Dulu Sempat Ditolak, Kini Gatot Nurmantyo Sowan ke Paman Sam

Jumat, 6 Juli 2018 | 17:29 WIB
0
600
Dulu Sempat Ditolak, Kini Gatot Nurmantyo Sowan ke Paman Sam

Sejak kemarin ramai diberitakan kalau mantan Panglima TNI Jenderal TNI Purnawirawan Gatot Nurmantyo sedang berkunjung ke Trump Hotel International di Amerika Serikat. Mungkin di banyak kawan masih ingat bagaimana hebohnya waktu itu sewaktu masih menjabat Panglima, beliau "ditolak" masuk ke negera adidaya tersebut.

Bepergian ke mana saja, sebenarnya tidak menjadi masalah harusnya, apalagi beliau sudah tidak lagi memegang jabatan di pemerintahan. Namun karena banyaknya suara dan kode tubuh dari beliau sendiri kalau ada niatan maju menjadi RI-1, foto di depan Hotel Trump, New York menjadi banyak tanggapan dan analisa.

Mari kita bandingkan juga kejadian yang sama, di tahun 2004, bagaimana dahulu ada 2 pilihan Capres waktu itu yaitu Jenderal (Purn) Wiranto dan Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Karena Wiranto merapat dengan para ulama di antaranya kejadian Pesantren Al-Zaytun, lalu hasil musyarawarah para habib dan kiai dari FPI dan MMI di Gedung Joeang, maka Amerika dengan CIA-nya memutuskan untuk memajukan SBY beberapa pekan sebelum pilpres.

Sekarang tahun 2018, batas pendaftaran Capres yang hampir bersamaan dengan Caleg ditambah dengan gugatan ambang batas presidential threshold menjadi 0% menarik perhatian dunia luar.

Pilpres Indonesia tidak lepas dari "mainan" negara besar.  Tidak hanya Amerika, Tiongkok, Soviet, Australia, Singapura bahkan Malaysia sudah melirik siapa pemimpin yang akan maju dalam Pilpres 2019.  Hasil Pilkada 2018 dianalisa, kombinasi pasangan diutak-atik.

Dengan berita ini, akankah Gatot Nurmantyo sekembalinya dari Amerika Serikat mengulangi sejarah tahun 2004?

Kita harus mengunyahnya dengan hati-hati. Ada kontrak karya Freeport yang harus selesai akhir Juli 2018 ini. Kita semua mengamati bagaimana kerasnya tuntutan dari kementrian ESDM ditambah kekerasan hati dari pak Menko Luhut Binsar Panjaitan.

Apakah benar Amerika ikhlas melepas Freeport seperti skenario yang selama ini beredar 51% dengan memakai Inalum sebagai perusahaan yang mengakuisisi? Atau akankah lahir partai baru sebagaimana lahirnya Partai Demokrat di tahun 2004 dengan kekuatan dana yang luar biasa besarnya?

Dua hari lalu sudah beredar foto partai baru, berbeda dengan yang selama ini sudah kita semua tahu. Mungkinkah ini akan menjadi kendaraan Gatot?

Kita hanya berharap kedaulatan dan wilayah negara Indonesia tetap sama, tidak lepas sejengkal tanahpun.

***