Selama ini, kita seringkali mendengar pidato Ketua Umum Partai Gerindra yang nadanya penuh degan kecemasan dan juga ketakutan akan nasib dan keadaan Indonesia. Kadangkala, ketakutannya justru bertolak belakang dengan fakta dan data yang ada di lapangan.
Misalnya, pernyataan Prabowo yang mengatakan bahwa Indonesia akan bubar di tahun 2030. Apa yang ucapkan Prabowo tentu menjadi polemik di tengah masyarakat, apalagi pendapatnya itu hasil merujuk novel berjudul 'Ghost Fleet'.
"'Ghost Fleet' ini novel, tapi ditulis 2 ahli strategi dari Amerika, menggambarkan sebuah skenario perang antara China dan Amerika tahun 2030. Yang menarik dari sini bagi kita hanya 1. Mereka ramalkan tahun 2030, Republik Indonesia sudah tidak ada lagi," kata Prabowo dalam video yang diunggah akun Gerindra TV di YouTube, seperti yang dilansir Detik.com, 21 Maret 2018.
Tentu saja, apa yang dikatakan Prabowo itu berbeda dengan banyak kajian dan analisa tentang bagaimana perkembangan Indonesia ke depan. Bahkan, pakar-pakar ekonomi asing justru yang mengeluarkan optimisme atas kemajuan Indonesia itu. Salah satu buktinya, Indonesia dinobatkan sebagai negara kedua terbaik untuk berinvestasi di dunia oleh US News. Indonesia hanya kalah oleh Filipina.
Presiden Jokowi sendiri menuturkan, posisi Indonesia akan terus melejit di tahun-tahun yang akan datang. Bahkan menurutnya, pada 2040-2045 nanti, ekonomi Indonesia diperkirakan berada di urutan ke-4 terbesar di dunia. Meski jadi masuk ke dalam 10 negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada 2030, bukan berarti Indonesia bebas dari masalah.
Bagaimana tidak berbahayanya apa yang dikatakan Prabowo jika kajiannya itu berdasarkan sebuah cerita fiksi. Apalagi jika dia punya kuasa melakukan hal-hal yang dianggapnya untuk melindungi Indonesia dari apa yang ditakutkannya itu.
Pemecatan Prabowo dari TNI
Jika kita merujuk ke belakang apa yang membuat mantan Danjen Kopasus ini dinonaktifkan dari TNI, mungkin kita bisa menarik kesimpulan bahwa tindkan yang dilakukannya dahulu berdasrkan ketakutan dengan apa-apa yang mungkin saja terjadi.
Misalnya, alasan Prabowo diberhentikan oleh Presiden BJ Habibie, dikarenakan Prabowo dan pasukannya dianggap "mengepung" kediaman BJ Habibie dan Istana, tanpa adanya perintah dari Panglima TNI saat itu, Jenderal TNI Wiranto.
Selain itu, Prabowo yang ketika menjadi Danjen Kopassus dianggap mengetahui jajaran di bawahnya (Tim Mawar) melakukan aksi penculikan beberapa aktivis pro-demokrasi. Tentu saja, dalam pandangan Prabowo ketika itu, aktivis-aktivis ini dianggap membahayakan posisi sang mertua, Presiden Suharto.
Dari dua hal di atas, bisa disimpullan bahwa tidakan-tindakan yang dilakukan Prabowo sesuai dengan kajian dan analisanya bahwa Indonesia dalam keadaan berbahaya yang perlu diambil tindakan tegas. Namun, ternyata apa yang dilakukannya membuat karier militernya ternoda.
Kesimpulannya
Kesimpulannya, apa yang dipikirkan Prabowo selama ini, bahwa Indonesia akan bubar di tahun 2030, serta pidato terakhirnya yang diunggah di akun Facebook-nya Juni 2018 yang mengatakan bahwa Indonesia dalam keadaan lemah dan kedaulatann yang terancam, bisa jadi itu hanya pikiran dan kajiannya sendiri, seperti apa yang dipikirkannya ketika masih aktif di TNI.
Dan, sah-sah saja bila para pengikutnya menganggap apa yang dikatakan Prabowo adalah bentuk dari kewaspadaan. Namun, akan sangat berbahayanya, jika apa yang dipikirkan Prabowo lantas dijawab dengan tindakan represif aparat, seperti yang dilakukannya dahulu ketika punya kekuasaan.
Semoga Allah SWT melindungi negeri ini dari fitnah dan ketakutan yang tidak mendasar. Karena, bagaimana pun Indonesia tak akan bisa melangkah maju jika selalu dihantui rasa takut dan pesimisme dari para pemimpinnya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews