Nasdem, Pelopor Politik Tanpa Mahar dengan Manuver "Curi Start"-nya

Minggu, 1 Juli 2018 | 07:47 WIB
0
603
Nasdem, Pelopor Politik Tanpa Mahar dengan Manuver "Curi Start"-nya

Ketika perolehan kursi gubernur oleh PDI Perjuangan melorot, Partai Nasional Demokrat alias Nasdem sebagai partai yang baru berusia enam tahun, justru menorehkan prestasi membanggakan. Hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei memperlihatkan, 10 calon yang diusung parpol besutan bos media Surya Paloh ini memenangkan pemilihan gubernur dan wakil gubernur.

Dari 10 calon itu, empat di antaranya merupakan kader internal. Mereka adalah Ali Mazi (Sulawesi Tenggara), Viktor Laiskodat (Nusa Tenggara Timur), Sutarmidji (Kalimantan Barat), dan Herman Deru (Sumatera Selatan).

Hal menarik yang bisa dicermati dari manuver Nasdem adalah keberaniannya 'mencuri start'. Selain itu, Nasdem di bawah kendali Surya Paloh, sang pemimpin partai, seolah ingin mencitrakan diri sebagai partai 'Kingmaker'.

Disebut 'curi start' karena dalam beberapa kasus, Nasdem mengambil inisiatif untuk melirik, mendekati, dan menginisiasi seorang figur berprestasi sebagai calon kepala daerah sebelum partai politik yang lain. Tak cuma lebih dahulu menginisiasi, Nasdem pula yang secara resmi membebaskan para calon yang diusungnya dari mahar atau biaya politik. "Politik Tanpa Mahar," begitu tagline Nasdem sejak 2016.

Tagline ini seolah menyindir atau menepis keluh-kesah Prabowo Subianto. Ketua Umum Partai Gerindra itu pernah menyatakan tak terlalu memperhatikan soal prestasi dan latar pendidikan seseorang yang berniat menjadi kepala daerah. Dia mengaku lebih peduli berapa besarnya tabungan yang di miliki si calon.

Sebaliknya Nasdem, selain memperhatikan prestasi seorang bakal calon, juga melibatkan empat lembaga survei (Indikator, Indo Barometer, Polmark Indonesia, dan Charta Politika) mengawal popularitas dan elektabilitas dari bakal calon dan pasangan yang bakal diusung.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menyatakan, keberhasilan Nasdem di Pilkada 2018 karena selalu mengedepankan gagasan politik tanpa mahar. Hal ini membuat para calon kepala daerah yang potensial lebih memilih maju lewat Nasdem.

Ridwan Kamil (RK), walikota Bandung yang baru saja memenangi pemilihan gubernur Jawa barat versi hitung cepat punya kesaksian soal tagline Nasdem. Selama setahun dia menjalani proses perjodohan politik, hanya Partai Nasdem yang betul-betul melakukan politik tanpa mahar.

"Partai ini sudah betul-betul di depan mata saya, menunjukkan idealisme, menunjukkan kemartabatan dalam membangun demokrasi Indonesia, sehingga orang-orang baik bisa terjun membela Indonesia melalui partai ini," tutur RK di hadapan ribuan kader dan bakal calon anggota legislatif Nasdem, 4 Maret 2018.

Terhadap RK, Nasdem melakukan manuver 'curi start'. Seperti diketahui, saat maju sebagai calon walikota Bandung, pengusung RK adalah PKS dan Gerindra. Tapi untuk kontestasi tingkat provinsi, Nasdem yang lebih dulu menginisiasinya. Pada 19 Maret 2017, Nasdem medeklarasikan Ridwan Kamil sebagai cagub Jabar di Monumen Bandung Lautan Api, Lapangan Tegalega, Bandung.

Saat deklarasi, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengajukan tiga syarat, salah satunya melawan arus logika politik yang lazim terjadi. Dia melarang RK masuk parpol manapun termasuk, Nasdem. "Supaya bisa fokus menjalankan tugas sebagai pemimpin masyarakat Jawa Barat," ujar Surya.

Nasdem juga menyalip parta-partai lain untuk mengusung Khofifah Indar Parawansa di Jawa Timur. Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) DPW Nasdem Jatim, Muzzamil Syafii pertama kali mengungkapkan ikhwal pencalonan Khofifah pada 12 Juli 2017.

Sebelumnya, pengurus Nasdem Maluku Utara kedatangan utusan Komandan Korps Brimob Irjen Murad Ismail, 12 Juni 2017. Saat ditanya soal biaya formulir pendaftaran untuk Murad yang pernah menjadi mantan Kapolda Maluku Utara, seorang panitia dengan tegas menyatakan semuanya gratis.

Ketiga calon yang diusung NasDem tersebut, merujuk hasil hitung cepat sejumlah lembaga survey, berhasil memenangkan pertarungan. Meski di Jawa Barat, kemenangaan Ridwan Kamil untuk sementara masih 'diganggu' duet Sudrajat - Ahmad Saikhu (ASYIK) yang diusung Gerindra - PKS. Dua partai yang semula menjadi kendaraan politik RK itu dikenal solid, dan memberikan kejutan terhadap yang semula dianggap pasangan underdog.

"Harus diakui dan dipuji Partai Nasdem yg sedari awal: (1) paling awal mengusung kandidat berpotensi; (2) pantang meminta mahar; (3) kader2nya militan kerja lapangan yg pada akhirnya membuahkan kemenangan. Nasdem top kinerjanya ketimbang parpol2 besar yg sudah mapan," begitu cuitan Sosiolog UI Tamrin Amal Tomagola (@tamrintomagola), 28 Juni lalu.

Selama dua periode memimpin Bantaeng, kinerjanya dipuji banyak pihak dan benar-benar dirasakan masyarakat. Nurdin Abdullah menggandeng Andi Sudirman Sulaiman, adik Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Tapi Nasdem justru bergandengan tangan dengan 'saudara tua' nya, Partai Golkar, mengusung Nurdin Halid.

Tak di semua daerah, pengurus Nasdem menyerap idealisme dalam frekuensi yang sama. Di Sulawesi Selatan, misalnya. secara kasat mata sosok yang menonjol dari sisi prestasi dan kebersihan rekam jejak pribadinya adalah Nurdin Abdullah.

Berdasarkan hasil hitung cepat Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dan LSI Denny JA, Nurdin Abdullah memperoleh suara 43.2 persen dan 42.9 persen. Sementara Nurdin Halid - Abd Aziz Qahhar Mudzakkar mendapat suara 28.9 persen (SMRC) dan 26.6 persen (LSI).

Semoga Nasdem benar-benar konsisten dengan taglinenya. Tak menagih balas budi di kemudian hari. Atau merecoki para kader dan figur kepala daerah yang terpilih berkat sokongannya.

Semoga...!

***