Ketika Kebencian Amien Rais Malah Dibalas Sanjungan oleh Jokowi

Kamis, 14 Juni 2018 | 05:30 WIB
0
636
Ketika Kebencian Amien Rais Malah Dibalas Sanjungan oleh Jokowi

Seberapakah kadar kebencian bapak tua (AR) pada Jokowi? Apakah ada yang merasa tersakiti atau merasa harus perlu menyingkirkan sosok tinggi kurus itu dalam sejarah politik Indonesia? Sebegitu ngebetnya Amin Rais menurunkan Jokowi sampai-sampai bilang bahwa Allah malu jika tidak mendengarkan doa “belasan juta” umatnya.

Ahai, kakek satu ini memang mempunyai stamina lebih bila bicara politik. Tidak di rumah Tuhan, di lapangan Monas, di forum-forum diskusi, kebenciannya sepertinya telah mencapai ubun-ubun. Apakah Jokowi pernah menyinggung secara telak Amin Rais? Rasanya tidak pernah Jokowi mempermalukan bapak-bapak tua yang mulai pikun oleh banyaknya masalah yang hadir dalam hidup.

Saya rasa Amien telah kenyang oleh pengalaman politik, ia memang spesialis kandidat, calon tetapi untuk terpilih menjadi seorang pemimpin negara, rasanya rakyat masih harus berpikir panjang sekali. Sepanjang perjalanan kaki dari Jakarta ke Jogja (yang belum pernah dilaksanakan).

Ngebetnya Amien ingin bertarung secara gentle ditanggapi sopan seorang Jokowi. Malah Jokowi menyanjung Amin sebagai sosok yang kenyang pengalaman.

Ya sudahlah Mas Joko Widodo hadapi saja. Kalau mau pemanasan ajak saja jalan kaki keliling Istana Bogor dulu, ajak ngobrol tentang tengkleng, nasi liwet Solo, Serabi Notosuman atau bicara tentang wayang.

Sama-sama dari UGM barangkali ia teringat akan lembah UGM yang dulu banyak pohon pohon rindangnya atau suasana Jogja yang cocok untuk mahasiswa mengembangkan ilmu pengetahuan serta mengenal tradisi dan budaya.

Jika Amin mencintai budaya dan terutama tentang filosofi Jawa  tentu kenal perkataan ini: Sugih Tanpa Bandha, Nglurug Tanpa Bala,Digdaya Tanpa Aji, Menang tanpa ngasorake(Kaya tanpa Harta,menyerang tanpa pasukan, kekuasaan tercipta karena Kewibawaan bukan kesaktian fisik, dan menang tanpa meremehkan lawan) .

Sayangnya Amien seperti lupa tentang filosofi aduluhung itu, ia mungkin hanya ingat Adigang, Adigung, Adiguna. Setua itu Mas Amien masih senang menggoreng isu dan memanas- manaskan suasana politik yang sudah panas.

Terus terang apakah benar Amien memang sangat menyimpan dendam politik pada Jokowi atau hanya sekedar bermanuver agar ia selalu disorot media, atau rasa ngebet menjadi presiden masih tersimpan di hatinya meskipun sejarah menulis perolehan suaranya tidak pernah bisa mengantarkan ia menduduki jenjang tertinggi pemerintahan.

[irp posts="16931" name="Jokowi Sambut Tantangan Amien Rais dengang Puja-puji"]

Baiklah jika kali ini  anda masih ingin ngebet mengalahkan Jokowi secara konstitusional. Mas Jokowi santai saja, anda pasti bisa melayaninya. Masalahnya adalah jika trik yang digunakan itu seperti trik trik yang digunakan Sengkuni untuk bisa menghabisi Pandawa.

Tapi saya percaya Mas Amien bukan Sengkuni, ia adalah ahli politik yang sanga mengerti celah-celah kelemahan politik Indonesia. Tapi kenapa ya Amien tidak pernah menang dalam kontestasi politik padahal semua orang tahu ia “jago” dalam ilmu politik?

Mungkin jago di mulut belum tentu jago dalam pemerintahan. Mas Amien Jago soal retorika tapi memimpin negara kan bukan sekedar ahli pidato serta debat sana debat situ. Ada ketulusan, ada totalitas ada “DNA lain” yang harus tetap ada untuk seorang pemimpin Jokowi memilikinya dan kebetulan maaf Mas Amien rasanya “jauh”.

Bila seandainya nanti kalah, sudahlah legowo, beri kesempatan yang muda untuk menunjukkan jati dirinya. Akui saja jika Jokowi menang itu memang karena kehendak yang Maha Kuasa. Silahkan menepi dan menjadi guru bangsa.

Takutnya jika anda terlalu sering membuat pernyataan kontroversial dan membuat panas negara, kemiripan anda dengan tokoh bernama Sengkuni itu memang benar adanya.

***