangkut pautnya dengan keimanan seseorang. Tapi Fadli melihatnya lain, "berpolitik" sama dengan "beriman". Iman seseorang tidak terhitung kadarnya saat mendukung Prabowo. Sebaliknya, keimnan seseorang bisa tiba-tiba ditakar hanya karena mendukung Jokowi. Itu menurut isi kepala Fadli, ada yang mau bantah?
Iman adalah sesuatu yang sifatnya pribadi dan tersembunyi. Orang lain tidak bisa mengetahui atau bisa mengukur kadar dalam atau tidak keimanan seseorang. Yang tahu apakah keimanan seseorang sedang naik dan turun atau sedang dalam masalah adalah dirinya sendiri, karena ia yang bisa merasakan. Orang lain hanya menilai atau menghakimi dari luarnya saja.
Kalau seorang TGB yang hafiz Qur'an dan lulusan doktor ilmu agama dari Al-Azhar saja karena perubahan sikap dukungan politik dianggap keimanannya sedang turun atau bermasalah, bagaimana dengan masyarakat umum yang ilmu agamanya pas-pasan? Bisa-bisa kadar keimanannya termasuk seperti "saham gorengan" yang hanya sekedar ikut-ikutan.
Nah, apakah Fadli Zon sudah bisa menemukan atau membuat alat yang bisa mendeteksi kadar keimanan seseorang, apakah lagi turun atau naik? Kok bisa menilai kadar keimanan TGB yang notabene adalah tokoh agama atau ulama.
Yang sudah ditemukan dalam dunia modern yaitu "lie detector" atau alat untuk mendeteksi kebohongan yang berdasarkan dari rekam detak jantung seseorang, apakah orang ini berkata benar atau bohong. Dan alat ini biasanya digunakan oleh kepolisian untuk mengetahui apakah keterangan yang diberikan saksi atau tersangka lewat BAP itu benar atau bohong.
Tapi sampai sekarang belum ada alat yang untuk mendeteksi atau mengukur kadar keimanan seseorang. Yang banyak beredar di pasaran adalah alat untuk mengukur kadar emas, apakah murni atau palsu.
[irp posts="16051" name="Fadli Zon, Fahri Hamzah dan Suara Sunyi DPR"]
Seolah-olah kalau seseorang yang dulunya berada di kubu Prabowo dan berpindah dukungan kepada Jokowi menjadi pertanda keimanan seseorang itu sedang turun atau sedang bermasalah. Dan seseorang yang dulunya di kubu Jokowi terus berpindah dukungan kepada Prabowo, seakan menjadi pertanda keimanan seseorang tadi sedang naik dan menemukan jalan kebenaran.
Atau, kalau seorang ustadz atau tokoh agama yang berani mencaki-maki atau mengkritik pemerintah Jokowi, itu pertanda seorang ustadz atau tokoh agama(ulama) yang kadar keimanannya sedang naik. Dan kalau ada seorang ustadz atau tokoh agama(ulama) yang dekat dengan pemerintah atau memuji pemerintah, seakan itu pertanda seorang ustadz atau ulama Su' atau ulama dunia.
Tidak usah urusan politik atau kekuasaan dengan mengaitkan kadar keimanan seseorang, seperti tidak ada cara lain saja. Jangan suka mengukur kadar keimanan seseorang,ukurlah kadar keimanan diri sendiri supaya menjadi lebih baik. Jangan menilai atau menghakimi sesuatu yang sifatnya tersembunyi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews