"TGB Effect", Banyak yang Kecewa, Marah, dan Mendadak "Kram Otak"

Kamis, 5 Juli 2018 | 20:46 WIB
0
406
"TGB Effect", Banyak yang Kecewa, Marah, dan Mendadak "Kram Otak"

Gubernur NTB Tuan Guru Bajang(TGB) Zainul Majdi mengeluarkan pernyataan yang cukup mengagetkan yaitu mendukung Presiden Jokowi untuk dua periode.

Alasannya menurut TGB Zainul Majdi yaitu demi maslahat yang lebih besar dibanding mudarat dengan mendukung Jokowi untuk maju dua periode. Kalau satu periode akan menimbulkan stagnasi di dalam banyak program pembangunan infrastruktur, termasuk di antaranya yang sedang berlangsung diwilayahnya , Nusa Tenggara Barat.

Tetapi dampak atau akibat dukungan politik TGB Zainul Majdi kepada presiden Jokowi telah menimbulkan guncangan di kalangan simpatisan atau pendukungnya. Belum sampai tsunami sih, namun tidak sedikit di antara mereka mereka yang mengalami "kram otak" secara mendadak.

"Kram otak" di sini maksudnya kecewa berat atas pernyataan TGB sehingga bicara pun tidak terkontrol. Banyak yang kecewa dan kemudian menuduh TGB sebagai oportunis politik. Hilanglah rasa kagum yang dulu sering di dengung-degungkan oleh pemujanya. Tapi, ada juga yang berpikir bahwa semua itu hak TGB dan ia tetaplah seorang ulama.

Banyak yang menuduh TGB Zainul Majdi mengkhianati aspirasi umat Islam karena mendukung presiden Jokowi yang dianggap sering mengkriminalisasi ulama. Banyak umat Islam yang dulunya memuja-muja TGB sebagai calon presiden masa depan mewakili umat Islam, berubah mencela, nyinyir, bahkan ada yang memaki-maki kepada yang bersangkutan. Hal itu dilakukan oleh orang-orang yang dulunya memuja-mujanya, bukan oleh orang-orang yang dari awal tidak suka kepadanya.

TGB Zainul Majdi bukan hanya sebagai seorang gubernur tetapi dianggap sebagai tokoh agama atau ulama oleh para pengagumnya atau simpatisannya.

Bahkan ada yang berharap TGB semoga mendapat hidayah akibat keputusannya tersebut. Banyangkan, orang sekaliber TGB yang mendapat gelar doktor ilmu agama dari Al-Azhar Mesir dan hafiz Al-Quran hanya gara-gara mendukung Jokowi untuk dua periode, padahal Jokowi juga seorang muslim, masih didoakan supaya mendapat hidayah. Seakan-akan keputusan TGB ini keputusan yang salah. Padahal dalam politik wajar dan sah-sah saja.

Bukan hanya pengagum TGB yang kecewa atau hilang respeknya, tetapi tokoh-tokoh partai politik seperti PKS, PBB, PAN juga kaget mendengar keputusan TGB ini. Mereka menuduh TGB mencari atau bermanuver untuk mencari jabatan atau kekuasaan. "Biarlah umat mencatat dengan baik," kata seorang tokoh partai politik.

TGB Zainul Majdi adalah kader Demokrat dan tentu TGB tahu risiko yang diterima dari keputusan mendukung Jokowi untuk dua periode. TGB sendiri sudah siap dengan segala resiko akibat keputusannya tersebut jika Demokrat akan memberikan sanksi kepadanya.TGB beralasan sebagai putra daerah ia merasa perlu untuk mendukung Jokowi.

Dan TGB juga membantah kalau dukungan kepada presiden Jokowi dilatarbelakangi oleh deal-deal politik tertentu dan demi kemaslahatan umat dan bangsa.

[irp posts="18116" name="Menyikapi Pilihan Politik Tuan Guru Bajang"]

Sekedar informasi, pada Pilpres 2014 TGB mendukung Prabowo dan itu dibuktikan dengan kemenangan suara Prabowo yang mencapai 70% di NTB. Kalau sekarang TGB mendukung Jokowi tentu sebagai tokoh agama dan tokoh putra daerah, bisa jadi pada Pilpres 2019 suara untuk Jokowi akan meningkat.

Tentu sebagai tokoh agama atau ulama yang terjun dalam dunia politik tidak akan bisa memuaskan banyak pihak, termasuk di mata para pemujanya atau pengagumnya. Mustahil ia bisa mencitrakan dirinya bersih dari percikan atau kotoran di jalanan. Nama besarnya tidak akan selalu harum, bisa jadi nama besarnya akan bau anyir. Beda dengan tokoh agama atau ulama yang tidak terjun dalam dunia politik.

Janganlah memuja-muja seseorang yang saat ini nampak sempurna karena bisa jadi orang yang dipuja-puja itu akan dicaci-maki dan dihempaskan dalam kubangan jalanan. Bahkan ia dianggap sebagai pengkhianat.

***