Beberapa waktu lalu Recep Tayyip Erdogan dalam Pemilu Turki menang mutlak satu putaran dengan perlawanan keras dari semua kalangan musuh-musuh politiknya.
Kemenangan erdogan 2018 adalah kemenangan terkeras dalam sejarah Pilpres Turki modern antara haluan sekuler dan "islamis".
Ini diantara Faktor kemenangan Erdogan kemarin:
1. AKP dan Erdogan berhasil menjaga massa loyalnya di basis basis utama pemilih Erdogan selama ini.
2. AKP dan Erdogan berhasil menambah suara dari basis pemilih sekuler basisnya CHP, Iyi Parti dan Basis suara Kurdi HDP, kisaran floating mass-nya antara 12-18%.
Secara de Facto, Erdogan hanya melawan dua capres utama dalam pilpres kemarin, Muharrem Ince dan Meral Aksener, sedangkan capres-capres lain gak ngefek apa apa, termasuk capres dari Blok Islam "penerus" Erbakan
3. Erdogan berhasil merancang kampanye yang bisa dibilang senyap dan tenang untuk melawan kampanye penuh emosi dari lawan terberatnya Muharrem Ince (CHP).
4. Keberhasilan Erdogan mengajak koalisi dini dengan tokoh kuat Turki lainnya dari partai MHP dan melakukan MoU dini dengan ketum nya Devlet Bahceli, bahkan sejak Erdogan mengumumkan pemilu Turki dimajukan 1 tahun setelah konsultasi dengan semua pihak termasuk Militer.
5. Keberhasilan blok Erdogan dalam mengumpulkan informasi sensitif top secret nya Turki tentang rencana musuh mengacaukan pemilu Turki. Lalu berhasil diatasi.
6. Kemampuan Erdogan - Bahceli dalam upaya menyusup ke kubu lawan utama, blok CHP suaranya terpecah gara gara ini, awalnya diprediksi suara Ince kisaran 40%-an, hari H nya mentok di angka 26%.
7. Kemampuan Erdogan meyakinkan rakyat Turki bahwa Rezim Erdogan adalah rezim bukan diktator, dengan cara memberikan kebebasan kepada capres lawan dari Kurdi Demirtas untuk boleh berkampanye walaupun dari penjara.
8. Keberhasilan AKP cuekin tokoh Islam lama Tamel Karamullahoglu yang mengklaim dirinya penerus politik Erbakan, yang pernah menuduh Erdogan pengkhianat, Erdogan produk gagal tarbiyah, dst dst. lalu Tamel maju dalam pilpres dan memilih berkoalisi dengan CHP, padahal secara ideologi, Tamel dan Erdogan lebih dekat ketimbang Tamel - Ince. Tamel dalam pilpres kemarin hanya memperoleh suara 1,8%.
9. Keberhasilan Erdogan untuk meyakinkan rakyat dalam hal ekonomi, maklum, nilai tukar Lira seminggu sebelum Pilpres Turki anjlok gak karuan efek konspirasi luar negeri.
10. Keberhasilan AKP dan MHP bekerjasama dengan pertai kecil lainnya yang walaupun secara elektoral sangat kecil, namun punya tokoh tokoh kuat di tingkat propinsi.
11. Kekakuan pihak oposisi Erdogan yang masih jualan isu isu lama, Ince jualan sekulerisme dengan CHP-nya, Tamel masih jualan islamisme nya dengan partai lamanya.
12. Kerja keras AKP dan Erdogan dalam menggenjot suara AKP di basis basis oposisi CHP. Kabarnya capres Ince di kampungnya sendiri kalah.
13. Keberhasilan AKP memperkecil basis massa partai pengusung Meral Aksener Iyi Parti, dan meyakinkan sebagian besar rakyat Kurdi untuk memilih Erdogan ketimbang Demirtas dan Ince, karena di masa Erdogan, suku Kurdi lebih nyaman dan relatif bebas ketimbang di era nya CHP berkuasa. Warisan Bulent Ecevit.
14. Kemampuan linguistik politik Erdogan dalam "menghajar" lawan lawan AKP dan Lawannya sendiri yang terus melakukan propaganda dari luar negeri, baik dari kawasan Arab dan Teluk begitu juga dari Barat-Eropa-Israel cs.
15. Kemanpuan blok AKP- MHP dalam merangkul banyak pihak yang terlibat dalam lobi lobi untuk parlemen, kabarnya ince dikhianati sendiri oleh teman teman dekatnya di parlemen sehingga perolehan suara CHP dan ince tidak maksimal.
Ditambah dengan beberapa alasan alasan dan faktor faktor kemenangan tambahan lainnya.
***
TZU, Analis Politik Dunia Islam Internasional. Jakarta.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews