Perseteruan dua kubu yang selama ini masih menghiasi carut marut perpolitikan di Tanah Air, setidaknya melahirkan dikotomi yang menyesatkan masyarakat.
Dalam hal ini, mereka yang berada di luar pemerintahan, khususnya yang mendukung kubu Prabowo Subianto dan berada di dalam satu komando Habib Rizieq, cenderung menganggap kubunya yang paling benar, yang paling sesuai dengan ajaran Islam, atau bahkan yang paling merasa Indonesia.
Sedangkan, kubu Jokowi, yaitu barisan yang mendukung pemeritahan pusat dianggap sudah keluar dari cinta-cita kebangsaan, bahkan seakan telah mengupayakan penyerahan negeri ini ke pihak asing maupun aseng.
Lantas, bagaimana jika ada beberapa tokoh yang selama ini ada di kubu Prabowo Subianto, di kemudian hari justru mendukung Jokowi? Apakah mereka dikatakan murtad?
Perseteruan dua kubu ini di tengah masyarakat semakin mengkhawatirkan.
Misalnya, ada tokoh-tokoh atau pun ulama yang selama ini didengar tausyiahnya, namun dikarenakan ulama itu dianggap dekat dengan istana, kontan saja apa yang dikatakan ulama tersebut tidak lagi dijadikan pegangan atau rujukkan.
Bahkan, keluar anggapan bahwa ulama yang ada di pemerintahan adalah liberal.
Berubahkah Sikap Anda terhadap TGB?
Nah, ketika Tuan Guru Bajang (TGB) menyatakan sikapnya mendukung Jokowi untuk melanjutkan kepemimpinannya di periode kedua, lantas itu membuat tokoh-tokoh yang ada di kubu Praowo merasa terkaget-kaget atau keheranan.
Padahal, apa yang menjadi alasan TGB mendukung Jokowi adalah sebuah kenyataan bahwa apa yang dilakukan Jokowi nyata-nyata telah memberikan perubahan atau kemajuan, seperti program Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika di NTB.
Sebagai Gubernur dua periode, tentu TGB bisa menilai apa yang dilakukan Jokowi memberikan dampak yang positif bagi masyarakat. Dan,TGB tentu tak mau ambil risiko bahwa proyek itu akan berhenti lantaran Jokowi tak lagi terpilih. Semua ada hal yang wajar.
Lalu, bagaimana pendapat mereka yang selama ini ada di kubu Prabowo?Apakah TGB itu salah atau telah murtad, karena jelas-jelas mendukung Jokowi. Kemudian, bagaimana dengan tingkat keilmuan atau keislaman TGB, masih diakui atau tidak?
Saudaraku, kebenaran itu milik Allah. Manusia tak boleh mengklaim dirinya yang paling benar. Kalau manusia sudah menganggap diri yang paling benar, maka itu artinya sudah hina di mata Allah SWT.
Saudaraku, ada pepatah lama, jika itu telur, maka ambillah meski berasal dari dubur ayam.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews